nusabali

Warga Sanur Gerudug RS Bali Mandara

  • www.nusabali.com-warga-sanur-gerudug-rs-bali-mandara

Massa menuntut perjanjian hitam di atas putih, 10 persen warga asli Sanur dipekerjakan di RS Bali Mandara. RS langsung beroperasi tanpa launching.

DENPASAR, NusaBali

Ribuan warga Sanur gerudug Rumah Sakit Bali Mandara di Jalan Bypass Ngurah Rai, Sanur, Denpasar Selatan, Sabtu (28/10), bertepatan dengan rencana launching rumah sakit tersebut. Massa menuntut perjanjian hitam di atas putih, minimal 10 persen tenaga kerja di RS Bali Mandara diambil dari warga asli Sanur.

Ribuan warga dari 27 banjar di wilayah Sanur tersebut berkumpul sejak sekitar pukul 08.00 Wita di Pantai Mertasari. Mereka dikomando oleh Ketua Yayasan Pembangunan Sanur (YPS) Ida Bagus Gede Sidharta Putra, Bendesa Adat Intaran Anak Agung Kompyang Raka, didampingi Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar dari Fraksi Golkar I Wayan Mariyana Wandira, anggota DPRD Kota Denpasar dari Fraksi Hanura Ida Bagus Ketut Kiana, serta tokoh masyarakat Sanur lainnya.

Merasa kecewa karena tidak ada satupun pejabat yang datang ke Pantai Mertasari, massa menuju ke RS Bali Mandara di Jalan Bypass Ngurah Rai. Sekitar pukul 09.00 Wita dengan diiringi blaganjur, massa mulai merangsek menuju RS Bali Mandara dengan berjalan kaki sambil orasi menagih janji. Akibatnya, dua arus jalan di Bypass Ngurah Rai sempat lumpuh. Bahkan, launching RS Bali Mandara pun dibatalkan.

Ketua YPS IB Gede Sidharta Putra, menjelaskan ribuan warga yang datang ke RS Bali Mandara karena sudah jenuh dengan janji-janji yang mengatakan akan memenuhi tuntutan, minimal 10 persen tenaga kerja di RS Bali Mandara adalah warga asli Sanur. Menurut IB Sidharta, janji-janji hanya sebatas kata-kata. Ketika diminta untuk membuat perjanjian tertulis, pihak pemerintah tidak bisa memenuhi hal itu.

“Kami sudah berkali-kali melakukan pertemuan. Jika dihitung hingga sekarang sudah 10 kali pertemuan, tapi tidak ada kesepakatan resmi hitam di atas putih. Masyarakat sudah capek dengan janji-janji pemerintah. Yang kami harapkan sekarang ini bukan janji saja tetapi ada realisasi hitam di atas putih,” tandasnya.

Kendati sudah diberikan tambahan lagi 40 orang dari sebelumnya 23 orang dengan total menjadi 63 orang, menurut IB Sidharta, tetap saja jika tidak ada kesepakatan tertulis, janji itu bisa saja tidak ditepati. “Yang diinginkan warga adalah melihat langsung bukti perjanjian itu. Karena selama ini kan janji saja tanpa ada hitam di atas putih. Pada kenyataannya warga kami hanya diterima 3 orang saja,” ucapnya.

Bendesa Adat Intaran AA Kompyang Raka, mengatakan di dalam kesepakatan saat sosialisasi sebelumnya, pihaknya sudah ada perjanjian dengan tim dari Pemprov Bali. Bahkan di dalam MoU yang dibuat sebelumnya sudah tertuang bahwa RS Bali Mandara akan memprioritaskan tenaga kerja lokal saat pengoperasian.  

Kompyang Raka yang juga anggota DPRD Provinsi Bali dari Fraksi PDI-Perjuangan, mengatakan, untuk kali ini jika pemerintah tetap tidak mengindahkan tuntutan masyarakat, mereka akan mengerahkan massa lebih besar lagi ke RS tersebut.

