TPST Karisma Bakal Bagikan Kompos Gratis ke Sekolah
MANGUPURA, NusaBali - TPST Karisma di Desa Ungasan, Kuta Selatan, tengah menyiapkan langkah lanjutan dalam pengelolaan sampah.
Pihak pengelola merencanakan pembentukan bank sampah mandiri sekaligus menyiapkan kompos hasil olahan organik untuk dibagikan gratis kepada sekolah-sekolah. Langkah ini diharapkan bisa memperkuat gerakan pemilahan sampah sejak dini, terutama di lingkungan pendidikan.
Ketua Pengelola TPST Karisma I Made Nuada Arsana, mengatakan wacana tersebut lahir setelah adanya kunjungan perdana dari SD No 2 Ungasan, Jumat (3/10) lalu. Sebanyak 60 peserta, terdiri atas 45 siswa kelas IV-VI dan 15 guru pendamping, mengikuti pengenalan pengelolaan sampah di fasilitas tersebut.
“Edukasi ini akan kami teruskan dengan dukungan nyata. Kompos hasil olahan sampah organik nanti akan kami bagikan gratis kepada sekolah yang ingin membuat kebun. Sementara bank sampah kami rancang agar gerakan pemilahan bisa lebih terstruktur,” ujar Nuada, Minggu (5/10) pagi.
Dalam kunjungan tersebut, siswa diperkenalkan proses pengolahan sampah mulai dari pengangkutan, pemilahan organik-anorganik, hingga pengolahan residu dengan incinerator. Anak-anak juga diajak praktik sederhana membuat kompos, ecoenzim, dan kokopit kelapa.
Rencananya, pihak sekolah akan menugaskan murid untuk merangkum pengetahuan yang diperoleh, sekaligus menindaklanjutinya dalam kegiatan di sekolah. Dua bulan mendatang, para siswa dijadwalkan kembali ke TPST Karisma untuk melihat hasil kompos yang mereka buat, lalu menggunakannya menanam pohon di lokasi TPST maupun di sekolah.
Nuada menegaskan, keberadaan bank sampah dan pemberian kompos gratis baru bisa berjalan efektif apabila pemilahan sampah sudah benar-benar diterapkan di rumah tangga maupun sekolah. “Sebelum ada pemilahan yang konsisten, kami belum bisa jalankan bank sampah. Jadi fokus utama saat ini adalah menumbuhkan kebiasaan memilah,” jelas pria yang juga menjabat sebagai Ketua LPM Ungasan itu.
Selain SD No 2 Ungasan, TPST Karisma juga disebut membuka kesempatan bagi sekolah dan masyarakat lain yang ingin melakukan kunjungan serupa. Menurut Nuada, edukasi yang berkesinambungan penting agar gerakan pengurangan sampah tidak berhenti di TPST saja, tetapi tumbuh menjadi kebiasaan sehari-hari.
“Ke depan kalau ada masyarakat atau pihak sekolah yang mau berkunjung kami sangat welcome sekali, sehingga edukasi kami berjalan kepada anak-anak sedini mungkin,” katanya. 7 ol3
Komentar