nusabali

Jadi Juara Nasional Berkat Program 'Book Readers Club'

  • www.nusabali.com-jadi-juara-nasional-berkat-program-book-readers-club

Dalam konsep ‘Book Readers Club’ ini, semua guru di TK Bukit Sunrise School diminta untuk membaca satu buku setiap tiga bulan sekali. Buku yang mereka pilih, antara lain, teori tentang perkembangan anak usia dini, metode pengajaran, dan permainan yang menumbuhkan sukacita belajar

Luh Putu Yeni Aristianti SPd, Kepala Sekolah TK Bukit Sunrise School Desa Ungasan

DENPASAR, NusaBali
Prestasi membanggakan dibukukan Luh Putu Yeni Aristianti SPd, 35, perempuan asal Singaraja, Buleleng yang kini menjabat Kepala Sekolah TK Bukit Sunrise School, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Berkat karya tulis bertajuk ‘Book Readers Club’, Putu Yeni Aristianti berhasil sabet juara nasional dalam Lomba Karya Inovasi Pengelolaan Satuan Pendidikan Non Formal bagi GTK PAUD & Dikmas Tahun 2017.

Lomba Karya Inovasi Pengelolaan Satuan Pendidikan Non Formal bagi GTK PAUD & Dikmas yang mengantarkan Putu Yeni Aristianti sebagai jawara nasional tersebut diselenggarakan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas Kemendikbud RI, di Hotel Millenium, Jakarta, 24 November 2017 lalu. Dalam lomba tingkat nasional ini, Putu Yeni menampilkan karya tulis inovasi berjudul ‘Penerapan Book Readers Club Membawa TK Bukit Sunrise School Inspiratif, Dinamis dan Melahirkan Generasi Bangsa yang Cerdas serta Berkarakter’.

Awalnya, ada 700 karya tulis inovasi pengelolaan GTK PAUD dan Dikmas dari seluruh Indonesia yang ikut seleksi. Pada akhirnya, hanya 10 karya tulis invovasi yang lolos ke babak final, termasuk karya Putu Yeni. Hebatnya, karya Putu Yeni terpilih sebagai yang terbaik.

“Dari 700 karya tulis, yang dinyatakan lulus administrasi hanya 329. Kemudian, disaring menjadi 58 karya tulis inovasi untuk selanjutnya diuji turnitin dan aplikasi untuk mengecek bahwa hasil karya orisinil dari penulisnya. Setelah dicek, loloslah 10 naskah untuk presentasi di Jakarta. Nah, dari 10 naskah yang masuk, saya satu-satunya wakil dari Bali,” ungkap Putu Yeni kepada NusaBali di Denpasar, Jumat (1/12) lalu.

Dalam babak final untuk presentasi hasil karya tulisnya di Hotel Millenium, Jakarta, Putu Yeni bersaing dengan 9 kompetitor asal berbagai daerah di Indonesia, masing-maisng wakil dari Banyumas (Jawa Tengah), Kendari (Sulawesi Tenggara), Jogjakarta, Gunung Kidul, Jawa Tengah, Bukittinggi (Sumatra Barat), Bandung (Jawa Barat), Banten, dan Ternate (Maluku). Setelah dilakukan presentasi, Putu Yeni selaku wakil Bali dinobatkan sebagai juara.

Putu Yeni menggungguli wakil dari Banyumas dan Kendari, yang masing-masing menduduki posisi runner-up dan peringkat III. Pemenang lomba diumumkan saat peringatan Hari Guru Nasional, 25 November 2017, di Kantor Kemendikbud, Jakarta. Sertifikat juara bagi Putu Yeni langsung diserahkan Mendikbud Prof Dr Muhadjir Effendi

“Saya sangat bersyukur bisa jadi juara. Hampir semua kompetitor memiliki gagasan luar biasa. Tujuan karya tulis ini adalah untuk mendapatkan inovasi dan gagasan baru dalam pengelolaan PAUD dan Pendidikan Masyarakat,” tutur Putu Yeni yang juga menjabat Ketua Gugus PAUD IV Kecamatan Kuta Selatan, Badung.

Putu Yeni memaparkan, penerapan ‘Book Readers Club Membawa TK Bukit Sunrise School Inspiratif, Dinamis, dan Melahirkan Generasi Bangsa yang Cerdas dan Berkarakter’ dilatarbelakangi minat baca guru yang masih rendah. Padahal, pemerintah sudah menggelontorkan dana besar untuk gerakan literasi anak. “Bagaimana caranya mengembangkan gerakan literasi, kalau minat baca gurunya saja masih rendah?” ujar pendidik kelahiran Singaraja, 8 April 1982, asal Banjar Bale Agung, Kelurahan Paket Agung, Singaraja, Kecamatan Buleleng ini.

