nusabali

Listibya Bali Ajak Berantas Joged Jaruh

  • www.nusabali.com-listibya-bali-ajak-berantas-joged-jaruh

Ketua Harian Listibya Provinsi Bali, Dr Nyoman Astita meminta masyarakat turut aktif ‘memberantas’ perkembangan kesenian joged jaruh.

AMLAPURA, NusaBali
Sebab masyarakat Bali dinistakan dengan tayangan video joged seronok yang diviralkan di media sosial. Bahkan, pihak Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, sampai menolak duta kesenian Bali untuk mementaskan kesenian Joged Bumbung.

“Masyarakat Bali seharusnya jengah dan ikut berperan aktif bersama-sama dengan pemerintah, perangkat desa, aparat penegak hukum, dan pemangku kepentingan lainnya untuk memberantas joged jaruh,” kata Dr Asmita saat menjadi pembicara dalam Pembinaan dan Pemantauan Kesenian Joged di Kabupaten Karangasem, Amlapura, Rabu (21/2). Bahkan, Dr Astita mengkhawatirkan Joged Bumbung yang telah diinskripsikan sebagai satu dari sembilan kesenian yang telah diakui oleh UNESCO, statusnya bisa dicabut gara-gara perilaku oknum yang tidak bertanggung jawab mementaskan joged jaruh.

Ketua Majelis Utama Desa Pakraman Provinsi Bali, Jero Gede Suwena Putus Upadesha yang mengatakan perlunya upaya berkelanjutan dan komprehensif dalam ‘memerangi’ Joged jaruh. “Tidak hanya untuk kesenian joged, termasuk kesenian lainnya seperti Bondres yang mungkin secara tidak disadari juga menampilkan aksi pelecehan, terutama ketika seniman laki-laki yang membawakan peran perempuan,” ucapnya dilansir Antara. Oleh karena itu, Jero Suwena mengajak jajaran desa pakraman atau desa adat agar lebih peduli jika sampai ada kesenian yang ditampilkan berpotensi mengotori kesenian Bali yang adiluhung.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Karangasem Putu Arnawa mengatakan sampai saat ini di kabupaten setempat memang belum ada sekaa atau sanggar dari daerah itu yang menampilkan joged jaruh. Tetapi tidak dipungkiri sempat ada kelompok masyarakat yang mencari penari joged jaruh keluar daerah Karangasem. “Karena disadari efeknya tidak bagus, ada beberapa desa yang sudah membuat perarem (kesepakatan adat tertulis) yang tidak mengizinkan penampilan kegiatan yang berbau erotis,” ucapnya.

Arnawa menambahkan, ada juga kelompok pemuda setempat yang memang anti terhadap hal-hal yang dapat merusak kesenian dan budaya daerah. Apalagi jika dilihat dari visi misi Bupati Karangasem dan tagline Karangasem ‘Spirit of Bali’, Karangasem sebagai hulunya Bali, tentu mengedepankan nilai religius, sehingga nilai religius berpengaruh pada perilaku masyarakat. “Jadi, mari kita berkesenian sesuai pakem dan filosofi seni yang sebenarnya,” ucapnya. *

Komentar