nusabali

SLB Buleleng Jadi Model Inovasi Pendidikan ABK Berbasis Teknologi AR

  • www.nusabali.com-slb-buleleng-jadi-model-inovasi-pendidikan-abk-berbasis-teknologi-ar
  • www.nusabali.com-slb-buleleng-jadi-model-inovasi-pendidikan-abk-berbasis-teknologi-ar
  • www.nusabali.com-slb-buleleng-jadi-model-inovasi-pendidikan-abk-berbasis-teknologi-ar
  • www.nusabali.com-slb-buleleng-jadi-model-inovasi-pendidikan-abk-berbasis-teknologi-ar
  • www.nusabali.com-slb-buleleng-jadi-model-inovasi-pendidikan-abk-berbasis-teknologi-ar
  • www.nusabali.com-slb-buleleng-jadi-model-inovasi-pendidikan-abk-berbasis-teknologi-ar
  • www.nusabali.com-slb-buleleng-jadi-model-inovasi-pendidikan-abk-berbasis-teknologi-ar
  • www.nusabali.com-slb-buleleng-jadi-model-inovasi-pendidikan-abk-berbasis-teknologi-ar
  • www.nusabali.com-slb-buleleng-jadi-model-inovasi-pendidikan-abk-berbasis-teknologi-ar
  • www.nusabali.com-slb-buleleng-jadi-model-inovasi-pendidikan-abk-berbasis-teknologi-ar

SINGARAJA, NusaBali.com – Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng menjadi sorotan setelah berhasil menggabungkan teknologi dan kreativitas dalam mendukung pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK).

Melalui program pengabdian masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha, sekolah ini menghadirkan pembelajaran berbasis augmented reality (AR) yang dinilai mampu meningkatkan inklusivitas.

Program bertajuk “Peningkatan Inklusifitas Anak Berkebutuhan Khusus melalui Pelatihan Keterampilan Berorientasi pada Ekonomi Kreatif berbantuan Media Pembelajaran Berdiferensiasi Berbasis AR” ini melibatkan guru, siswa, dan orang tua.

Tahap awal kegiatan dilakukan melalui observasi dan wawancara. Hasilnya, keterbatasan media pembelajaran dan rendahnya keterampilan digital guru menjadi kendala utama dalam proses belajar ABK. Untuk menjawab tantangan tersebut, tim pengabdian menghadirkan solusi media AR yang memungkinkan siswa belajar secara lebih interaktif, nyata, dan menarik.


Kegiatan dilanjutkan dengan sosialisasi, penyediaan perangkat digital seperti laptop dan smartphone, hingga pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis AR dengan marker interaktif. Guru-guru SLB kemudian mengikuti pelatihan intensif menggunakan aplikasi seperti Assembler Edu dan Lynk ID, tidak hanya untuk mendukung pembelajaran, tetapi juga untuk memasarkan karya siswa secara digital.

Dampak program ini mulai terasa. Guru kini mampu merancang LKPD berbasis AR sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Sementara itu, siswa ABK semakin percaya diri karena hasil karya mereka sudah dipasarkan secara digital, membuka peluang ekonomi kreatif bagi sekolah maupun komunitas.

“Program ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga bagaimana teknologi bisa menjadi jembatan kreativitas dan inklusivitas,” ujar salah satu guru peserta pelatihan.

Program juga menekankan pendampingan berkelanjutan, baik melalui kunjungan lapangan maupun bimbingan daring. Guru diarahkan untuk memperbanyak variasi LKPD berbasis AR sesuai mata pelajaran, sehingga inovasi ini bisa direplikasi di sekolah lain.


Ketua tim pengabdi, Wayan Mahardika Prasetya Wiratama, S.Pd., M.Pd., menyampaikan apresiasi kepada DPPM 2025 yang telah mendanai program. “Tanpa dukungan pendanaan, kegiatan ini tidak mungkin berjalan dengan lancar dan memberikan dampak nyata bagi guru, siswa, serta masyarakat. Dukungan ini menjadi motivasi besar bagi kami untuk terus berinovasi,” ungkapnya.

Ke depan, hasil program akan disebarluaskan melalui seminar lokal, publikasi artikel, serta berbagi praktik baik dengan SLB lain di Buleleng. Kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan komunitas ekonomi kreatif juga dipersiapkan agar ekosistem inovasi pendidikan berbasis teknologi ini semakin berkelanjutan.

Dengan terobosan ini, SLB Buleleng tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga menjadi model inovasi dalam memadukan teknologi dan kreativitas untuk masa depan ABK yang lebih inklusif, mandiri, dan berdaya saing.

Komentar