nusabali

Rangkaian Karya Mamungkah Pedudusan Agung Ngenteg Linggih Menawa Ratna di Pura Prapat Agung

Wetak Wanara Pendak Pralingga Ida Bhatara Siwa Budha

  • www.nusabali.com-rangkaian-karya-mamungkah-pedudusan-agung-ngenteg-linggih-menawa-ratna-di-pura-prapat-agung

Iring-iringan suci ini disambut meriah atraksi Wetek Wanara (pasukan kera) yang dipimpin Hanoman, menandakan kegembiraan menyambut kehadiran Ida Bhatara

NEGARA, NusaBali
Rangkaian Karya Mamungkah Pedudusan Agung Ngenteg Linggih Menawa Ratna Tawur Labuh Gentuh di Pura Dang Kahyangan Prapat Agung di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) di antara wilayah Kabupaten Buleleng dan Jembrana, mencapai babak penting. Pada Saniscara Umanis Tulo, Sabtu (11/10), digelar prosesi sakral mendak pralingga Ida Bhatara dan upacara mapepada wewalungan mulang pakelem.

Prosesi mendak pralingga yang meliputi pralingga Bhatara Siwa Budha, Melanting, dan Pasupati ini diselimuti suasana sukacita dan mistis. Terutama saat iring-iringan suci ini disambut meriah oleh atraksi Wetek Wanara (pasukan kera) yang dipimpin Hanoman, menandakan kegembiraan menyambut kehadiran Ida Bhatara.

Sebelum tiba di Prapat Agung, pralingga telah menempuh perjalanan spiritual yang panjang. Pralingga tersebut dijemput dari Pemerajan Manuaba Tampaksiring, Gianyar, pada Jumat (10/10). Selanjutnya, pralingga sempat dibawa menuju Pura Dang Kahyangan Mertasari, Kelurahan Loloan Timur, Jembrana, untuk menjalani prosesi pakoleman (diinapkan) selama satu malam.

Keesokan harinya pada Sabtu (11/10), iring-iringan pralingga diantar menuju Pura Prapat Agung di kawasan TNBB. Kedatangan iring-iringan pralingga disambut dengan upacara pamagpag (penyambutan) yang meriah di peteluan (pertigaan) depan palinggih pangayat segara atau di persimpangan menuju lokasi Pura Prapat Agung. 

Penyambutan ini menjadi momen yang paling menarik, karena turut dimeriahkan oleh pementasan Sekaa Wayang Wong dari Griya Penida, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana. Yang menjadi pusat perhatian adalah atraksi dari Wetek Wenara di bawah komando Hanoman, yang menyambut kedatangan pralingga Ida Bhatara dengan penuh sukacita dan semangat. 

Selain Wayang Wong, penyambutan juga dilengkapi dengan tari papendetan yang diiringi alunan baleganjur. Ada juga lantunan puja genta dari para Sulinggih dan Pamangku, diikuti oleh ratusan pamedek ataupun pangayah yang mengantarkan pralingga berjalan kaki dari tempat kedatangan hingga ke utama mandala pura.

Sebelum distanakan, serangkaian upacara pensucian pralingga dilaksanakan. Di candi bentar madya mandala pura, digelar prosesi pecaruan dan tetabuhan, dilanjutkan dengan pamelaspas pralingga. 

Para Wetak Wanara saat menyambut pralingga Bhatara Siwa Budha, Melanting, dan Pasupati di Pura Dang Kahyangan Prapat Agung, kawasan TNBB, Sabtu (11/10). -IST 

Prosesi ini memiliki makna untuk menganugerahkan kesucian pada seluruh piranti dan sarana upakara, agar bebas dari unsur-unsur kotor yang dapat mengganggu jalannya karya agung. Setelah penyucian tuntas, pralingga kemudian dimasukkan melalui kori agung dan diarak keliling murwa daksina (berkeliling mengikuti arah putaran jarum jam sebanyak tiga kali) sebelum akhirnya distanakan di Palinggih Pepelik. Kesakralan prosesi murwa daksina makin lengkap dengan persembahan tarian Rejang Dewa dan Pepedetan Teratai Putih di pelataran Utama Mandala.

Prosesi marayas hingga pralingga dinaikkan ke Pepelik ini dipuput (dipimpin) oleh Ida Pedanda Gede Ketut Putra Kemenuh dari Griya Sukataman, Jembrana. Para pamangku, walaka, dan prawartaka karya turut mendampingi segala prosesi sakral tersebut.

Selain marayas pralingga, pada kesempatan yang sama juga dilaksanakan upacara mapepada wewalungan mulang pakelem yang dipusatkan di Madya Mandala pura. Upacara ini merupakan proses penyucian seluruh hewan sarana upakara (wewalungan) sebelum dipersembahkan. Ragam wewalungan yang disucikan mencakup hewan-hewan khusus, seperti kebo yus merana, kebo anggrek bulan, sapi, asu bang bungkem, kidang, menjangan, kera, luwak, hingga angsa, bebek, dan ayam. Semua wewalungan ini dipasangi kain sesuai warna urip-nya, dilanjutkan dengan percikan tirta dan doa.

Panglingsir Pengempon Pura Dang Kahyangan Prapat Agung Ida Bagus Susrama didampingi Prawartaka Karya Ida Bagus Santa, Sabtu (11/10) menyatakan bahwa mendak pralingga dan mapepada wewalungan mulang pakelem ini merupakan rangkaian penting dari Tawur Labuh Gentuh. Di mana untuk prosesi mulang pakelem dilaksanakan di Selat Bali, Minggu (12/10). "Setelah ini berjalan, akan dilanjutkan mulang pakelem. Selain mapakelem, di hari yang sama juga digelar upacara melasti, mendak siwi, dan mapasar di pura melanting," ucap Gus Susrama. 

Menurut Gus Susrama, kedua acara sakral selama dua hari ini menjadi rangkaian vital sebelum puncak karya agung yang akan jatuh pada Purnama Sasih Kalima, Buda Umanis Julungwangi, Rabu (5/11) mendatang. 

"Kedua rangkaian karya agung selama dua hari ini kasangga (disambut) para semeton Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Buleleng," pungkasnya. Sebagai catatan, Pura Prapat Agung sendiri dikenal sebagai salah satu petilasan dari dharmayatra (perjalanan spiritual) Dang Hyang Nirartha atau Dang Hyang Dwijendra alias Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh. Berdasarkan Lontar Dwijendra Tattwa, tempat ini diyakini sebagai lokasi awal Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh mempelajari peradaban masyarakat Bali, bahkan disebut sebagai tempat permandian dan bersamadhi, dikuatkan dengan temuan payogan dan telaga yang tak pernah kering.

Meski demikian, tempat suci ini baru ditemukan dan mulai dibangun pada tahun 1991 karena lokasinya yang tersembunyi jauh di dalam hutan kawasan konservasi. Proses pembangunannya pun memakan waktu lama karena berada di tengah kawasan TNBB dan di kemiringan bukit. Karya Mamungkah Pedudusan Agung Ngenteg Linggih Menawa Ratna Tawur Labuh Gentuh yang akan dilaksanakan pada Rabu (5/11) mendatang akan menjadi salah satu karya terbesar di Pura Prapat Agung. 7 ode

Komentar