nusabali

Setelah Jadi Duta Batik Nusantara, Perjuangkan Pengakuan Batik Bali

  • www.nusabali.com-setelah-jadi-duta-batik-nusantara-perjuangkan-pengakuan-batik-bali

Putu Nanda Pramadya bikin surprise, karena Mahasiswi Semester V Fakultas Kedokteran Unud yang juga penyandang ‘Jegeg Klungkung 2012’ ini dinobatkan menjadi ‘Putri Batik Nusantara 2015’ dengan hanya berbekal sehari belajar membatik.

"Target awal, saya hanya bisa meraih presikar ‘Putri Batik Berbakat’ saja. Dari Bali, saya bawakan bakat sebagai menari berpasangan. Tapi, ternyata saat laga grand final, saya bnerhasil masuk 7 besar. Betapa kagetnya saya, karena semua nggak kepikiran bisa lolos sejauh itu," kenang Putu Nanda, yang merupakan putri sulung dari 4 bersaudara keluarga pasangan Drs I Kadek Putrawan MPd dan Ni Made Sri Erna Pandewi SKm.
Setelah lolos babak 7 besar, membuatr perasaan Putu Nanda berbunga-bunga. Dia pasrah jika memang tidak bisa lagi lolos ke tahapan selanjutnya. Namun, suprise membanggakan kembali terjadi, karena berdasarkan mengumuman dewan juri, Putu Nanda berhasil masuk 3 besar finalis ‘Putri Batik Nusantara 2015’. 

Nah, dalam tahapan 3 besar ini, Putu Nanda diuji pengetahuannya tentang batik nu-santara. Masing-masing finalis ( 3 putri, 3 putra) mendapat kesempatan menjelaskan sedikitnya satu dari enam motif batik khas nusantara. Putu Nanda sendiri kebagian nomor undi untuk menjelaskan tentang motif ‘Batik Tiga Negeri’ selama 30 detik. 

Dalam pemaparannya, Putu Nanda menjelaskan ‘Batik Tiga Negeri’ merupakan Master Piece Batik Indonesia yang pembuatannya dilakukan secara bergilir di tiga daerah berbeda di Jawa tengah, yakni Pekalongan, Solo, dan Lasem. "Batik Tiga Negeri ini menonjolkan 3 warna khas tiga daerah. Warna coklat khas Solo, warna merah khas Lasem, dan warna indigo atau biru khas Pekalongan," beber penyandang gelar ‘Top 5 Jegeg Bali 2012’ dan Top 5 Health Ambassador Fakultas Kedokteran Unud 2012’ ini.

Presentasi singkat (selama 30 detik) mengenai motif ‘Batik Tiga Negeri’ inilah yang andil mengantarkan Putu Nanda Pramadya akhirnya dinobatkan sebagai ‘Putri Batik Nusantara 2015’. Inilah buah kerja keras Putu Nanda membekali diri dengan persiapan kilat sebelum terjun ke ajang pemilihan ‘Putra Putri Batik Nusantara 2015’ di Jakarta. 
Sebelum ikut pentas, Putu Nanda sempat sehari penuh banyak tentang batik, mulai dari sejarahnya, motif, teknik, hingga cara membatik menggunakan canting. "Persiapan ikut ajang ini cukup singkat. Saya hanya dapat kesempatan belajar membatik selama sehari sekali di ‘Bali Batikku’. Besoknya, saya sudah harus langsung terbang ke Jakarta untuk ikut tes membatik," kenang Putu Nanda. 

Meski hanya sempat sehari penuh belajar membatik, Putu Nanda membuktikan ke-piawaiannya. Bahkan, dia dinobatkan menjati ‘Putri Batik Nusantara 2015’. Atas gelarnya itu, Putu Nanda berhak menjadi Duta Batik Nusantara. Tugas berat selaku Duta Batik Nusantara adalah memasyarakatkan Batik khususnya kepada generasi muda. 
Event besar yang akan digarap Putu Nanda selaku Duta Batik Nusantara bersama sejumlah para finalis lainnya, antara lain, menggelar kegiatan ‘Gebyar Batik Muda Nusantara 2015’. Sedangkan untuk Pulau Dewata, Putu Nanda sedang berjuang supaya Batik Bali segera mendapat pengakuan. 

"Sebagai langkah awal, saya akan audiensi terlebih dulu dengan pemerintah daerah. Saya meminta pengakuan bahwa Bali juga punya batik. Saat ini, Batik Bali seolah-olah ‘dianak tirikan’," jelas gadis berprestasi yang memiliki motto ‘Muda, Gaya, Berbudaya’ ini.
Menurut Putu Nanda, Batik Bali mulai muncul sekitar tahun 1970an. Meski sudah cukup lama, Batik Bali masih tergolong baru. "Setahu saya, motif pertama Batik Bali adalah Kembang Sepatu. Sementara motif Batik Bali yang sedang dikembangkan saat ini adalah Poleng dan Swastika," katanya.

Selanjutnya...

Komentar