Hal lain yang mendorong Putu Yeni membuat inovasi ‘Book Readers Club’, karena perpustakaan di sekolah tempatnya bekerja memiliki hampir 1.000 koleksi buku. Namun, guru-guru setempat masih jarang meminjamnya sebagai referensi untuk membantu motivasi belajar anak. Para guru malah lebih disibukkan dengan tugas kesehariannya seperti membuat rencana pengajaran dan penilaian.

“Sehingga ketika para guru harus mencari cara untuk bagaimana menangani anak yang mengalami gangguan belajar, atau cara mendapatkan suka cita belajar, mereka masih sangat tergantung kepada kepala sekolah,” jelas Putu Yeni.

Putu Yeni menjelaskan, konsep ‘Book Readers Club’ ini berupa program baca buku. Caranya, dengan meminta semua guru di TK Bukit Sunrise School, Desa Ungasan untuk membaca satu buku setiap tiga bulan sekali. Topik buku yang mereka pilih, antara lain, teori tentang perkembangan anak usia dini, metode pengajaran untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), permainan-permainan yang menumbuhkan sukacita belajar untuk anak usia dini, serta aspek pengembangan anak usia dini.

Selain itu, pengetahuan guru juga ditambah dengan buku lain, tentang motivasi pendidik dan anak didik untuk terus belajar, buku psikologi untuk anak berkebutuhan khusus, dan buku-buku tentang teknik pengajaran bahasa, cognitive, seni, fisik, dan motorik. Penerapan ‘Book Readers Club’ di TK Bukit Sunrise School tersebut, kata Putu Yeni, tidaklah susah. Sebab, hampir semua gurunya adalah guru muda.

“Setelah dua minggu membaca, mereka harus mempresentasikan intisari dari buku yang dibacanya. Saya mulai terapkan ini sejak dua tahun lalu, dan setelah program ini berjalan, guru-guru saya menjadi candu membaca. Kurikulum kami pun bisa lebih menarik untuk anak,” terang ibu satu anak dari pernikahannya dengan Ketut Wirat Ariawan ini.

Dari kecanduan membaca itu, berbagai program menarik muncul dan dikembangkan untuk menjadikan belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak. Deretan program itu, antara lain, brain gym (senam otak) sebelum memulai pembelajaran.

“Setiap hari anak kami sebelum mulai pembelajaran, brain gym dulu. Kemudian, mereka berdiskusi dengan satu tema yang sudah ditentukan untuk meningkatkan wawasan dan kepercayaan diri dalam berbicara,” jelas Putu Yeni.

Program lainnya, TK Bukit Sunrise School juga memiliki program ‘Home Story’ di mana anak-anak diberikan satu buku tentang moral, kemudian diceritakan oleh orangtuanya di rumah. “Buku tentang moral itu misalnya bercerita soal kejujuran, berbagi, membuang sampah di tempatnya, untuk diceritakan oleh orangtuanya di rumah. Nah, sebagai bukti bahwa mereka dibacakan buku ceritanya, maka kami meminta orangtua mendokumentasikannya dengan foto sewaktu program ini berjalan,” tandas jebolan Si Jurusan Bahasa Inggris FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar ini.

Atas ide brilian ini, guru-guru di TK Bukit Sunrise School menjadi juara I dalam Lomba Pembuatan Alat Permainan Edukatif (APE) se-Kabupaten Badung. Sedangkan salah satu guru juga tembus peringkat 8 besar lomba karya inovasi dalam kategori pembelajaran. Bahkan, Putu Yeni Aristiati donobatkan sebagai jawara nasional ‘Lomba Karya Inovasi Pengelolaan Satuan Pendidikan Non Formal bagi GTK PAUD & Dikmas Tahun 2017’. Ini melengkapi semangat 4 tahun berdirinya TK Bukit Sunrise School.

“Buat saya, di umur sekolah kami yang baru 4 tahun, sungguh membanggakan karena kami bisa memberikan alternatif bagi cerahnya wajah Pendidikan Anak Usia Dini. Apalagi, bisa bersaing di tingkat nasional. Kemarin, saya melewati setiap seleksi itu tanpa beban. Ketika diumumkan menjadi juara nasional, saya meyakini doa yang tidak terputus dari ibu, bapak, suami, dan anak, adalah kekuatan bagi saya melalui semua ini,” papar anak sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan I Gede Pastika dan Nyoman Semadiningsih ini. *ind

Komentar