nusabali

Lahir Tanpa Lubang Anus dan Derita Bocor Jantung

  • www.nusabali.com-lahir-tanpa-lubang-anus-dan-derita-bocor-jantung

Terlahir tanpa lubang anus, membuat bayi berumur satu tahun, Thomas Aquino Goang asal Sok, Desa Compang Ndejing, Kabupaten Manggarai Timur, Flores-NTT harus menjalani perawatan intensif di RSUP Sanglah Denpasar.

Nestapa Bayi Usia 1 Tahun asal Manggarai Timur, NTT


DENPASAR, NusaBali
Malangnya, empat bulan lalu bayi malang ini juga didiagnosa jantung bocor. Di Ruang Angsoka III nomor 5, anak dari pasangan Gregorius Goang, 48 dan Yuliana Mei, 33 ini hanya berbaring lemas di atas tempat tidur. Sesekali dia menangis ketika hendak buang air besar. Sang ayah, Gregorius Goang menceritakan, sejak lahir bayinya memang lahir tanpa lubang anus. Sebelumnya, sudah dilakukan operasi kolostomi (lubang buatan di perut, red) di Manggarai oleh dr Ben Mboy Ruteng. Akan tetapi, menurut keterangan tim medis, harus dilakukan penanganan lebih lanjut, yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar. Seperti diketahui RSUP sanglah merupakan rumah sakit rujukan Bali-Nusa Tenggara.

Gregorius Goang pun mengaku sudah hampir empat bulan lebih di Bali. Namun semenjak menjalani rawat jalan, kondisi anaknya semakin parah. Ternyata tidak saja memiliki kelainan tidak memiliki lubang anus. Belakangan diketahui bahwa anaknya juga menderita jantung bocor. “Bisa dibilang ini komplikasi. Sudah tidak memiliki lubang anus, bocor jantung, dan sering HB rendah, sering panas serta batuk pilek juga,” tuturnya.

Bahkan pernah suatu ketika anaknya mengalami demam hingga bibir berwarna coklak kehitam-hitaman. “Syukurnya sudah dapat kamar rawat inap sejak 7 Februari lalu,” ucapnya. Tim medis, menurut Gregrorius Goang mengatakan akan segera menangani penyakit yang diderita anaknya ini. Yang diutamakan terlebih dulu adalah melakukan operasi lubang jantungnya dulu baru setelah itu melakukan operasi pembuatan lubang anus.

Akan tetapi tindakan tersebut masih butuh proses dan waktu yang cukup lama lagi hingga dua atau tiga bulan lagi. “Kata dokter masih akan tetap dirawat intensif tapi masih butuh waktu lama dan memang di sini juga kekurangan tenaga dokter spesialis jantung. Dan sebenarnya dari hari, Kamis (8/2) lalu sudah ditangani operasi, tapi karena kondisi fisik dari anak saya belum fit karena sering panas, jadinya ditunda dulu,” katanya.

Disinggung soal biaya pengobatan, Gregorius mengaku sangat membutuhkan biaya tambahan. Apalagi dia hanyalah seorang petani. Dia sangat berharap agar pemerintah daerah Kabupaten Manggarai Timur, Flores-NTT bisa sedikit membantu selama perawatan anaknya di RSUP Sanglah, Denpasar-Bali. Menurut pengakuannya, sebelum ke Bali dirinya sudah mengajukan berkas ke Dinas Sosial untuk meminta bantuan dari Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur.

Namun, jawaban yang diberikan dinas terkait, belum bisa diberikan karena ada sedikit masalah. Selanjutnya Dinas Sosial mengarahkan dirinya untuk coba membawa berkas tersebut untuk diserahkan ke bagian Kesra (Kesejahteraan Masyatakat) Kabupaten Manggarai Timur, tapi belum ada tindaklanjut. Kini, selama empat bulan mereka tinggal sementara di Bali, kebutuhan hidup pun harus dicukupi, meski untuk pembiayaan RS, telah menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS. “Saya tidak bisa memungkiri kalau kebutuhan hidup serta pembelian obat sangat membutuhkan biaya yang cukup banyak. Saya sangat berharap, kami bisa mendapat perhatian khusus dari pemda setempat,” tandasnya. *ind

Komentar