nusabali

Gunung Agung Sempat Lontarkan Batu

  • www.nusabali.com-gunung-agung-sempat-lontarkan-batu

Gubernur Bali Made Mangku Pastika bantah informasi terjadi hujan batu panas dari Gunung Agung mengarah ke Desa Dukuh

Muncul Dua Lubang Kawah, dengan Warna Asap Berbeda


AMLAPURA, NusaBali
Erupsi Gunung Agung memasuki episode baru dengan lontaran batu panas, Selasa (28/11) sore pukul 15.00 Wita. Informasinya, batu panas ukuran segenggam tangan orang dewasa ini terjadi di Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Karangasem yang berjarak 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung.

"Lontaran bebatuan sebesar genggaman tangan di Desa Dukuh itu terjadi hanya sesaat sekitar pukul 15.00 Wita,” ungkap Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM, Gede Suantika, di Pos Pengamatan Gunung Agung kawasan Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Selasa kemarin.

Ukuran batu yang terlontar dari kawah Gunung Agung bervariasi, mulai sebesar kerikil hingga segenggaman tangan orang dewasa. Batu-batu vulkanik itu diduga panas dengan suhu hingga 500 derajat Celcius. "Belum bisa dihitung berapa banyak ya volume bebatuan yang terlontar. Luasan sebarannya juga belum diketahui. Batunya saya kira bisa panas mencapai 500 derajat Celcius," ujar Suantika.

Menurut Suantika, lontaran bebatuan panas diduga mengarah ke Desa Dukuh, karena daerahnya lebih rendah, sehingga dinding kawahnya terbuka ke tempat itu sebagai akibat gempa tremor yang berlangsung terus menerus. "Mungkin juga lontaran bebatuan ini bisa ke daerah lain,” katanya.

Lontaran batu panas ini, menurut Suantika, diawali dengan tremor tidak biasa yang te-rekam seismograf. Tremor tersebut belum pernah tercatat sebelumnya, sejak aktivitas Gunung Agung meningkat, September 2017 lalu. "Tadi pukul 13.30 sampai 14.00 Wita, kita rekam di seismograf tremor over. Ini pertama kali terjadi sejak September 2017. Beberapa saat kemudian, terlontar batu-batu itu," papar Suantika.

Gunung Agung mulai memasuki fase krisis sejak Selasa siang, ditandai terjadinya tremor overscale dengan aplitudo 1-2 mm, yakni getaran melebihi ambang batas yang dibaca seismograf hingga satu rentet, sehingga besarannya tak bisa dicatat. Hal ini menandakan dorongan magma untuk keluar semakin tinggi. Selain itu, suara dentuman dan gemuruh dari kawah Gunung Agung terus terdengar hingga radius 12 kilometer.

Menurut Suantika, berdasarkan pantauan visual, erupsi magmatif yang terjadi selama ini pergerakan magmanya masih efusif  (lambat), sehingga lava pijar yang keluar meleleh perlahan hanya sampai di lantai kawah Gunung Agung. Namun, energi magma jauh lebih besar dorongannya di banding hari-hari sebelumnya. Itu sebabnya, terjadi lontaran kerikil di Desa Dukuh.

Semakin kuatnya dorongan magma dari dasar kawah Gunung Agung, kata Suantika, menyebabkan munculnya kawah baru. Karenanya, asap yang keluar pun dua macam sekaligus, yakni warna putih dan warna abu. Lubang sebelumnya berdiameter 60 meter, sementara lubang kedua tidak terpantau diameternya.

"Lubang kawah Gunung Agung yang pertama menghasilkan asap putih, sedangkan lubang kedua mengeluarkan asap abu kehitaman," ujar Suantika. Penyebab timbulnya dua lubang kawah ini, kata Suantika, karena adanya dorongan magma dari perut Gunung Agung yang terus mendobrak keluar namun tidak mampu tembus, sehingga menimbulkan retakan dan lubang. Kemungkinan kawahnya belum penuh magma, sehingga belum ada yang keluar dari kawah gunung. Makanya, proses pengumpulan lava akan terus terjadi ke depannya.

Berdasarkan hasil data, suhu kawah di puncak Gunung Agung sudah mencapai 300 derajat celcius alias panas sekali. "Saat ini memang sudah tercium bau belerang, namun untuk dihirup manusia belum masuk berbahaya," ujar Suantika.

Sementara, kepulan asap yang keluar dari kawah puncak Gunung Agung semakin tinggi, karena tekanan gas yang terus bertambah. Kepulan asap membubung setinggi 4.000 meter atau 4 kilometer dari puncak Gunung Agung. "Ya, asap udah mencapai 4.000 meter dari permukaan kawah Gunung Agung, angin bertiup ke arah barat daya," papar Suantika.

Suantika menjelaskan, ketinggian asap dan intensitasnya tergantung tekanan gas yang ada di perut Gunung Agung. Semakin tinggi kepulan asap, itu menandakan kian besar tekanan gas dan volume magma di dalam perut Gunung Agung. "Indikasi adanya tekanan lebih yang keluar. Otomatis tekanan itu mempengaruhi lava untuk semakin naik, tapi belum sampai keluar kawah hingga saat ini."

Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika bantah informasi terjadi hujan batu dari kawah Gunung Agung di Desa Dukuh. Bantahan tersebut disampaikan Gubernur Pastika saat video conference dengan Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, di Ruang EOC Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, Selasa sore. Gubernur Pastika keluarkan bantahan, setelah berkoordinasi dengan Kapolda Bali, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, dan pihak terkait lainnya

Menurut Pastika, Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose bahkan langsung me-ngintruksikan Kapolsek Kubu untuk memastikan apakah hujan batu itu benar atau tidak. "Saya ingin menyampaikan kalau kabar telah terjadi hujan batu itu tidak benar. Tidak ada hujan batu. Tadi Pak Kapolda sudah mengintruksikan Kapolsek Kubu untuk memastikan apakah benar ada hujan batu, ternyata itu tidak ada,” tandas Pastika.

Sampai saat ini Gunung Agung masih mengeluarkan abu vulkanik setinggi hampir 4.000 meter. Hal tersebut membuat Bandara Ngurah Rai hingga kini ditutup. Kepada Menko Luhut, Pastika juga menyampaikan bahwa pengungsi saat ini dalam keadaan baik. Pastika juga menjamin jika untuk kesehatan para pengungsi tidak mengalami kendala.

"Pengungsi saat ini relatif tenang, hal ini karena status awas disampaikan pagi hari. Sehingga masyarakat bisa tenang menuju lokasi pengungsian. Untuk kesehatan sendiri, dokter dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten, TNI, Polda Bali ikut membantu dan telah siap apabila diperlukan. Bedanya dengan sebelumnya, saat ini para pengungsi mulai masak sendiri," beber Pastika. *k16

Komentar