nusabali

Dua Wanita Rela Gunduli Kepala, Rambutnya Dilelang Rp 2 Juta

  • www.nusabali.com-dua-wanita-rela-gunduli-kepala-rambutnya-dilelang-rp-2-juta

Sebelum digundul demi anak-anak penderita kanker, rambut Sukma Dewi panjangnya mencapai sebahu, sementara rambut Ruth Dyah panjangnya sampai sepunggung

Aksi Unik dalam Penggalangan Dana ‘Hair For Life’ Yayasan Peduli Anak Kanker Bali di Plaza Renon


DENPASAR, NusaBali
Aksi unik terjadi dalam acara penggalangan dana bertajuk ‘Hair For Life’ yang diselenggarakan Yayasan Peduli Anak Kanker (YPAK) Bali di Plaza Renon, Denpasar Selatan, Minggu (5/11). Dibilang unik, karena dua perempuan rela menggunduli kepalanya di lokasi. Lalu, potongan rambut mereka dilelang dengan harga Rp 2 juta buat didonasikan kepada yayasan untuk pengobatan anak-anak penderita kanker.

Dua perempuan yang aksi gundul kepala tersebut masing-masing Sukma Dewi, 36, dan Ruth Dyah, 34. Sebelum digunduli, rambut Sukma Dewi panjangnya mencapai sebahu, sementara rambut Ruth Dyah panjangnya sampai ke punggung. Mereka rela melepaskan mahkota kesayangannya sebagai perempuan, karena ingin ikut merasakan penderitaan anak-anak yang didera kanker. Pasalnya, gundul menjadi salah satu yang harus dijalani oleh penderita kanker.  

Sukma Dewi mengaku ada banyak alasan yang membuatnya rela melakukan aksi gundul kepala. Salah satunya, karena dia sering menonton video penderita kanker utamanya yang masih berumur sangat belia. Mereka terlahir dengan cobaan yang begitu berat. Anak yang seharusnya lebih banyak bermain dan belajar, namun harus menghabiskan waktu dengan menjalani pengobatan.

“Saya pikir melihat anak-anak yang sakit seperti itu, mereka tidak ada pilihan apa-apa. Mereka lahir dengan cobaan sakit, dan mungkin terkadang ada di antara mereka yang hidupnya dibully, karena nggak punya rambut atau kekurangan sesuatu,” tutur Sukma Dewi kepada NusaBali.

“Saya rela melakukan ini (gundul kepala), agar mereka (penderita kanker) bisa merasakan bahwa ada banyak orang yang peduli. Mereka tidak sendiri,” lanjut perempuan berusia 36 tahun yang tinggal di Jalan Ahmad Yani Denpasar ini.

Menurut Sukma Dewi, dirinya tersentuh dengan perjuangan anak-anak penderita kanker, bagaimana mereka semangat menjalani hidup. Itu sebabnya, Sukma Dewi tanpa ragu melakukan tindakan gundul kepala. Apalagi, sang suami juga mendukung niat mulianya ini. Sukma Dewi bahkan tidak peduli anggapan orang nantinya setelah tampil dengan kepala plontos.

“Saya ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa gundul itu tidak menakutkan. Banyak sih teman yang tanya, apa nggak sayang sama rambut? Nanti jelek. Tapi, prinsip saya, jelek itu bukan dilihat dari penampilan kamu, bukan dari berapa barang yang kamu miliki, tapi cantik itu semua dari hati,” kata perempuan yang kesehariannya sebagai pengusaha salon ini.

Sukma Dewi berharap anak-anak penderita kanker tetap semangat, karena masih banyak orang yang peduli dan siap membantu mereka. “Jangan patah semangat, yang terpenting hidup selalu bergembira, karena semua berawal dari pikiran. Begitu mereka happy, mukzijat itu bagi saya pasti ada. Jangan hiraukan orang yang membully. Yakinlah, pasti sambuh,” katanya.

Sementara, Ruth Dyah merasa hidupnya lebih bermakna setelah bertemu dengan anak-anak penderita kanker. Dekat dengan mereka, membuatnya berubah lebih peka terhadap orang lain. Perempuan berusia 34 tahun asal Bandung, Jawa Barat ini mengaku hidupnya berubah.

