nusabali

Sekolah Akan Gelar Upacara

  • www.nusabali.com-sekolah-akan-gelar-upacara

Bangunan SMPN 3 Petang berdiri di atas lahan bekas kuburan. Di sekolah tersebut acapkali ada peristiwa murid kerauhan massal.

Kasus Keracunan Puluhan Murid SMPN 3 Petang

MANGUPURA, NusaBali
Seluruh murid SMPN 3 Petang di Desa Belok Sidan, Kecamatan Petang, yang diduga alami keracunan, Selasa (5/12), sudah masuk sekolah seperti biasa. Pihak sekolah menyerahkan penanganan kasus ini ke aparat kepolisian, dan berharap kejadian serupa tidak terulang.

“Saya sama sekali tidak menduga kejadian ini. Tapi syukurlah semua siswa sudah masuk sekolah,” kata Kepala SMPN 3 Petang Ketut Sueta, saat ditemui, Selasa kemarin. Hingga kemarin Sueta mengaku belum mendapat kepastian penyebab 38 siswanya mengalami gejala mirip keracunan, yakni mual-mual, pusing, dan muntah-muntah. Kalau dibilang karena makan nasi bungkus, seharusnya bukan hanya murid yang dilarikan ke puskesmas maupun rumah sakit, tapi juga guru karena ikut makan di kantin sekolah.

“Saya masih merasa ada yang ganjil. Karena guru juga makan di kantin, semestinya mereka (guru) juga mengalami,” kata Sueta. Menurutnya sejak sekolah berdiri 17 tahun silam belum pernah sekalipun terjadi kasus siswa keracunan.

Keganjilan lainnya, kata dia, mayoritas justru perempuan yang bertumbangan. Dari 38 siswa, hanya empat orang laki-laki. “Jadi saya introspeksi ada apa ini?,” ucap Sueta. “Kalau siswa kerauhan cukup sering. Kadang-kadang siswa tiba-tiba nangis sampai pernah kerauhan massal, ada lebih dari 10 orang,” aku Sueta.

Untuk siswa kerauhan dirinya bisa memaklumi karena memang dulunya sekolah yang berdiri di atas lahan seluas sekitar 1 hektare yang memiliki enam kelas dan satu ruang guru, tersebut adalah areal kuburan. Bahkan saat proses pembangunan sekolah tahun 2000 silam, pernah ditemukan tulang belulang. “Waktu bikin pondasi ada tulang terangkat,” katanya.

Karena menemukan hal-hal yang ganjil itu lah pihak sekolah berencana melakukan upacara secara menyikapi kasus yang menimpa siswa. “Tapi kapan keputusannya, menunggu hasil rapat yang bakal digelar bersama stakeholder terkait dalam waktu dekat,” imbuh Sueta. Dia menyatakan tak ada firasat apapun atas kejadian pada Senin (4/12).

Sementara kantin yang terletak di bagian belakang sekolah pada Selasa kemarin tutup dan terpasang garis polisi (police line). Menurut pihak sekolah, kantin milik Ni Nyoman Pariasmi sengaja ditutup sementara sambil menunggu hasil uji laboratorium dari BPOM Denpasar terhadap sampel makanan nasi bungkus berisi nasi, mie, dan ayam sisit. Mengenai keputusan apa yang diambil setelah keluar hasil uji sampel makanan, Sueta belum bisa menjawab. “Setelah ada hasil (uji laboratorium) baru kami bisa ambil keputusan,” tegasnya.

Camat Petang Ida Bagus Nata Manuaba menyayangkan kejadian yang dialami puluhan murid SMPN 3 Petang. “Sebetulnya sejak kejadian keracunan di Abiansemal, sudah saya imbau sekolah khususnya yang ada di Kecamatan Petang untuk memperhatikan makanan yang ada di kantin sekolah,” ujarnya.

Untuk itu, pihaknya berencana mengumpulkan seluruh kepala sekolah se-Kecamatan Petang dalam waktu dekat. Dia akan menegaskan kembali agar sekolah memperhatikan higienitas makanan yang dijual kepada siswa.

“Unit Kesehatan Sekolah (UKS) bekerjasama dengan segenap stakeholder terkait harusnya melakukan pemeriksaan secara berkala. Apakah makanan yang dijual menggunakan bahan-bahan kimia atau tidak, itu harus diperiksa,” imbau Nata Manuaba. Dia berharap kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Badung dr I Gede Putra Suteja secara terpisah juga menaruh harapan sama, kejadian serupa tidak terulang baik di SMPN 3 Petang maupun di sekolah yang lain. “Mudah-mudahan tidak ada lagi setelah kejadian ini. Kami tentu akan mengintensifkan pengawasan bersama Dinas Pendidikan tentunya,” tegas pejabat asal Mengwitani, itu.

Disinggung terkait hasil laboratorium, sejauh ini belum keluar. “Uji lab paling tidak dua mingguan. Setelah keluar dari BPOM kami akan sampaikan hasilnya,” kata dia.

Kasus yang menimpa puluhan siswa di SMPN 3 Petang, tegas Suteja, merupakan kejadian luar biasa (KLB). “Kenapa saya sebut KLB, karena definisi KLB di Dinas Kesehatan berbeda. Yang disebut KLB bila sebelumnya tidak ada kasus, kemudian terjadi kasus. Atau dari semula terjadi kasus sampai kemudian ada korban meninggal, itu juga disebut KLB,” jelasnya. “Jadi ini sesuai SOP di Dinas Kesehatan,” tandas Suteja.

Seperti diketahui, puluhan siswa SMPN 3 Petang bertumbangan setelah menyantap makanan berupa nasi, mie, dan ayam sisit yang dibeli di kantin sekolah. Data teranyar siswa yang alami keracunan berjumlah 38 orang.

Keracunan massal ini berawal dari siswa makan di kantin sekolah sekitar pukul 07.00 Wita atau sebelum masuk ke kelas. Berselang beberapa jam kemudian atau pada saat jam istirahat, gejala keracunan mulai dikeluhkan oleh para siswa. Keluhan muncul mulai pukul 10.30. Beruntung seluruh siswa sudah membaik dan sudah bisa kembali masuk sekolah. *asa

Komentar