nusabali

47 Krama Jehem Keracunan Nasi Bungkus

  • www.nusabali.com-47-krama-jehem-keracunan-nasi-bungkus

Nasi bungkus yang disantap para korban berisi lauk berupa daging ayam, telor, tempe, mie, sayur, kacang

Petaka Usai Acara Pernikahan


BANGLI, NusaBali
Puluhan krama Banjar Tambahan Bakas, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Bangli mengalami keracunan massal usai hadiri hajatan pernikahan pasangan Dewa Made Widiantara, 26, dan Kadek Ayu Swarnawati, 22, di banjar setempat, Jumat (19/1) siang. Hingga tadi malam pukul 23.30 Wita, terdata 47 korban keracunan yang dilarikan ke IGD RSUD Bangli.

Para korban keracunan yang sebagian di antaranya anak-anak ini mengalami gejala yang sama: lemas, pusing, mual, muntah-muntah. Mereka dilarikan ke RSUD Bangli secara bergelombang, sejak Jumat sore pukul 16.00 Wita. Banyak di antara korban yang sempat ditangani di Puskesmas Tembuku, sebelum kemudian dirujuk ke RSUD Bangli.

Informasi yang terhimpun NusaBali di lapangan, seluruh undangan termasuk para korban keracunan, disuguhi nasi bungkus di lokasi acara, setelah upacara adat selesai, Jumat siang sekitar pukul 13.00 Wita. Nasi bungkus yang dibagikan berisi lauk berupa daging ayam, tempe, telor, mie, sayur, dan kacang. Total ada 300 bungkus nasi yang dibagikan kepada undangan siang itu, termasuk 20 bungkus untuk tamu undangan dari Tabanan. Khusus undangan dari Tabanan ini merupakan keluarga mempelai perempuan, Kadek Ayu Swarnawati, asal Banjar Munduk Te-mu, Desa/Kecamatan Pupuan.

Menurut kesaksian Dewa Putu Adi Mahawira, 33, kakak kandung dari mempelai pria Dewa Made Widiantara, Jumat kemarin merupakan acara inti upacara pernikahan yang dilanjutkan dengan resepsi. Untuk acara adat, para undangan disuguhi nasi bungkus, sedangkan untuk resepsi santap berupa prasmanan.

Sore sekitar pukul 16.00 Wita, anak balita dari Dewa Adi Mahawira, yakni Desak Kompyang Kaira, 2.5, bermain dengan saudaranya. Nah, ketika sedang lompat-lompat, mendadak bocah Desak Kaira muntah-muntah. "Saya kira itu efek karena lompat-lompat, tapi ternyata muntahnya berkelanjutan. Anak saya sempat tidur, tapi tak berselang lama dia bangun dan terus muntah-muntah lagi, hingga kondisinya lemas. Akhirnya, saya bawa dia ke bidan dekat rumah. Setelah dicek, anak saya disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit," cerita Dewa Adi Mahawira sembari memangku anak balitanya yang diinfus di IGD RSUD Bangli, tadi malam.

Menurut Dewa Adi Mahawira, putri ciliknya yang keracunan ini pun dibawa ke RSUD Bangli, Jumat petang pukul 18.15 Wita, menggunakan kendaraan pribadi. Sebelum anaknya dirujuk, kata dia, sejumlah warga sebanjar lainnya juga telah dilarikan ke Puskesmas Tembuku dengan gejala yang sama: muntah-muntah. "Banyak warga yang dibawa ke Puskesmas dan akhirnya dirujuk ke rumah sakit," jelas Dewa Adi Mahawira.

Sedangkan ayah dari mempelai pria, Dewa Made Olas, 60, mengatakan anak dan menantunya dalam kondisi sehat, tidak mengalami keracunan. "Anak dan menantu saya di rumah, sehat-sehat saja," ujar Dewa Made Olas di RSUD Bangli, tadi malam. “Namun, istri saya sendiri, Desak Ketut Mariati, 55, mengalami muntah dan kini sedang dirawat di rumah sakit,” sesal Dewa Olas.

Terungkap, nasi bungkus yang diduga jadi biang keracunan massal tersebut dimasak di lokasi upacara pernikahan di Banjar Tambahan Bakas, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku. Nasi bungkus tersebut dimasak Jumat pagisekitar pukul 08.00 Wita.

Menurut seorang tetangga, Desak Nyoman Sri Wahyuni, sedikitnya ada 10 orang yang membantu memasak di rumah empunya upacara, termasuk dirinya. Desak Sri Wahyuni mengatakan, mereka mulai memasak pagi sekitar 08.00 Wita, dengan menu lauk berupa tempe, telor, mie, sayur hijau, ayam, dan kacang serundeng (kacang saur).

Ada 300 nasi dibungkus yang disiapkan untuk para undangan adat. Sedangkan untuk acara resepsi, kata Sri Wahyuni, makan secara prasmanan. "Nasi dibungkus pagi itu. Tapi, nasi dibungkus setelah dingin agar tidak basi," ungkap Sri Wahyuni kepada NusaBali. Sri Wahyuni tidak tahu, bahan makanan mana yang jadi sumber petaka keracunan.

Dikonfirmasi terpisah, Wadir Pelayanan RSUD Bangli, I Ketut Darmaja, mengatakan pihaknya sudah mengupayakan pelayanan optimal bagi pasien dugaan korban keracunan ini. Menurut Darmaja, pasien yang kondisi cukup parah ditangani dengan pemasangan infus, agar tidak mengalami dehidrasi. “Sampel makanan maupun muntahan pasien telah diambil untuk dicek laboratorium, guna memastikan apa penyebab keracunan massal ini,” tandas Darmaja di RSUD Bangli tadi malam.

Sementara itu, pentolan tim Survailen Dinas Kesehatan Bangli, Wayan Sudarsana, pihaknya telah mengambil sampel muntahan, sampel air yang digunakan untuk mengolah makanan, sisa makanan, serta mie untuk dibawa ke BPPOM dan Laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi di Denpasar. Sampel tersebut akan diuji untuk memastikan penyebab keracunan massal. “Sampai saat ini, kami belum bisa memastikan apa penyebanya, perlu uji laboratorium dulu,” papar Sudarsana.

Sedangkan Kapolsek Tembuku, AKP I Gede Sunjaya Wirya, mengatakan pihaknya sudah mendatangi lokasi TKP acara pernikahan di Banjar Tambahan Bakas, Desa Jehem untuk mengamankan sampel makanan. Namun, buat sementara pihaknya lebih fokus menolong para korban keracunan. "Kami berikan pertolongan warga dengan mengantar mereka ke rumah sakit," jelas AKP Sunjaya Wirya di RSUD Bangli, tadi malam. *e

Komentar