nusabali

Dikira Musang, Tewas Ditembak Teman Sendiri

  • www.nusabali.com-dikira-musang-tewas-ditembak-teman-sendiri

Kadek Sudayasa adalah korban salah tembak kedua dalam setahun terakhir, setelah Wayan Suarca yang tewas ditembak sepupunya karena dikira monyet

Insiden maut Saat Berburu di Setra Kawasan Tabanan


TABANAN, NusaBali
Kematian tragis menimpa I Kadek Sudayasa, 36, krama Banjar Batusangian, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan, Sabtu (9/12) malam. Gara-gara dikira musang, korban Kadek Sudayasa tewas ditembak oleh rekannya, Dewa Ketut Sukerta, saat berburu landak di areal setra kawasan Banjar Dukuh, Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan.

Informasi di lapangan, peristiwa maut pemburu tewas ditembak temannya saat berburu ini terjadi Sabtu malam pukul 23.30 Wita. Saat itu, korban Kadek Sudayasa berburu landak bersama pelaku Dewa Ketut Sukerta (asal Banjar Penyalin, Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Tabanan) dan 4 rekan lainnya. Mereka berangkat berburu bersama-sama dari rumah I Wayan Sudana, 52, di Banjar Taman, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan. Mereka semua membawa senapan angin.

Tempat pertama yang dituju untuk berburu landak malam itu adalah Banjar Bedha, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan. Karena tidak dapat hasil buruan, pemburu berjumlah 6 orang ini kemudian beralih berburu landak ke Banjar Bongan Kauh, Desa Bedha, Kecamatan Tabanan. Di tempat ini pun, hasilnya nihil.

Akhirnya, perburuan dilanjutkan ke areal setra di Banjar Dukuh, Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan untuk beburu musang (lubak). Pasalnya, di areal setra ini dikenal cukup banyak ada musang. Ketika korban bersama 5 rekannya tiba di areal setra, terlihat ada beberapa ekor musang lalu lalang di atas pohon. Para pemburu berjumlah 6 orang pun pilih berpencar untuk memburu musang.

Sekitar pukul 23.30 Wita, salah satu pemburu yakni Dewa Ketut Sukerta melihat ada sinar di kegelapan malam. Pemburu asal Desa Samsam ini mengira sinar itu adalah pancaran mata musang. Tanpa berpikir panjang, Dewa Sukerta pun menembak sumber sinar tersebut dari jarak sekitar 25 meter.

Naas, bersamaan dengan penembakan itu, terdengar suara mengaduh hingga membuat para pemburu terperangah. Mereka pun berlarian menuju sumber suara mengaduh. Ternyata, mereka menemukan korban Kadek Sudayasa sudah tergeletak sekarat di bawah rumpun bambu, dalam kondisi terluka tembak di bagian leher. Diduga kuat, korban berada di bawah rumpun bambu saat tertembak, karena mencari empol (bambu mudal) untuk pakan landak peliharaannya di rumah.

Korban Kadek Sudayasa yang sekarat malam itu langsung dibawa ke RS Dharma Kerti Tabanan, yang berjarak sekitar 900 meter dari lokasi TKP. Hanya saja, nyawa korban tidak bisa diselamatkan. Ketika tiba di rumah sakit, pria berusia 36 tahun ini sudah dalam keadaan meninggal.

Dari hasil pemeriksaan luar yang dilakukan dokter jaga di RS Dharma Kerti, dr I Made Widiatmantara, ditemukan luka terbuka berdiameter 0,5 cm di bagian leher sebelah kanan korban. Hanya saja, dr Widiantara belum dapat menjelaskan penyebab kematian korban, karena untuk memastikannya harus dilakukan otopsi. Minggu pagi kemarin, jenazah Kadek Sudayasa sudah dibawa ke RS Sanglah, Denpasar untuk diotopsi.

Kasus pemburu tewas ditembak rekannya karena dikira musang ini telah dilaporkan ke Polsek Tabanan, Minggu (10/12) dinihari pukul 00.45 Wita. Laporan dilakukan I Komang Asta Madi, 32, warga BTN Puskpdad di Banjar Bongan Kauh, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan.

Kapolsek Tabanan, Kompol Gede Made Surya Atmaja, menyatakan begitu mendapat laporan, jajarannya langsung menuju lokasi kejadian dan mengecek korban ke RS Dharma Kerti. Di lokasi TKP, polisi menemukan tetesan darah tepat di bawah pohon bambu, yang diduga merupakan darah korban. Ini dikuatkan keterangan saksi I Wayan Sudana (pemburu asal Banjar Taman, Desa Gubug) dan I Wayan Murja-na, 36 (pemburu asal Banjar Taman, Desa Gubug), serta Dewa Sukerta (pelaku penembakan maut asal Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan.

