nusabali

Korban Meninggal di Pangkuan Ibunya

  • www.nusabali.com-korban-meninggal-di-pangkuan-ibunya

Sebelum meregang nyawa akibat ditusuk kakak kandungnya saat pesta miras di rumahnya di Perumahan Dalung Permai, Banjar Lingga Bumi, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Minggu (11/2) dinihari, korban I Kadek Ari Permana Putra, 28, sempat coba ditolong ibundanya, Ni Ketut Maryani, 53.

DENPASAR, NusaBali
Namun, nyawanya tidak bisa diselamatkan, hingga korban menghembuskan napas terakhir di pangkuan ibunya. Kepada NusaBali di Pendopo Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, Denpasar, Minggu kemarin, paman korban, Nyoman Sukajaya, 53, sempat menceritakan seputar peristiwa maut keponakannya, korban Kadek Ari Permana, yang tewas ditusuk kakak kandungnya, I Putu Adi Permana Jaya, 33. Saat pertengkaran maut berujung penusukan kakak adik ini di Lantai II rumahnya, mereka sempat dilerai oleh kedua orangtua, I Made Suardita, 57 (anggota Dalmas Polresta Denpasar) dan Ni Ketut Maryani.

Saat itu, kata Sukajaya, ibunda korban, Ketut Maryani berusaha menghalau si sulung Putu Adi Permana untuk berhenti melukai adiknya. Namun, pelaku Putu Adi yang masih tersulut emosi, langsung meninggalkan korban Kadek Ari Permana dan kedua orangtuanya.

Entah apa yang ada di pikirann Putu Adi Permama, tidak lama kemudian, yang bersangkutan justru kembali menghampiri adiknya. Saat itulah pria beristri dengan satu anak perempuan ini nekat menghujamkan pisau lipat ke dada kiri adik kandungnya hingga tersungkur bersimbah darah.

Ketut Maryani baru menyadari kalau Kadek Ari Permana yang berada dalam pelukannya mengalami luka tusuk saat meraba dada kirinya. Sebab, dia merasakan darah merembes dari baju putra keduanya itu. “Saat merasakan ada darah membasahi dada kiri putra keduanya, Maryani langsung berteriak,” ungkap Sukajaya.

Menurut Sukajaya, habis berteriak, Maryani dan suaminya, Made Suardita, lalu segera memberikan korban Kadek Ari Permana minum air putih. Namun, pada detik-detik terakhir hidupnya, Kadek Ari sempat membisiki kedua orangtuanya bahwa dia akan meninggalkan orangtua dan keluarganya. “Kalimat itu diucapkan Kadek Ari setelah mengerang kesakitan usai diberikan air putih. Kadek Ari mengucapkan kalimat ‘Ari tinggal, Ari tinggal...’,” papar Sukajaya.

Kadek Ari pun langsung dilarikan ke RS Mangusada di Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung. Namun, nyawanya sudah tidak bisa tertolong lagi. Jenazah pemuda berusia 28 tahun ini masih dititipkan di Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah Denpasar. Masalahnya, kata Sukajaya, hingga Rabu (14/2) depan masih ada upacara piodalan di kampung halamannya di Desa Sengketan, Kecamatan Penebel, Tabanan. Jenazah korban kemungkinan akan diabenkan pada Radite Wage Wayang, Minggu, 18 Februari 2014 depan.

Disinggung mengenai tindakan yang berkaitan dengan pemeriksaan jenazah, kata Sukajaya, pihaknya masih menunggu laporan kepolisian. Hingga kemarin sore, belum dilakukan pemeriksaan apa pun terhadap jenazah korban. Namun, sang ayah, Made Suardita, berpesan agar tidak dilakukan autopsi jenazah putra keduanya itu. “Ayah Kadek Ari sempat berpesan, kalau memang harus dilakukan autopsi, minta tidak dibedah seluruhnya.”

Kadek Ari Permana sendiri termasuk sosok pendiam, polos, dan tidak terlalu banyak tingkah. Kadek Ari Permana dikenal aktif bermasyarakat, terutama kegiatan Sekaa Teruna (ST) di Desa Sangketan, Kecamatan Penebel. Korban pun selalu menyempatkan diri untuk pulang kampung bila ada kegiatan di desa. “Setiap ada kegiatan di kampung, Kadek Ari pasti selalu menyempatkan diri untuk pulang. Anaknya memang aktif, polos, dan gak neko-neko, agak berbeda dengan kakaknya,” beber Sukajaya.

Sukajaya mengisahkan, jauh sebelumnya yakni sekitar 5 tahun silam, Kadek Ari Permana sempat mengalami kecelakaan hingga hampir merenggut nyawanya. Akibat peristiwa kecelakaan itu, kondisi fisiknya menurun dan agak kesulitan bicara. Barulah beberapa waktu belakangan, dia mulai kembali lancar bicara. “Dulu sempat mengalami kecelakaan hebat, sekarang siapa yang meyangka bakal seperti ini, semudah ini?” keluh Sukajaya.

Menurut Sukajaya, perangai kakak korban, Putu Adi Permana, lain lagi. Bahkan, setiap kali mabuk, Putu Adi Permana selalu mengacungkan pisau dan mengancam anggota keluarganya. Sukajaya sendiri juga pernah diancam oleh keponakannya itu.

“Dia (pelaku Putu Adi Permana) sering begitu. Kalau mabuk, pasti begitu, mengancam dengan pisau. Saya pernah dicari saat sedang mabuk sambil mengacungkan taji (senjata untuk sabung ayam) Padahal, kami tidak ada masalah apa pun. Tapi, syukurnya saya tidak kenapa-kenapa,” kenang Sukajaya. *ind

Komentar