nusabali

Siwaratri di Besakih Tanpa Jagra

  • www.nusabali.com-siwaratri-di-besakih-tanpa-jagra

Perayaan Siwaratri pada Soma Kliwon Uye, Senin (15/1) di Pura Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem tidak seperti biasanya.

AMLAPURA, NusaBali

Persembahyangan hanya digelar sekali pada pukul 18.00 Wita tanpa berlanjut jagra (begadang) akibat status awas Gunung Agung. Biasanya setiap Siwaratri di Pura Besakih digelar muspa tiga kali, pukul 18.00 Wita, pukul 00.00 Wita, dan pukul 06.00 Wita.

Bendesa Pakraman Besakih, Jro Mangku Widiarta, mengungkapkan, hasil paruman di di Balai Desa Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Sabtu (13/1), diputuskan Siwaratri di Pura Besakih tanpa jagra. “Keputusan paruman menetapkan sekali menggelar pamuspan mengingat situasi Gunung Agung masih awas dan sering erupsi,” jelas Mangku Widiarta. Ia menegaskan, mengingat perayaan Siwaratri pada malam hari, maka pamuspan dibatasi hanya sekali. “Jangan sampai muspa tengahing latri (tengah malam), situasi gelap lalu terjadi erupsi Gunung Agung, umat kebingungan menyelamatkan diri,” imbuh Mangku Suyasa, Minggu (14/1).

Mangku Suyasa menambahkan, Pura Besakih ada di kawasan rawan bencana (KRB) III, radius 8 kilometer dari kawah gunung Agung. Berdasarkan pengalaman Gunung Agung meletus tahun 1963, Pura Besakih tidak kena aliran lahar panas, namun palinggih rusak akibat awan panas dan hujan abu vulkanik. “Kami antisipasi, perayaan Siwaratri bisa berjalan, hanya saja tidak sepenuhnya bisa dirayakan,” tegasnya. Umat Hindu, katanya, mesti menyadari situasi itu. “Kita tetap sembahyang sambil waspada,” tambah Mangku Suyasa. Sementara Camat Rendang, I Wayan Mastra, mendukung keputusan paruman yang hanya mengizinkan umat Hindu melakukan pamuspan sekali saja pukul 18.00 Wita. “Banyak yang mempertanyakan mengenai perayaan Siwaratri di Pura Besakih, kami katakan tetap dirayakan, persembahyangannya hanya sekali saja,” jelas Camat Mastra.

Keputusan itu demi menjaga keselamatan umat, apalagi melakukan persembahyangan di malam hari. Sebab, sesuai kejian BNPB, Desa Besakih masuk KRB III, dari wilayahnya 11 banjar hanya 4 banjar yang masuk daerah berbahaya radius 6 kilometer yakni Banjar Temukus, Banjar Angsoka,  Banjar Kiduling Kreteg, dan Banjar Kesimpar. Tujuh banjar lainnya direkomendasi aman yakni Banjar Besakih Kawan, Banjar Besakih Kangin, Banjar Batang, Banjar Palak, Banjar Batumadeg, Banjar Kunyit, dan Banjar Kedundung.

Sementara Polres Bangli mengoptimalkan personel untuk patroli mengamankan parayaan Hari Raya Siwaratri pada Soma Kliwon Uye, Senin (15/1) hari ini. Selain pengamanan di sejumlah pura, anggota kepolisian juga mengamankan jalur-jalur atau kawasan yang ramai oleh masyarakat.

Kasubag Humas Polres Bangli, AKP Sulhadi, mengatakan, pada perayaan Siwaratri akan mengoptimalkan patroli dan penempatakan anggota di sejumlah titik krodit. “Personel akan melakukan atensi di sejumlah tempat suci seperti Pura Kehen Kelurahan Cempaga, Pura Ulun Danu Batur Kintamani. Selain itu kami melakukan patroli di jalur yang banyak dilalui masyarakat seperti Penelokan,” ungkap AKP Sulhadi, Minggu (14/1).

AKP Sulhadi menambahkan, seperti perayaan Siwaratri pada tahun-tahun sebelumnya, Pura Kehen cukup ramai oleh muda-mudi mulai dari pukul 19.00 Wita hingga tengah malam. “Biasanya usai melaksanakan persembahyangan di Pura Kehen, muda-mudi melakukan persembahyangan di pura lainnya,” sebut AKP Sulhadi. Pihaknya mengingatkan masyarakat, utamanya muda-mudi agar tidak menggunakan perhiasan berlebihan di tempat-tempat keramaian apalagi perayaan Siwaratri di malam hari.

AKP Sulhadi juga mengingatkan masyarakat yang akan melaksanakan persembahyangan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat agar lebih berhati-hati di jalan. “Kami menyampaikan imbauan, guna meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. Sehingga masyarakat yang merayakan Hari Raya Siwaratri berjalan lancar,” imbuh AKP Sulhadi. *k16, e

Komentar