nusabali

Menyoal Hari 'Velentine'

  • www.nusabali.com-menyoal-hari-velentine

Hingar-bingar perayaan hari “Valentine” pada tanggal 14 Februari kemarin terekspos di media sosial maupun di berbagai media cetak dan elektronik. 

Antara Impor Tradisi dan Lupa Tradisi Sendiri

Anak-anak, khususnya para remaja seakan menjadi tidak kekinian jika tidak mengikuti trend perayaan “Valentine” tersebut. Dari toko kecil, mini market, super market sampai ke mal-mal sudah mengkondisikan dan mendisain tempat khusus menjual barang/pernak-pernik untuk perayaan hari “Valentine”. Perayaan tersebut kini bukan monopoli masyarakat perkotaan saja, tetapi telah merambah ke desa-desa, bahkan ke sekolah-sekolah. Tanpa disadari kita telah mentradisikan budaya baru hari “Valentine”, bahkan orang tua pun ada yang ikutan/latah merayakan. Mungkin juga agar mereka kelihatan kekinian. Apakah para kaula muda mengetahui bagaimana sesungguhnya asal-usul tentang hari Valentine? Hanya merekalah yang mengetahui jawabannya.

Apapun pendapat seseorang tentang Valentine, ada sejarah yang melatarbelakalangi hari itu. Elin Yunita Kristanti, (dalam: http://global.liputan6.com/read/2175676/14-februari-sejarah-kelam-hari-valentine) mengatakan bahwa asal-usul hari Valentine sebagai berikut: 1) Gereja Katolik mengakui ada tiga santo atau orang suci bernama Valentine atau Valentinus. "Dan ketiganya adalah martir,". Ketiga pria dari masa 200-an Masehi tersebut tewas secara mengenaskan. Salah satu kisah menyebut, alkisah Kaisar Romawi Claudius II melarang para tentara muda menikah, agar mereka tak 'melempem' di medan tempur. Namun,"Uskup Valentine melanggar perintah itu dan menikahkan salah satu pasangan secara diam-diam. Ia dieksekusi mati saat sang penguasa mengetahui pernikahan rahasia itu." Saat ia dipenjara, legenda menyebut bahwa pria asal Genoa itu lantas jatuh cinta dengan putri orang yang memenjarakannya. Sebelum dieksekusi secara sadis, ia membuat surat cinta pada sang kekasih. Yang ditutup dengan kata, 'Dari Valentine-mu'. 2) Valentine yang lain adalah seorang pemuka agama di Kekaisaran Romawi yang membantu orang-orang Kristen yang dianiaya pada masa pemerintahan Claudius II. Saat dipenjara, ia mengembalikan penglihatan seorang gadis yang buta, kemudian jatuh cinta padanya. “Valentine” lalu dieksekusi penggal pada 14 Februari.  3) Valentine adalah uskup yang saleh dari Terni, yang juga disiksa dan diekselusi selama pemerintahan Claudius II, juga tanggal 14 Februari -- di tahun yang berbeda. 

Lepas dari legenda, keterkaitan Santo Valentine dan cinta baru muncul lama kemudian. Dalam puisi Geoffrey Chaucer, penyair Inggris dan penulis buku terkenal, 'The Canterbury Tales'.  Demikian menurut Andy Kelly, seorang ahli bahasa Inggris  dari University of California, Los Angeles, yang menulis buku 'Chaucer dan Cult of St Valentine'. Chaucer, menulis sebuah puisi berjudul Parliament of Fowls (1382), untuk merayakan pertunangan Raja Richard II. Dalam puisi itu, Hari Valentine dirayakan pada 3 Mei, bukan 14 Februari . "Itu adalah hari di mana semua burung memilih pasangannya dalam setahun," kata Kelly. "Tak lama setelahnya, dalam satu generasi, orang-orang mengambil ide untuk merayakan Valentine sebagai hari kasih sayang." Valentine yang menjadi referensi Chaucer mungkin adalah Santo Valentine dari Genoa yang meninggal pada 3 Mei. Tetapi orang-orang pada saat itu tidak begitu akrab dengan sosok itu. Mereka lebih akrab dengan kisah Valentine dari Roma dan Terni yang dieksekusi pada 14 Februari -- yang lantas dikaitkan dengan cinta. Kisah Hari Valentine juga bisa ditelusuri dari era Romawi Kuno, terkait kepercayaan paganisme. Tiap tanggal 13-15 Februari, warga Romawi kuno merayakan Lupercalia. Upacara dimulai dengan pengorbanan dua ekor kambing jantan dan seekor anjing. Kemudian, pria setengah telanjang berlarian di jalanan, mencambuk para gadis muda dengan tali yang terbuat dari kulit kambing yang baru dikorbankan. Walaupun mungkin terdengar seperti semacam ritual sesat sadomasokis, itu dilakukan orang-orang Romawi lakukan sampai tahun 496 Masehi. Sebagai ritus pemurnian dan kesuburan. "Upacara diyakini bisa membuat perempuan lebih subur," kata  Noel Lenski, sejawaran dari University of Colorado, Boulder, seperti dimuat USA Today. Puncak Lupercalia pada 15 Februari, di kaki Bukit Palatine, di samping gua -- yang diyakini menjadi tempat serigala betina menyusui Romulus and Remus, pendiri kota Roma dalam mitologi Romawi. Pada tahun 496, Paus Gelasius I melarang Lupercalia dan menyatakan 14 Februari sebagai Hari Santo Valentine.

Versi lain dari tautan teman saya dari gruop WA menyebutkan bahwa sejarah “Valentine” seperti berikut ini. Bahwa ketika zaman VOC masih berkuasa di Batavia, Konon ada seorang  gadis Betawi yang cantik jelita, namanya Entin Binti Jampang. Dia menjadi rebutan antara cowok Betawi, Sunda dan Meneer Belanda. Pada Tgl 13 Februari 1645 hari Sabtu Kliwon, ketiganya kebetulan bertemu di rumah si Entin. Mereka berebut untuk mendapatkan hati Entin, dan akhirnya berkelahi. Di tengah-tengah  perkelahian, si Entin mencoba melerai, karena dia tidak mau ada keributan di rumahnya. Akan tetapi tiba-tiba sendal Meneer Belanda terbang dan tepat mengenai kepala si Entin. Sontak warga kampung yang melihat Kejadian itu berteriak, “Pale Entin berdarah... Pale Entin berdarah ...tuh. Pale Entin ...Pale Entin ....” Akhirnya si Entin di bawa ke rumah sakit untuk dijahit kepalanya. Keesokan harinya, tanggal 14 Februari 1645 warga Betawi ngumpul mau menyerang markas Belanda tempat Meneer bertugas. Karena takut diamuk warga, si Meneer lalu membeli coklat yang banyak buat diberikan ke warga untuk meminta maaf. Si Meneer juga memberikan bunga kepada Entin sebagai ungkapan rasa maaf. Untuk mengenang kejadian itu, si Meneer Belanda, selalu mengadakan acara bagi-bagi coklat dan bunga agar ia tidak diamuk oleh warga Betawi. Bahkan ketika balik ke Belanda, ia masih merayakannya. Akan tetapi, yang ia ingat adalah kata-kata warga Betawi: “Pale Entin ...Pale Entin ....” Maka, jadilah hari “Valentine” yang dirayakan tanggal 14 Februari setiap tahunnya.

SELANJUTNYA...

Komentar