nusabali

Apa Itu Rug Pull? Waspadai Modus Penipuan di Dunia Kripto

  • www.nusabali.com-apa-itu-rug-pull-waspadai-modus-penipuan-di-dunia-kripto

JAKARTA, NusaBali.com - Pernah dengar istilah “rug pull”? Di dunia kripto, istilah ini bukan cuma sekadar jargon, tapi salah satu modus penipuan yang paling sering bikin investor kehilangan modal. Rug pull terjadi ketika pengembang proyek tiba-tiba menarik dana dan meninggalkan para investor dengan token yang tak lagi bernilai.

Fenomena ini makin sering muncul seiring naiknya minat masyarakat terhadap aset digital. Banyak trader yang tergoda ikut proyek baru tanpa riset mendalam karena berharap profit cepat dari lonjakan harga cryptocurrency

Tapi sayangnya, justru di situlah para pelaku rug pull memanfaatkan momentum FOMO untuk menjebak korban.

Bagaimana Rug Pull Bisa Terjadi?

Skema rug pull biasanya dimulai dengan cara yang sangat meyakinkan. Tim pengembang meluncurkan token atau proyek baru, lengkap dengan whitepaper, situs resmi, dan komunitas media sosial yang aktif. 

Mereka menciptakan euforia dengan janji besar, mulai dari “teknologi revolusioner” sampai “ROI 100x”.
Setelah cukup banyak investor membeli token dan menambahkan likuiditas ke pool di DEX (seperti Uniswap atau PancakeSwap), pengembang kemudian menarik seluruh dana likuiditas itu.

Akibatnya, token jadi tidak bisa diperdagangkan lagi, dan nilainya anjlok hingga nyaris nol. Dalam hitungan menit, proyek yang terlihat menjanjikan bisa berubah jadi bencana finansial.

Beberapa kasus rug pull bahkan melibatkan influencer atau akun palsu yang menyebarkan berita btc atau aset kripto palsu untuk memancing lebih banyak investor. Inilah sebabnya penting banget buat selalu cross-check sumber informasi sebelum ikut proyek baru.

Jenis-Jenis Rug Pull yang Harus Kamu Waspadai

Tidak semua rug pull terjadi dengan pola yang sama. Umumnya ada dua kategori besar: soft rug pull dan hard rug pull.

1. Soft Rug Pull: Gagal Janji tapi Tidak Langsung Hilang

Soft rug pull biasanya terjadi ketika proyek gagal memenuhi janji roadmap-nya. Misalnya, tim tidak meluncurkan fitur yang dijanjikan, tidak aktif di komunitas, atau mulai menjual token mereka sendiri dalam jumlah besar.

Awalnya terlihat “baik-baik saja”, tapi lama-lama kepercayaan investor hilang dan harga token jatuh.

Soft rug pull bisa juga berawal dari niat baik, tapi berubah karena manajemen yang buruk, promosi berlebihan, atau salah urus dana.

2. Hard Rug Pull: Scam yang Sudah Direncanakan

Nah, ini tipe yang paling berbahaya. Hard rug pull dilakukan dengan niat jahat sejak awal. Tim pengembang menulis kode token yang menipu, misalnya membatasi kemampuan investor untuk menjual token sementara mereka bebas menarik likuiditas.

Begitu likuiditas ditarik, proyek langsung mati total dan dana lenyap tanpa jejak. Kasus seperti ini sering muncul di proyek meme coin atau token baru yang tiba-tiba viral tanpa audit smart contract yang jelas.

Contoh Kasus Rug Pull Terkenal di Dunia Kripto

Beberapa kasus besar sempat bikin geger komunitas kripto global:
●OneCoin (2014–2016): proyek palsu yang mengaku punya blockchain sendiri tapi ternyata hanya skema Ponzi.

●Thodex (2021): bursa kripto asal Turki yang CEO-nya kabur dengan membawa dana pengguna senilai lebih dari $2 miliar.

●Squid Game Token: token yang memanfaatkan popularitas serial Netflix. Setelah harga melesat ribuan persen, likuiditas langsung ditarik, meninggalkan investor dengan token tak bernilai.

Kasus-kasus ini jadi pengingat bahwa bahkan proyek yang terlihat viral sekalipun bisa jadi jebakan.

Tanda-Tanda Awal Rug Pull (Red Flags)

Supaya kamu nggak terjebak, berikut beberapa tanda bahaya yang sering muncul sebelum rug pull terjadi:
1. Likuiditas tidak dikunci (unlocked liquidity).
Jika pengembang bisa menarik dana kapan saja, risikonya tinggi. Gunakan situs seperti Dextools atau Dexscreener untuk cek status likuiditas.

2. Tidak ada audit smart contract.
Proyek tanpa audit pihak ketiga sering menyimpan celah berbahaya di kodenya.

3. Tim anonim dan tidak transparan.
Pseudonim itu wajar di kripto, tapi tim yang benar biasanya tetap punya jejak digital dan komunikasi aktif di komunitas.

4. Janji keuntungan tidak realistis.
Klaim seperti “100x dalam seminggu” atau “dijamin profit” adalah red flag klasik.

5. Volume dan transaksi aneh.
Lonjakan volume tiba-tiba tanpa berita atau fundamental kuat bisa menandakan manipulasi pasar.


Komentar