Merasa tidak ada tanggapan dari pihak terkait orasi masyarakat selama hampir satu jam, Plt Direktur RS Bali Mandara dr Bagus Darmayasa yang saat itu berada di dalam RS mempersiapkan launching, langsung dibawa keluar oleh beberapa tokoh masyarakat yang berhasil menerobos penjagaan. Namun sayangnya dr Bagus mengatakan tidak memiliki kewenangan memberikan keputusan atas tuntutan masyarakat tersebut. Pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pimpinan.

“Saya di sini hanya sebatas ngayah, dan masalah kebijakan itu keputusan pemerintah, atasan saya (Gubernur Bali, Red). Jadi masalah kebijakan ada di pemerintah, saya tidak bisa memberikan solusi saat ini. Nanti akan saya sampaikam ke pimpinan saya,” ujarnya. Mendengar hal itu, massa yang tidak puas menggoyang-goyang mobil tempat dr Bagus menjawab tuntutan pendemo.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, pihak keamanan langsung membawa dr Bagus kembali ke RS untuk diamankan. Dokter Bagus terlihat menangis, sembari memeluk Lurah Sanur Ida Bagus Raka Jisnu.“Saya hanya menjalankan tugas, sama seperti kalian juga. Saya ngayah di sini (RS Bali Mandara),” ujarnya.

Sementara acara launching terpaksa dibatalkan. “Walaupun batal launching, namun pengoperasian rumah sakit berjalan sesuai apa yang diharapkan. Ketika ada pasien sudah mulai bisa kita terima per hari ini (Sabtu kemarin), karena peralatan kami sudah lumayan lengkap,” tandasnya.

Sekitar pukul 11.30 Wita, akhirnya massa membubarkan diri. Hanya ada beberapa pecalang dan polisi yang berjaga di depan lobi dan di depan gerbang utama RS.

Sementara Kadis Kesehatan Provinsi Bali dr I Ketut Suarjaya, mengatakan arahan Gubernur Bali Made Mangku Pastika kalau pasien yang akan berobat ada yang datang ke RS Bali Mandara akan tetap dilayani, tanpa harus menggelar launching.

Suarjaya mengatakan launching hanya seremonial saja. Kalau ada pasien yang berobat akan dilayani. “Arahan Pak Gubernur, RS Bali Mandara akan menerima pasien yang berobat. Jadi secara otomatis beroperasi. Kapan mulai ada pasien saat itu otomatis beroperasi. Hari ini (kemarin) sudah mulai, karena tadi (kemarin) Pak Sekda Tjokorda Ngurah Pemayun menjadi pasien pertama periksa dan cek kesehatan,” ujar Suarjaya.

Suarjaya menyebutkan RS Bali Mandara sudah siap beroperasi. Sebab peralatan sudah ada, sumber daya manusia (SDM) juga sudah siap, izin operasi RS juga sudah lengkap.

Kalau nanti masih ada aksi demo lagi? “Kalau masih ada aksi demo? Ya masak tega menghalangi orang sakit untuk berobat. Kan tidak boleh itu menghalangi orang sakit berobat. RS Bali Mandara ini dibangun untuk masyarakat Bali. Jadi ini urusannya kemanusiaan. Prinsipnya sesuai arahan Pak Gubernur kita jalan melayani masyarakat itu saja,” tegas Suarjaya.

Soal proses pengisian tenaga kerja sesuai dengan keinginan masyarakat Sanur, menurut Suarjaya semuanya sudah dipenuhi. Termasuk tambahan 40 tenaga Satpam untuk di tahun 2018. “Untuk 40 orang tenaga satuan pengaman kan sudah dipenuhi juga. Kami siapkan proses itu dan kalau sudah terisi akan segera bekerja Januari 2018 mendatang,” tandas Suarjaya.

Suarjaya menyebutkan sebelumnya ada 23 posisi yang tersedia di RS Bali Mandara. Di antaranya 4 orang dokter spesialis, 6 orang S1 Kesehatan, 6 orang DIII Kesehatan, 7 orang tenaga non kesehatan seperti sopir, pemelihara gedung, dan laundry. Sekarang ini baru 4 dokter spesialisnya sudah ada pelamar umum. “Sementara 19 orang sisanya belum ada yang melamar. Kami tetap menunggu saja,” kata Suarjaya. *m, nat

Komentar