nusabali

Keluarga Surata Gelar Nebusin, Kakak Meninggal Diduga Shock

Satu Sopir Truk dari Gianyar Juga Dinyatakan Hilang

  • www.nusabali.com-keluarga-surata-gelar-nebusin-kakak-meninggal-diduga-shock

NEGARA, NusaBali - Duka mendalam menyelimuti keluarga I Komang Surata alias Mang Badengan, 58, salah satu korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya yang masih dinyatakan hilang atau belum ditemukan.

Sebagai upaya niskala, keluarga korban asal Kabupaten Jembrana ini menggelar upacara nebusin di Pelabuhan Gilimanuk pada Saniscara Pon Matal, Sabtu (5/7). 

Upacara nebusin sesuai kepercayaan umat Hindu ini dilakukan dengan harapan Surata bisa segera ditemukan. Nebusin di Pelabuhan Gilimanuk ini dilakukan oleh tiga orang, yakni Jero Mangku Alit Supriani (ipar/istri dari adik Surata), bersama istri Surata, Ni Komang Wiardani, 56, serta anak kedua Surata, Kadek Oka Juni Persada, 28. Dalam upacara nebusin itu, pihak keluarga turut menghaturkan persembahan pakelem seekor siap selem (ayam hitam). 

“Tujuannya untuk menebus dan menukar keluarga kami (Surata) dengan ayam tersebut. Selain itu juga agar diberikan petunjuk lokasi. Ini salah satu upaya. Segala upaya telah kami lakukan dengan harapan (Surata) segera bisa ditemukan,” kata Jero Mangku Alit Supriani, saat ditemui di lokasi.

Selain upacara nebusin itu, Kadek Oka Juni Persada mengaku bahwa pencarian secara mandiri juga telah dilakukan oleh keluarga dan tetangga. Mereka sempat menyisir pesisir Hutan Cekik, Gilimanuk hingga pantai Penimbangan, Kelurahan Gilimanuk, sejak Jumat (4/7) siang hingga malam hari. “Semua saudara hingga tetangga kemarin ikut mencari, namun belum ada hasil. Kami tetap berusaha mencari. Termasuk menjalani sesuai adat Hindu Bali untuk nebusin ini,” kata Oka.

Mirisnya, di tengah upaya pencarian Surata, kabar duka juga menyelimuti kelurga Surata. Di mana kakak kandung Surata, Ni Made Sarti, 60, diketahui meninggal dunia pada Jumat (4/7) malam. Kakak Surata itu diduga meninggal akibat shock usai mendengar adiknya menjadi korban kapal tenggelam.

Kabar duka tersebut dibenarkan oleh Oka. Oka menjelaskan, kabar tentang ayahnya yang ikut menjadi korban kapal karam pada Kamis dini hari lalu itu, awalnya disembunyikan dari Sarti. Namun ada tetangga yang memang tidak tahu bahwa keluarga menyembunyikan kabar itu, memberitahukan kepada Sarti hingga membuat Sarti drop dan sempat dilarikan ke puskesmas. 

“Mungkin karena shock. Diberitahu siang kemarin (Jumat), terus sorenya ngedrop, dibawa ke puskesmas. Terus dibawa pulang, kembali ngedrop dan ada sesak napas, dibawa ke rumah sakit, malamnya dinyatakan meninggal,” ucap Oka.

Kini, diakui fokus keluarga terpecah karena mereka juga harus mempersiapkan upacara pengabenan untuk Sarti. Meski demikian, Oka menegaskan bahwa keluarga tidak akan menyerah mencari ayahnya. “Kami tetap berusaha melakukan hal yang terbaik agar ayah saya segera ditemukan,” kata Oka.

Sementara itu, dari informasi yang dihimpun NusaBali, tidak hanya Surata yang menjadi korban asal Bali yang masih dinyatakan hilang dalam tragedi KMP Tunu Pratama Jaya. Namun juga ada seorang sopir truk asal Bali lainnya yang juga belum ditemukan, yakni, Dewa Gede Adnyana Putra, 48, asal Tojan, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.


Keluarga Dewa Gede Adnyana Putra saat ditemui di Pelabuhan Gilimanuk, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana, Jumat (4/7). –IST 

Dewa Gede Adnyana Putra yang diyakini hilang bersama karamnya KMP Tunu Pratama Jaya, itu telah dikonfimasi pihak keluarga yang mendatangi Posko SAR Gabungan Jembrana di Pelabuhan Gilimanuk. Sesuai pengecekan manifes, Dewa Gede Adnyana Putra diyakini adalah penumpang yang tercatat bernama Dewa Gede. Meski di manifes tertulis alamat Kabupaten Pasuruan, nama itu diyakini sebagai Dewa Gede Adnyana dari nopol kendaraan truk yang dibawanya. 

Menantu Adnyana, Si Luh Sri Devi Mariani yang sempat ditemui di Pelabuhan Gilimanuk, mengatakan mertuanya memang memiliki rutinitas sebagai sopir truk Jawa–Bali. Devi menyatakan bahwa keluarga mengetahui Adnyana ikut menjadi korban setelah mendapat kabar dari rekan sopir truk yang satu perusahaan dengan Adnyana. 

Sebelumya, Devi menceritakan bahwa ayah mertuanya itu, sempat berkomunikasi dengan keluarga pada Rabu (2/7) tengah malam. Adnyana sempat mengabarkan sudah berada di atas kapal dan meminta dibangunkan jika sudah pukul 04.00 Wita. Pesan itu disampaikan Adnyana ke keluarga karena ada janji persembahyangan bersama.

“Kebetulan pas itu ada janji sembahyang bersama. Kita sampaikan ke ajik (ayah mertuanya, Adnyana) kalau sampai rumah pagi harinya, kita bisa sembahyang bersama. Ajik jawab bisa, dan katanya sampai rumah pagi. Minta agar dihubungi jam 4 (dini hari) karena mau istirahat,” ucap Devi. 

Setelah komunikasi itu, Devi mengatakan, keluarga tidak ada mendapat kabar lagi dari Adnyana. Nomor ponsel Adnyana sudah tidak bisa dihubungi dan GPS yang terpasang di kendaraannya pun sudah tidak terdeteksi. “Terakhir mau dibangunin sama ibuk (ibu mertuanya) jam 4 itu, kedua nomor HP ajik sudah tidak aktif," ujarnya. 

Awalnya, Devi menyatakan, bahwa keluarga sempat berusaha tenang saat mendengar kabar kapal karam di Selat Bali. Namun keluarga menjadi panik saat mendengar kabar dari salah satu rekan Adnyana yang menduga kuat Adnyana ada di kapal tersebut. 

Mendengar kabar pahit itu, Devi pun memutuskan langsung mengecek ke Gilimanuk dan ternyata benar ada nama mertuanya. “Awalnya kita tidak percaya ajik ada di sana. Tapi setelah dengar kabar ada truk yang dibawa ajik di sana, dan saya pastiin di dalam (Posko di Pelabuhan Gilimanuk), ternyata benar itu ajik,” ujarnya. 

Sama seperti keluarga korban lainya, Devi beserta keluarga berharap mertuanya bisa segera ditemukan. Sejak Kamis lalu, pihak keluarga dari Gianyar juga sengaja menunggu di Gilimanuk dengan harapan bisa segera mendapat kabar ataupun informasi terbaru. 7 ode 

Komentar