Menurut Kapolsek Kompol Surya Atmaja, pelaku Dewa Sukerta sudah diamankan di Mapolsek Tabanan untuk dimintai keterangan lebih lanjut terkait tragedi yang menewaskan korban Kadek Sudayasa. Selain mengamankan pelaku, polisi juga amankan sejumlah barang bukti berupa satu pucuk senapan angin mrk Maroder, 25 butir peluru merk Hercules, dan dua unit magasen senapan angin.

Hingga Minggu kemarin, polisi masih melakukan penyelidikan atas kasus ini. Pelaku juga belum ditetapkan sebagai tersangka. "Dalam keterangan awal kepada petugas, pelaku (Dewa Sukerta) memang kaget dan tidak menyangka tembak rekan sendiri. Korban dikiranya musang,” jelas Kompol Surya Atmaja saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu kemarin.

Sementara itu, korban Kadek Sudayasa berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta, Pande Wayan Eni Budiani, 32. Dari hasil pernikahanya dengan Pande Eni Buduani, korban yang kesehariannya bekerja sebagai pande besi belum dikarunia anak

Korban Kadek Sudayasa sendiri sejatinya berasal dari Desa Kukuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Namun, korban kawin nyentana (menjadi ahli waris di rumah istrinya) di Banjar Batusangian, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan. Saat NusaBali berkunjung ke rumah duka di Banjar Batusangian, Desa Gubug, Minggu kemarin, terlihat pihak keluarga tengah sibuk mempersiapkan upakara. Jenazah korban tidak ada di rumah duka, karena kemarin pagi dibawa ke RS Sanglah, Denpa-sar untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Ibu mertua korban, Ni Made Cuci, menerangkan Kadek Sudayasa memang sangat  suka berburu. Bahkan, menantunya yang kawin nyentana ini kerap berburu hingga ke wilayah Ginyar bersama teman-temannya. Menurut Made Cuci, sebetulnya korban Kadek Sudayasa agak enggan berburu ketika diajak rekan-rekannya, Sabtu malam pukul 20.00 Wita, karena merasa lelah.

"Ketika ditelepon temannya tadi malam (Sabtu), menantu saya sempat bilang capek. Tapi, menantu saya akhirnya tetap ikut pergi berburu. Ternyata, dia meninggal dengan cara seperti itu," cerita Made Cuci di rumah duka kemarin.

Made Cuci mengisahkan, pelaku Dewa Sukerta merupakan teman akrab menantunya yang sering diajak berburu. Dewa Sukerta juga sering diajak pesta hasil buruan di rumah korban maupun rumah pelaku. "Mereka teman berburu setiap Sabtu dan sering diajak pesta makanan hasil buruan," kenangnya.

Sementara itu, TKP penembakan maut yang menewaskan korban Kadek Sudayasa diapit tiga kuburan. Masing-masing, dua setra (kuburan) Bali dan satu kuburan China. Kawasan ini dikenal angker, namun jadi objek favorit untuk berburu.

Menurut kesaksian Dewa Adi, warga Banjar Dauh Pala, Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan, sering terjadi peristiwa aneh di areal angker ini. Misalnya, pemburu kerap melihat orang misterius bertubuh tinggi besarl. Selain itu, mereka yang memancing atau berburu di areal ini juga sering diganggu suara-suara seram. "Dulu pernah ada orang berburu biawak, eh malamya dicari makhluk nisakala,” jelas Dewa Adi.

Secara terpisah, Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, dr Dudut Rustyadi, belum bisa memberikan keterangan apa pun terkait hasil pemeriksaan luar dan otopsi jenazah korban Kadek Sudayasa. “Kami tidak bisa beri keterangan secara langsung, tanpa seizin dari pihak humas rumah sakit,” elak dr Dudut seusai otopsi jenazah korban di RS Sanglah, Minggu kemarin.

Kadek Sudayasa sendiri merupakan korban tewas salah tembak kedua di Bali dalam kurun setahun terakhir. Sebelumnya, kasus serupa juga terjadi di Desa Pucak Sari, Kecamatan Busungbiu, Buleleng, 27 Januari 2017 pagi pukul 07.30 Wita. Korbannya adalah I Wayan Suarca, 49, yang tewas ditembak oleh adik sepupunya, Ketut Agustina alias Nyengkrut, 36, karena disangka monyet. *d,ind

Komentar