nusabali

Kredit Bermasalah di Bali Lampaui Nasional

  • www.nusabali.com-kredit-bermasalah-di-bali-lampaui-nasional

Belum lampaui 5 persen, OJK nilai masih wajar

NUSA DUA, NusaBali

Meski sempat diguncang bencana erupsi Gunung Agung, Bali mencatat pertumbuhan ekonomi  5,59 persen, di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,07 persen. Sektor jasa keuangan yang terdiri dari industri perbankan - baik bank umum maupun BPR, industri keuangan non-bank  dan pasar modal turut berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Bali.
 
Hal itu terungkap dalam pertemuan tahunan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara di  Nusa Dua Hal International Convention Centre Nusa Dua Kuta Selatan Badung,Jumat (9/2). “Tahun 2017 bukanlah tahun yang mudah,” ujar Kepala OJK Regional 8 Hizbullah.
 
Namun berkat koordinasi kebijakan dan kerjasama yang baik antara pemerintah dan otoritas perekonomian, imbas negatif dari tekanan perlambatan ekonomi global dan dampak bencana alam tersebut dapat dikendalikan.
 
Dijelaskan Hizbullah secara regional perekonomian Bali bertumbuh positif, sejalan dengan pertumbuhan perekonomian nasional. Dijelaskannya, pertumbuhan ekonomi  Bali tahun 2017 mencapai 5,59 persen lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 5,07 persen.
 
Papar Hizbullah, sektor jasa keuangan yang terdiri dari industri perbankan - baik bank umum maupun BPR, industri keuangan non-bank dan pasar modal  turut berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Bali.
 
Di sektor jasa keuangan, industri perbankan masih memiliki peran terbesar dalam sektor jasa keuangan selama tahun 2017 di Bali dan Nusra.  Sektor ini tumbuh signifikan dengan berbagai indikator kinerja yang terus membaik; antara lain volume usaha yang diukur dari nilai total aset meningkat sebesar Rp17,82 triliun atau tumbuh 9,89 persen (yoy)  menjadi Rp.197,98 triliun di bulan Desember 2017.
 
Peningkatan aset perbankan tersebut ditopang oleh peningkatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp146,18 triliun, tumbuh sebesar 10,51 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan DPK nasional yang tercatat 9,35 persen (yoy).
 
Dari sisi risiko kredit perbankan, dikatakan Hizbullah pengelolaan risiko kredit perbankan di Bali dan juga Nusra tahun 2017 masih terkendali. Rasio NPL (Non Performing Loan/ kredit bermasalah) perbankan di Provinsi Bali tahun 2017 sebesar 3,42 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata NPL nasional yang mencapai 2,59 persen.
 
Meski pencapaian NPL di Bali meningkat, namun Hizbullah mengatakan angka itu masih dalam batas wajar karena belum melebihi batas yakni lima persen. Sedangkan rasio NPL perbankan di Provinsi NTB hanya sebesar 1,62 persen dan di NTT sebesar 2,18 persen, menurun dibandingkan tahun 2016 dan berada di bawah rasio NPL nasional.
 
Hisbullah mengatakan peningkatan NPL tersebut tidak terlepas dari dampak peristiwa alam erupsi Gunung Agung akhir tahun 2017 yang menjadi salah satu pendorong kenaikan kredit bermasalah.
 
Wakil Gubernur Bali  Ketut Sudikerta dalam arahannya meminta agar pelaku industri jasa keuangan di Bali agar dapat  saling bersinergi dan turut berkontribusi secara optimal membangun perekonomian Bali yang lebih baik.
 
“Kita mendukung program-program pengawasan dan program lain yang merupakan tanggung jawab OJK,” ujar Sudikerta. Dengan demikian kata Sudikerta dapat membawa kemajuan realisasi-realisasi keuangan. “Dan jangan sampai investasi bodong,”  tegasnya. *K17

Komentar