nusabali

Puri Ubud Pun Sepi Wisatawan

  • www.nusabali.com-puri-ubud-pun-sepi-wisatawan

Dampak erupsi Gunung Agung kian terasa di sejumlah objek wisata di Gianyar.

Pascaerupsi Gunung Agung, Pariwisata Sulit Pulih

GIANYAR, NusaBali
Terutama di Puri Agung Ubud, biasanya tiap hari selalu dijejali para wisatawan asing. Namun pascaerupsi Gunung Agung, kawasan puri ini, terutama di ancak saji, makin sepi wisatawan.

Salah seorang petugas jaga di ancak saji Puri Agung Ubud, Eka mengakui ada penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Ubud. “Sejak Bandara Ngurah Rai ditutup, sangat jarang ada turis datang ke Ubud,” ujar pria asal Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Gianuar, Senin (4/12). Dia menjelaskan, setelah bandara dibuka kembali pun, turis maish amat jarang kembali ke Bali. Kata dia, jika biasanya kendaraan travel lalu lalang di objek wisata ini, hingga menyebabkan kemacetan arus lalu lintas. kali ini suasana jalan lengang. “Mungkin wisatawan mengira Gunung Agung akan terus meletus. Padahal sekarang kondisi Gunung Agung sudah normal,” ujarnya. Saat berjaga kemarin di office puri, atau di areal luar puri, dia hanya melihat segelintir turis. “Dari pagi sampai siang ini, saya cuma lihat sekitar 10 orang saja. Sepertinya di bawah 20 orang ini yang masuk,” ujarnya.

Padahal biasanya, jika siang hari, apalagi menjelang tahun baru, gelombang turis menuju puri sangat padat. Halaman luar puri biasanya sudah penuh dengan turis. “Biasanya musim ini, turis dari Tiongkok datang kemari. Tapi sekarang nyaris tidak ada bus masuk Ubud,” jelasnya.

Sebagai petugas di puri, dia sendiri tidak bisa menghitung jumlah kunjungan turis. Itu karena masuk puri tidak dikenakan karcis. “Bahkan di sini tidak ada sumbangan,” ujarnya. Jadi jumlah yang bisa dilihat hanya kasat mata dan hitungan kasar saja.

Walau masuk puri gratis, namun turis tidak bisa sembarangan ketika berada di areal puri. “Sudah ada papan larangan, tidak boleh naik dan sebagainya. Masuk boleh tapi ada batasannya,” jelasnya. Apabila ada tamu yang membandel, barulah petugas menegur turis tersebut. Diakui, kunjungan ke puri merupakan barometer geliat turis di kawasan wisata Ubud. “Karena turis baru datang ke puri dulu. Baru keliling, ada ke museum, monkey forest atau mencari makan siang,” jelasnya. Dengan situasi ini, dia sendiri khawatir dampak ke depan.

Turunnya tingkat kunjungan turis ke Ubud juga tampak pada lengangnya rumah makan yang ada di sepanjang jalanan Ubud. Manager Bebek Tepi Sawah, Iwan, merasakan dampak tersebut. “Dampaknya terasa sekali, ada penurunan signifikan,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu jasa penyewaan taksi pangkalan, Nyoman Pantes, mengaku belum mendapat turis sejak pagi. “Tidak saja saya, banyak teman belum dapat narik,” ujar pria asal Bangli yang mangkal di pinggir jalan itu. “Kalau terus begini, kami bisa tidak makan,” keluhnya. *nvi

Komentar