nusabali

Industri Pariwisata Yakinkan Bali Aman

  • www.nusabali.com-industri-pariwisata-yakinkan-bali-aman

Penutupan bandara telan kerugian Rp67,5 miliar per hari

DENPASAR, NusaBali

Industri pariwisata Bali saat ini sedang berjuang. Di tengah letusan Gunung Agung yang saat ini belum mencapai klimaks, perjuangan pebisnis di Bali adalah bagaimana meyakinkan wisatawan bahwa daerah tersebut masih aman dikunjungi.
 
Aura kepanikan para pemilik toko yang terus berusaha meyakinkan wisatawan bahwa keadaan aman, sangat menyelimuti. Namun, letusan Gunung Agung pun mengungkapkan cerita lain.
 
"Kami masih buka, jaraknya 18 kilometer dari gunung berapi. Gunung lain melindungi kita, Angin dan abu tak sampai ke Amed," Kata Nyoman Miskin Aryana dikutip vivanews dari Sout China Morning Post, Kamis 30 November 2017.
 
Aryana adalah pengelola sebuah rumah singgah berisi tiga kamar di Amed, sebuah desa pesisir Bali yang populer dengan wisata baharinya. Sebelum letusan ini, bisnis pariwisata di Amed yang terletak di pantai timur Bali memang lambat perkembangannya.
 
Saat ini sekitar 100 ribu orang tinggal di dalam zona bahaya. Amed dan sebagian desa yang melapisi garis pantai distrik Karangasem berada di luar zona bahaya resmi. Namun, hal itu pun tidak menguntungkan bagi desa itu. Lokasinya yang diapit oleh gunung dan laut sejak Gunung Agung bergolak pada September lalu, sepi pengunjung.
 
"Penduduk setempat yang mengelola rumah singgah, restoran, atau penyewaan motor sedang berjuang," kata seorang Prancis yang mengelola penyewaan alat selam di Amed, Arnaud Billon.
 
Arnaud menceritakan, kala itu tempatnya sedang melakukan lokakarya instruktur selam pada saat Gunung Agung pertama kali bergetar sepanjang hari pada September lalu. Wisatawan panik tempat usahanya akhirnya ditutup sementara.
 
Situasi mulai membaik menurutnya pada November, sejumlah wisatawan pun datang. Namun, hal itu tak berlangsung lama, hingga kini muntahan abu vulkanik Gunung Agung membuat bisnisnya kembali terganggu.
 
Saat ini menurutnya warga Amed merasa aman, bahkan jika gunung itu meletus. Tapi, mereka frustasi karena kekurangan pendapatan, karena banyak mata pencahariannya yang bergantung pada pariwisata.
 
Di sisi lain, penutupan Bandara Ngurah Rai, Bali yang berlangsung pada 26 November 2017 hingga 29 November 2017 akibat dampak sebaran abu vulkanik Gunung Agung telah membuat pendapatan sejumlah maskapai dunia hilang per harinya.
 
Chief Executive Perusahaan Riset Transportasi Crucial Perspective, Corrine Pn mengungkapkan, dalam satu hari jika Bandara Ngurah Rai Bali ditutup maka total pendapatan sekitar 47 maskapai yang terbang ke pulau dewata akan hilang sekitar 5 juta dollar AS atau setara Rp67,5 miliar (kurs Rp13.500 per dolar).
 
"Ini akan semakin buruk bagi maskapai penerbangan terlebih saat ini berada dalam puncak musim perjalanan liburan dan rute Bali sangat menguntungkan," katanya.
 
Dikutip dari Reuters, pada Kamis 30 November 2017, penutupan bandara tersebut membuat sejumlah maskapai penerbangan dunia membatalkan penerbangan hingga mengalihkan sejumlah penerbangannya ke tujuan lain.
 
Bahkan, jika kondisi Gunung Agung kembali meningkat, para ahli penerbangan menyatakan, maskapai sebaiknya mempertimbangkan untuk mengurangi frekuensi penerbangan ke Bali dalam jangka panjang untuk kurangi risiko. *

Komentar