Besok Gde Agung Jalani Prosesi ‘Abhiseka Ida Cokorda’
Sri Sultan Hamengku Buwono X hingga Ketua DPD RI Akan Hadir
MANGUPURA, NusaBali - Panglingsir Puri Ageng Mengwi Anak Agung Gde Agung, 74, akan menjalani prosesi sakral ‘Abhiseka Ida Cokorda’ (dulu penobatan raja, Red) di Pura Taman Ayun, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung pada Soma Kliwon Uye, Senin (7/7) pukul 09.00 Wita besok.
Dalam upacara Abhiseka yang akan melibatkan ribuan orang ini mengundang Gubernur Bali Wayan Koster, Bupati Badung Wayan Adi Arnawa, Sri Sultan Hamengku Buwono X hingga pimpinan lembaga negara, Ketua DPD RI Sultan Najamudin akan hadir di Pura Taman Ayun.
Rangkaian upacara Abhiseka juga sudah mulai dilaksanakan dengan mapepada (penyucian hewan sebagai sarana dan prasarana upacara) yang digelar di Pura Taman Ayun, pada Saniscara Pon Matal, Sabtu (5/7) pagi.
Sementara persiapan Abhiseka kemarin sudah terlihat dengan penataan bencingah (kawasan) Puri Ageng Mengwi dan Pura Taman Ayun.
Manggala Ageng Prawartaka (Ketua Umum) Kepanitiaan Abhiseka Ida Cokorda, I Wayan Subawa dalam jumpa pers di Puri Mengwi, Sabtu siang, mengatakan dalam upacara Abhiseka yang akan dilaksanakan di Pura Taman Ayun besok diawali Bhagawanta (Penasihat Puri) berangkat dari Puri Mengwi menuju Pura Taman Ayun yang jaraknya sekitar 500 meter, diikuti catu (iring-iring) dengan membawa SK penobatan serta diiringi gamelan. Kemudian berlanjut Bhagawanta Puri bersama Ida Dalem Semaraputra (Raja Klungkung) juga menuju Pura Taman Ayun. Kemudian prosesi berikutnya, iring-iringan mengusung Dampar Kencana (kursi Ida Cokorda), diiringi gamelan.
Anak Agung Gde Agung selanjutnya akan medal dari Kori Agung (pintu utama) dengan pembukaan pintu utama (muka lawang) menuju ke Taman Ayun. Gde Agung didampingi istri Ny Ratna Gde Agung, kemudian didampingi Gubernur Bali dan Bupati Badung. Setelah itu diikuti pasametonan Puri Karangasem, Asta Puri, dan Mangupura Kertha Mandala (Forum Bendesa Adat Mengwi). Setelah di Taman Ayun, Gde Agung masuk Candi Bentar. Manut dresta dan sastra agama dihaturkan upacara kecil (blabaran) dan disambut tari Ardanareswari. Kemudian ada prasita dan biyakon, untuk selanjutnya masuk ke Utama Mandala, mejaya-jaya, dan lanjut penobatan gelar Ida Cokorda. Dalam prosesi ini ada pemasangan PIN, Destar (mahkota) oleh Bhagawanta Puri, diberikan tongkat kebesaran oleh Ida Dalem Raja Klungkung.
“Pengumuman gelar Ida Cokorda untuk beliau (Anak Agung Gde Agung) akan diumumkan Ida Pedanda Siwa-Budha. Apa gelarnya, itu diumumkan saat puncak Abhiseka,” kata Subawa yang kemarin didampingi anggota prawartaka lainnya, I Wayan Suambara dan I Wayan Suteja, yang merupakan mantan birokrat di Pemerintah Kabupaten Badung.
Subawa menyebutkan, sejumlah undangan sudah mengkonfirmasi akan hadir, mulai Gubernur Bali Wayan Koster dan Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa. Selain itu, Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Ketua DPD RI Sultan Najamudin juga akan hadir menyaksikan penobatan Gde Agung. “Undangan dilaksanakan selektif, prosesi ini digelar tidak terkesan hura-hura, karena ini sakral,” ucap mantan Sekda Badung dan Penjabat Bupati Badung 2005 yang ‘turun gunung’ memimpin kepanitiaan karena ditunjuk langsung oleh Gde Agung.
Subawa mengulas latar belakang pelaksanaan penobatan atau abhiseka mantan Bupati Badung periode 2005-2010 dan 2010-2015 ini. Selain sebagai putra dari Ida Cokorda (Raja Mengwi) XII, Abhiseka dilaksanakan karena adanya bhisama (fatwa) dari Bhagawanta Puri Ageng Mengwi (Penasihat Raja).
“Bhagawanta Puri Ageng Mengwi memberikan bhisama agar Anak Agung Gde Agung meningkatkan kualitas pengabdian, meningkatkan kualitas hubungan masyarakat dengan Puri secara sakala niskala. Secara sakala beliau sudah malang melintang, di dunia birokrasi, di dunia politik, mulai sebagai PNS dengan jabatan di Eselon II di tingkat pusat, menjadi Bupati Badung hingga anggota DPD RI. Sekarang ditingkatkan secara niskala, sehingga pengabdian benar-benar sesuai dengan dresta dan agama,” tegas Subawa.
Menurut Subawa, Abhiseka ini didukung Pasametonan Ageng Puri Mengwi (Asta Puri). “Sebagian besar tokoh Asta Puri mendukung beliau. Kemudian, yang paling utama itu dukungan istri dan anak serta cucu yang sudah dewasa. Dukungan keluarga ini yang paling penting,” imbuh politisi senior yang juga Ketua Dewan Pertimbangan DPD I Golkar Bali ini.
Kepanitiaan Abhiseka Ida Cokorda ini juga tak main-main. Semua komponen yang pernah diajak bersama-sama di pengabdian masyarakat terlibat, termasuk 38 bendesa adat di Mengwi.
Sementara Gde Agung mengatakan dalam Abhiseka ini adalah peristiwa budaya, bukan menjadi raja. “Sekali lagi ini peristiwa budaya, bukan penobatan raja. Saya bukan raja,” ujar Gde Agung.
Dia mengatakan dalam perjalanan panjang, umur 76 tahun, selama 45 tahun sudah mengabdi di masyarakat. “Sebagai orang lahir di Puri harus melaksanakan swadarma dan ngajegang dresta puri ngayah ke luhur ring Ida Batara menjadi tujuan hidup saya,” tegas pria kelahiran 25 Mei 1949 ini. 7 nat
Komentar