“Saat saya melihat langsung anak-anak penderita kanker, saya trenyuh ada anak yang ingin digendong. Saya melihat langsung penderitaan yang mereka alami. Dan, itu membuat sakit di hati saya, kasihan melihat mereka seperti itu,” kenang Ruth Dyah.

“Walau sakit, mereka itu motivasinya kuat sekali. Padahal, saya yang normal saja seringkali mengeluh dalam hidup. Dari situ, hati saya tersentuh, saya jadi lebih peduli. Dulu saya sama sekali nggak peduli sama orang. Sekarang saya lebih peka, meski saya orangnya agak kaku,” lanjut pekerja freelance yang belum genap setahun tinggal di Denpasar ini.

Potongan rambut Ruth Dyah dan Sukma Dewi sendiri kemarin langsung dilelang seharga Rp 2 juta. Uang hasil lelang rambut tersebut kemudian disumbangkan untuk anak-anak penderita kanker.

Selain Ruth Dyah dan Sukma Dewi, ada sekitar 50 pria yang ikut berpartisipasi dalam acara penggalangan dana ‘Hair For Life’ yang digelar YPAK Bali di Plaza Renon, Minggu kemarin. Sebagian besar yang ikut aksi gundul kepala tersebut adalah karyawan ‘Krisna Oleh-oleh’. Belasan pegawai salon terlihat lihai memangkas rambut mereka hingga kepalanya jadi gundul.

Acara penggalangan dana ‘Hair For Life’ YPAK Bali merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk masyarakat, sebagai wujud dari Gerakan Peduli Anak Kanker Bali. Tantangan berani gundul kepala dipilih agar semua masyarakat turut berempati terhadap anak-anak penderita kanker. Kegiatan kemarin dimeriahkan oleh bintang tamu ternama dari klub sepakbola Bali United, artis Nana Mirdad, dan Nanoe Biroe, sebagai wujud kepedulian mereka terhadap anak-anak penderita kanker.

Menurut Founder sekaligus Pembina YPAK Bali, Dwi Wahyu Kurniawan ST, dalam kegiatan ‘Hair For Life’ kemarin, tidak semua orang berani gundul. Sedangkan anak-anak penderita kanker identik dengan gundul akibat pengobatan yang mereka jalani.

“Sama seperti tahun lalu, kegiatan ini bersifat spontanitas. Siapa saja yang berpartisipasi, dapat langsung mendaftarkan diri. Ada juga donasi bersifat sukarela tanpa batas minimum,” jelas Dwi Wahyu.

Menurut Dwi Wahyu, selama 4 tahun YPAK Bali---yayasan yang beralamat di Jalan Pulau Flores Denpasar ini---berdiri, sudah 90 anak penderta kanker yang terdaftar. Mereka yang datang berumur 1-6 tahun. Pihaknya menerima anak-anak panderita kanker, agar mereka tetap mendapatkan fasilitas tempat yang nyaman yakni rumah singgah. Mereka juga harus menjalani perawatan di rumah sakit. Saat ini, fasilitas di yayasan disediakan 18 bed.

“Mereka kebanyakan menderita kanker darah (leukemia), ada juga kanker yang lain. Mereka berasal dari wilayah Bali, NTB dan NTT. Karena mereka seringkali tiap tiga hari sekali harus pengobatan ke rumah sakit, maka dari itu kita tampung di sini, dibuatkan rumah singgah,” ujar Dwi Wahyu.

Selain pengobatan, di rumah singgah tersebut segala keperluan makan dan minum ditanggung gratis. Tidak hanya itu, YPAK Bali juga memiliki program ‘sekolah’. Sebab, anak-anak penderita kanker juga masih memiliki cita-cita dan mimpi setinggi langit. “Kami ada program sekolah. Mereka home schooling,” ujarnya.

YPAK Bali juga juga melakukan program sosial edukasi, di mana masyarakat yang belum mengetahui soal kanker, diberikan edukasi dan penyuluhan tentang kanker. Menurut Dwi Wahyu, program sosial edukasi ini terbuka untuk umum. *in

Komentar