Peluncuran Biografi Tjokorda Raka Tisnu Dimeriahkan dengan Pentas Seni
GIANYAR, NusaBali - Peluncuran buku biografi Tjokorda Raka Tisnu: Pragina-Sangging & Undagi Puri Saren Kangin Singapadu berlangsung meriah di Puri Saren Kangin, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Rabu (6/8).
Acara diawali dengan tari penyambutan Pratista Puja oleh Kelompok Seni Saptana Jagaraga Singapadu. Dilanjutkan dengan pementasan Tari Topeng Keras oleh Cokorda Gede Bagus Tisna Triguna, generasi penerus Tjokorda Raka Tisnu. Selanjutnya, tarian Barong oleh I Gede Radiana Putra SSn MSn.
Tjokorda Tisnu dikenal sebagai seniman yang memadukan tiga bidang seni yakni seni pertunjukan, seni pahat dan ukir, serta seni kriya sarana upacara. Dia memulai karirnya sebagai penari dan aktor, merambah seni pahat dan ukir, khususnya dalam pembuatan topeng barong, rangda, patopengan, serta karya seni kriya lainnya sebagai sarana upacara. Setelah dewasa, Tjokorda Tisnu membangun reputasi sebagai seniman yang diakui tidak hanya di tingkat lokal, juga nasional dan internasional.
Peluncuran buku ini dipaparkan secara khusus oleh Prof Dr I Wayan Dibia SST MA yang juga menjadi penulis biografi tersebut. Dalam paparannya, Prof Dibia menyebut Tjokorda Tisnu bukan hanya dikenal sebagai pragina dan undagi, melainkan juga sebagai sahabat seni yang sangat dekat sejak masa kecil. “Sejak kecil saya mengenal beliau di Puri Saren Kangin Singapadu, hidup dan berkembang di lingkungan seni keluarga yang kuat. Beliau telah mengenal dan mendalami berbagai jenis kesenian, dari seni pertunjukan hingga seni rupa dan kriya,” ungkap Prof Dibia.
Tjokorda Tisnu juga pernah menerima penghargaan Citra Kara Nugraha dari Pemerintah Kabupaten Gianyar pada tahun 2025. Pengalaman dan dedikasi Tjokorda Tisnu di dunia seni sejak masa kanak-kanak hingga kini menjadi motivasi utama lahirnya buku ini. “Melalui tulisan ini saya tidak bermaksud mengkultuskan seorang teman dekat, tetapi ingin mendokumentasikan perjalanan berkesenian Tjokorda Raka Tisnu secara jujur dan bertanggung jawab,” imbuhnya.
Dalam proses penulisan, Prof Dibia mengaku tetap menjaga objektivitas dan memastikan seluruh informasi telah diverifikasi, termasuk melalui wawancara dengan Ida Ayu Manik, istri Tjokorda Tisnu, serta putra-putrinya. Prof Dibia menutup dengan harapan buku ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya Bali. Usai pemaparan dilanjutkan dengan penyerahan buku kepada sejumlah tokoh yakni panglingsir puri, seniman, perbekel, dan perwakilan Pemerintah Kabupaten Gianyar. 7 wan
Komentar