nusabali

Garam Palungan Tejakula Diusulkan Jadi Warisan Dunia

  • www.nusabali.com-garam-palungan-tejakula-diusulkan-jadi-warisan-dunia

Pihak Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Kabupaten Buleleng, akan mengusulkan budidaya garam palungan di Tejakula Buleleng sebagai warisan dunia. 

SINGARAJA, NusaBali
Sebab proses pembuatan garam ini memiliki keunikan, dengan proses pembuatan yang masih tradisional dan hampir tidak pernah ditemukan di daerah lain.

Kepala Diskanla Kabupaten Buleleng, Nyoman Sutrisna membeber, wacana menjadikan garam palungan Tejakula sebagai warisan dunia muncul ketika pihaknya mendapat undangan dari Kementerian Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) RI bersama United Nasions Food and Agriculture Organizations (UN-FAO) di Bogor enam bulan lalu. 

Pembahasan ini akan ditindaklanjuti dengan melaksanakan pertemuan Senin (12/10) hari ini. "Nanti di pertemuan itu akan ada diskusi teknis pembahasan penyusunan dokumen perencanaan pemberdayaan garam dengan sistem palungan. Ketika pertemuan di Bogor enam bulan lalu, yang menjadi sorotan FAO yakni presentasi kami tentang garam palungan di Tejakula sebagai warisan dunia yang akan kami pertahankan karena tidak ada di tempat lain,” ungkap Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Kabupaten Buleleng, Nyoman Sutrisna, Minggu (11/10). 

Salah satu langkah yang dilakukan untuk mewujudkan hal itu dengan jalan mempertahankan teknik pembuatan garam palungan. Bahkan menurutnya, teknik ini telah dikembangkan dengam pembuatan garam piramida. Karena, di tempat-tempat lain sudah tidak ada, sementara di Buleleng masih tetap bertahan.  "Sempat dimodifikasi dengan tekonologi tinggi, dengan mencoba menerapkan konsep garam piramida dengan rumah kaca,” tuturnya. 

Sementara itu para petani garam setempat menyambut baik langkah terobosan pemerintah itu. "Saya sudah puluhan tahun bertani garam palungan, meneruskan usahanya milik orang tua kami. Begitupula cara membuat garam palungan yang dipelajari dari para orangtua," ucap petani garam asal Banjar Dinas Bantes, Desa/Kecamatan Buleleng, Made Suastika.

Proses produksinya memang unik. Yakni mulai dengan meratakan tanah yang dicampur air laut menggunakan tulud di tambak garamnya setelah mengering, lapisan permukaan tanah bagian atas dikeruk dan dinaikan ke atas alat bernama tinjung. Air yang menetes dari dalam tinjung selanjutnya dijemur di dalam palung, terbuat dari bambu yang dibelah menjadi dua sampai mengkristal. 

Dengan usaha bertani garam di atas lahan seluas dua are, setiap dua hari sekali mampu memanen garam hingga 20 kilogram (kg). Garam hasil panen selanjutnya dijualnya ke pengepul seharga Rp 200 ribu. Sedikitnya, ada 15 petani garam palungan di Tejakula. "Cara memproduksi garam menggunakan palungan hanya ada di Tejakula," beber Suastika, sembari menyebut perbedaan yang mencolok, yakni kalau ditempat lain biasa menggunakan pasir, namun ditempat dia sendiri hanya menggunakan tanah sebagai campuran air laut, dan hasilnya lumayan.

Komentar