nusabali

Banteng yang Ingin Berjaya Lagi di 'Kandang' Sendiri

  • www.nusabali.com-banteng-yang-ingin-berjaya-lagi-di-kandang-sendiri

Kalah di Kandang Banteng! Ini peristiwa politik yang sangat menyesakkan dada para kader PDIP.

Namun, itu realita yang harus ditanggung PDIP saat Pilgub Bali 2013 silam. Jago PDIP AAGN Puspayoga-Dewa Nyoman Sukrawan (PAS) kalah tipis hanya 996 suara dari Made Mangku Pastika-Ketut Sudikerta (Pasti Kerta) yang diusung Koalisi Bali Mandara (KBM)---koalisi 9 parpol yang dimotori Golkar-Demokat-Gerindra.

Kekalahan di Pilgub Bali 2013 sangat mnenyesakkan, karena PDIP adalah parpol jawara di Bali, gelar yang sudah disandangnya sejak Pemilu pertama era reformasi tahun 1999. Tak hanya itu, PDIP saat Pilgub Bali 2013 memiliki modal besar di mana 6 dari 9 kepala daerah kapupaten/kota se-Bali adalah usungan mereka: Bupati Tabanan, Bupati Jembrana, Bupati Buleleng, Bupati Gianyar, Bupati Klungkung, dan Walikota Denpasar.

Dalam kondisi kekuatan yang hampir sama di Pilgub Bali 2018, PDIP tentu tak ingin dipecundangi lagi. Di kandangnya sendiri, Banteng-lah yang harus berkuasa, bukan yang lain. Tak salah kemudian jika Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, menumpahkan harapan besar partainya meraih kemenangan di Pilgub Bali 2018. Saat pengumuman rekomendasi Cagub-Cawagub Bali yang diberikan untuk pasangan I Wayan Koster-Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (KBS-Ace) tepat Hari Raya Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu, 11 No-vember 2017 lalu, Megawati menegaskan tidak ingin kejadian Pilgub 2013 terulang lagi.

Konsolidasi PDIP menatap Pilgub Bali 2018 memang tampak lebih terencana dan massif. Apalagi, Wayan Koster alias KBS (Koster Bali Satu) yang juga Ketua DPD PDIP Bali, telah turun jauh-jauh hari untuk sosialisasi ke masyarakat. KBS punya modal investasi di Bali setelah selama tiga kali periode menjadi anggota Fraksi PDIP DPR RI Dapil Bali sejak Pileg 2004. PDIP juga menambah amunisi politiknya dengan berhasil merebut posisi kepala daerah di Gianyar (hasil Pilkada 2013) dan Badung (Pilkada 2015) yang sebelumnya dikuasai parpol lain. Dari 9 kabupaten/kota di Bali saat ini, hanya 2 daerah yang bupatinya milik parpol lain, yakni Klungkung dan Karangasem.

KBS-Ace yang diusung PDIP ke Pilgub Bali 2018 telah start duluan dibandingkan kandidat parpol atau gabungan parpol lain. Bahkan, hingga tulisan ini dibuat, KBS-Ace belum dapat kepastian siapa lawan tandingnya. Parpol lain masih sibuk kasak-kusuk memadukan paket yang akan diusung. Ada nama IB Rai Dharmawijaya Mantra (Walikota Denpasar) dan I Ketut Sudikerta (Ketua DPD I Golkar Bali) yang paling berpeluang menantang KBS-Ace.

Koalisi Rakyat Bali (KRB) yang ingin kembali ciptakan head to head lawan PDIP di Pilgub Bali 2018, sedang sibuk adu lobi. Keputusan menjadi sangat alot, karena Rai Mantra dan Sudikerta alias SGB (Sudikerta Gubernur Bali) sama-sama ngotot ingin duduk di kursi Bali Satu. Rai Mantra beralasan lebih baik mundur dari kontestasi jika hanya duduk di kursi Bali 2. Apalagi, sebelumnya tawaran serupa dari PDIP yang mengusungnya sebagai Walikota Denpasar, telah ditolak.

Sedangkan SGB yang sejak direkomendasi DPP Golkar sebagai Cagub Bali, juga sulit mengalah. Selain partainya, yakni Golkar merupakan kendaraan besar yang cukup syarat untuk usung calon secara mandiri. ‘Masa pemilik mobil mewah hanya jadi kernet’. Itu kata-kata sindiran yang sering muncul di masyarakat. Bisa ja-di, sindiran ini begitu menyakitkan SGB dan para pendukungnya.

Seolah tak ingin terganggu urusan pencalonan dari parpol lain, jago PDIP yakni KBS-Ace telah tuntas lakukan konsolidasi internal partai di seluruh kabupaten/kota se-Bali. Lalu, menyusul deklarasi KBS-Ace di kabupaten/kota yang kini sedang berlangsung. Hingga nanti pendaftaran ke KPU Bali pun sudah dijadwalkan, 8 Januari 2018.

KBS-Ace sadar pertarungan di Pilgub Bali 2018 bukan hal mudah. Untuk itu, kerja keras harus dilakukan. “Mudah-mudahan kedua orang ini (KBS-Ace) menjadi satu kesatuan pemimpin dan tidak terpisahkan,” ungkap Megawati saat umumkan Cagub-Cawagub Bali. Dalam menentukan Cagub-Cawagub Bali, Mega mengaku te-lah berpikir panjang. Sampai-sampai dia harus mengotak-atik siapa yang tepat dipasangkan untuk maju tarung.

