Duta Buleleng Raih Juara III Tajog Putra dan Deduplak Putra
Ajang Pacentokan Jantra Tradisi Bali V Tahun 2025
Sebanyak 20 orang siswa SMPN 6 Singaraja yang baru pertama kali diperkenalkan permainan tradisional, berlatih keras menguasai teknik dan peraturan permainan. Latihan bahkan dilakukan di area pantai.
SINGARAJA, NusaBali
Murid SMPN 6 Singaraja sebagai duta Kabupaten Buleleng dalam Pacentokan (Lomba) Olahraga Tradisional Jantra Tradisi Bali V, berhasil membawa pulang dua juara. Trofi juara III Lomba Tajog Putra dan Deduplak Putra berhasil diraih dalam lomba yang berlangsung di Lapangan Timur UPTD Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Niti Mandala, Denpasar, Jumat (4/7) dan Sabtu (5/7).
Pada Pacentokan Jantra Tradisi V tahun ini digelar empat jenis lomba. Mulai dari Tajog Beregu Putra, Terompah Beregu Putri, Deduplak Beregu Putra, dan Megala-gala Beregu Putri. Namun Tim Buleleng hanya mampu menembus final di lomba Tajog Beregu Putra dan Deduplak Beregu Putra. Sedangkan dua jenis lomba lainnya, tim Buleleng tereliminasi di babak penyisihan.
Babak final tajog beregu putra, tim Buleleng berhadapan dengan perwakilan Kabupaten Badung dan Gianyar. Dilomba ini, tim Buleleng harus mengakui ketangguhan tim lawan, hingga harus puas di posisi ketiga. Pertarungan sengit juga terjadi di final deduplak beregu putra. Tim Buleleng menghadapi perwakilan Kabupaten Bangli dan Badung. Hasilnya Buleleng kembali mengunci di posisi tiga besar.
Ketua pelatih kontingen Buleleng Kadek Yustika, mengaku bersyukur atas prestasi yang berhasil ditorehkan anak didiknya. Dia menyebut untuk persiapan mengikuti lomba jantra tradisi ini, 20 orang siswanya yang terlibat sudah berlatih sejak Februari lalu. Mereka yang baru pertama kali diperkenalkan permainan tradisional, berlatih keras untuk menguasai teknik dan peraturan permainan.
Menurut Yustika, semangat lomba permainan tradisional ini bukan pada juara. Namun tujuan utama yang ingin dicapai Pemerintah Provinsi Bali sebagai inisiator kegiatan, tidak lain untuk melestarikan dan menghidupkan kembali permainan tradisional pada generasi muda saat ini.
“Ini bukan hanya soal menang, tapi tentang bagaimana anak-anak kita belajar menjaga, memahami, dan mencintai tradisi. Proses panjang ini bukti semangat anak-anak Buleleng menjaga tradisi leluhur lewat olahraga,” ujar Yustika.
Menurutnya selama waktu latihan, siswa berlatih ketahanan fisik dan kekompakan tim. Beberapa sesi latihan bahkan dilakukan di area pantai untuk meningkatkan kelincahan peserta. Yustika pun melihat manfaat positif pada permainan tradisional yang saat ini jarang dimainkan anak-anak akibat gerusan teknologi dan digitalisasi.
Permainan tradisional yang diwariskan leluhur Bali, sarat nilai-nilai positif, seperti gotong royong, saling menghargai, besar hati, disiplin, ketekunan, dan mengasah otak kiri. Selain juga membuat badan sehat dan sarana rekreasi di luar ruangan.
“Kami berharap pemerintah daerah maupun sekolah-sekolah dapat lebih aktif memasukkan olahraga tradisional ini dalam kegiatan ekstrakurikuler, agar regenerasi bisa terus berjalan,” kata Yustika. 7 k23
Komentar