Tak hanya di Pilgub Bali 2018, PDIP juga harus bekerja keras memenangkan Pilkada Gianyar 2018 dan Pilkada Klungkung 2018. Di Gianyar, PDIP sudah start duluan dengan mengusung pasangan semi incumbent Made Agus Mahayastra-AA Gede Mayun (Paket Aman). Sementara calon lawannya yang diusung Koalisi Gianyar Bangkit (KGB)---beranggotakan Golkar-Demokrat-Gerindra-PKPI---, Tjokorda Raka Kerthyasa-Pande Istri Marahani Prima Dewi (Paket Kertha-Maha), masih rampungkan rekomendasi dari DPP Partai masing-masing.

Sedangkan di Klungkung, PDIP yang kehilangan tahta dalam Pilkada 2013 menyusul raihan suaranya disalip Gerindra pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2014, tak ingin mengalah begitu saja. Di tengah merapatnya semua partai untuk mengusung incumbent Nyoman Suwirta-Made Kasta (Paket Suwasta), PDIP percaya diri mengelus jagonya sendiri. Walau ditinggal sendirian, PDIP tak mau kalah gengsi dan ikut-ikutan mendukung incumbent sehingga muncul calon tunggal.

PDIP pilih tegak berdiri usung Tjokorda Bagus Oka-Ketut Mandia (Paket Bagia). Aksi berani PDIP menantang dominasi incumbent ini patut juga dicatat sebagai upaya menyelamatkan wajah demokrasi Klungkung dalam perhelatan Pilkada 2018. Apalagi, paket yang ditawarkan PDIP tak bisa dipandang sebelah mata. Jika incumbent tak jeli dan bekerja keras, bisa jadi jago PDIP akan ancam laju Paket Suwasta untuk lanjutkan periode kedua masa pemerintahannya.

Mampukah PDIP mengembalikan kejayaannya di Pilgub Bali 2018, Pilkada Klungkung 2018, dan Pilkada Gianyar 2018? Modal awal bahwa Bali adalah basis PDIP tak terbantahkan. Selama empat kali Pileg sejak 1999 pasca beralihnya kekuasaan dari pemerintahan Orde Baru ke masa reformasi, partai berlambang Banteng moncong putih dalam lingkaran ini selalu menang dan mendominasi perolehan kursi wakil rakyat di Bali. Lalu, kekuatan figur kandidat yang diusung juga tak diragukan lagi.

Di Pilgub, PDIP memiliki alasan kuat mengusung KBS-Ace. Pertama, KBS sudah tiga periode terpilih menjadi anggota DPR RI Dapil Bali dan memiliki dukungan hingga tingkat ranting. KBS bahkan menjadi caleg peraih suara terbanyak ketiga se-Indonesia untuk kursi DPR RI dalam Pileg 2014. Sedangkan Cok Ace memiliki pengalaman memimpin Kabupaten Gianyar dan memiliki jaringan yang luas di bidang pariwisata dan kebudayaan di Bali. KBS dan Cok Ace juga merepresentasikan wilayah Bali Utara dan Bali Selatan. KBS asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng, sementara Cok Ace asal Puri Agung Ubud, Gianyar.

Namun, perlawanan dari koalisi parpol non PDIP yang bernama Koalisi Rakyat Bali (KRB) dengan dimotori Golkar-Demokrat-Gerindra-NasDem-Hanura, tentu tak bisa dipandang remeh. Apalagi jika berkaca pada Pilgub Bali 2013 lalu, saat kekuatan figur dan soliditas parpol Koalisi Bali Mandara (KBM) yang dimotori Golkar-Demokrat-Gerindra mampu membungkam ‘Banteng’ di kandangnya sendiri.

Menilik profil dua figur yang paling berpeluang berpaket menantang KBS-Ace, yakni Rai Mantra dan Ketut Sudikerta, keduanya merupakan figur kuat yang juga dikenal luas masyarakat Bali. Sudikerta adalah Wagub Bali, pernah dua kali periode menjabat Wakil Bupati Badung dan kini Ketua DPD I Golkar Bali. Politisi asal Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung ini juga sudah gencar lakukan sosialisasi ke masyarakat dengan julukan SGB (Sudikerta Gubernur Bali).

Sementara Rai Mantra yang tokoh independen, merupakan figur populer yang sudah dua kali periode memenangkan Pilkada Kota Denpasar, dengan diusung PDIP. Tak hanya itu, Rai Mantra oleh banyak kalangan di Bali juga dipandang sebagai penerus ‘ideologis’ ayahnya yang mantan Gubernur Bali 1978-1988, Prof Dr Ida Bagus Mantra. Di masanya, Prof Mantra sukses menegakkan kejayaan Provinsi Bali dan meneguhkan identitas kebudayaannya. Salah satu peninggalan berharga Gubernur Mantra yang masih hidup dan terrawat hingga kini adalah Taman Budaya Bali (Art Center) Denpasar dan Pesta Kesenian Bali (PKB).

Melihat profil figur Cagub-Cawagub Bali ini, keputusan sekarang berpulang pada rakyat Bali, pemilik hak pilih di Pilgub Bali 2018 nanti. Siapa yang paling piawai menarik hati rakyat dialah pemenangnya. Sekali lagi, Banteng harus bekerja sekeras mungkin jika ingin jadi ‘tuan’ di kandang sendiri. *

---PROYEKSI 2018 Bidang POLITIK

Ketut Suardana
----------------------------
Wartawan NusaBali

Komentar