nusabali

Pementasan Dramatari Sanggar Sari Sentana Apuan

Terinspirasi Tradisi Ritual Ngerebeg Bikul

  • www.nusabali.com-pementasan-dramatari-sanggar-sari-sentana-apuan

Warga desa menerima pawisik agar masyarakat melaksanakan upacara ngerebeg atau nangkluk merana di tengah tegalan. Ritual ini diiringi bunyi-bunyian tek-tekan yang dilakukan beramai-ramai.

DENPASAR, NusaBali 
Diawali tabuh pategak palegongan klasik kulicak, Sanggar Sari Sentana, Desa Adat Apuan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, membawakan sebuah pertunjukan dramatari inovatif di panggung Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 Tahun 2025. Sanggar ini pentas di Kalangan Angsoka Taman Budaya Provinsi Bali, Sabtu (5/7) siang. 

Dramatari itu terinspirasi tradisi di Desa Adat Apuan, ngerebeg bikul. Tradisi ngerebeg bikul lahir dari pengalaman nyata masyarakat Desa Adat Apuan pada tahun 1950-an. Ketika itu desa mengalami gagal panen akibat serangan hama tikus yang sangat merusak persawahan dan perkebunan. Warga yang resah akhirnya menghadap bendesa untuk memohon solusi dari masalah tersebut. 
 
Atas saran bendesa, masyarakat melakukan matur pakeling ke Pura Kahyangan Pucak Peninjoan  yang terletak di ujung utara desa. Dari proses spiritual itu, warga desa menerima pawisik agar masyarakat melaksanakan upacara ngerebeg atau nangkluk merana di tengah tegalan. Ritual ini diiringi bunyi-bunyian tek-tekan yang dilakukan beramai-ramai. 
 
“Kita dapat pawisik Ida lunga (dihadirkan, Red) ke carik, tegalan,” ujar Ketua Sanggar Sari Sentana Made Gunarsa ditemui usai pementasan. 
 
Itulah awal mula tradisi ngerebeg bikul yang dipercaya mampu menetralisir energi negatif dan menghalau hama secara niskala. Melestarikan nilai-nilai luhur dari tradisi ini, Komunitas Seni Sari Sentana bersama Desa Adat Apuan berinisiatif menyajikan makna spiritual dan sosial ngerebeg bikul dalam bentuk seni pertunjukan inovatif. 
 
Gunarsa mengungkapkan persiapan sanggar untuk pentas di PKB sekitar dua bulan. Dengan menggabungkan seni tari dan gamelan tradisional semara pagulingan, pertunjukan ini dirancang dalam alur dramatik yang menggambarkan proses ritual, konflik batin masyarakat, hingga kehadiran kekuatan niskala melalui simbol dan ekspresi musikal. Gerakan mencangkul, menanam benih, ditarikan dengan apik, membawa penonton kepada dunia pertanian di desa. Suasana semakin cair dengan lawakan I Padet dan I Klepon. 
 
Sebagai penata tari adalah I Dewa Putu Kresna Riawan, I Putu Bagus Nuarsa, dan I Made Rai Widana. Sementara I Nyoman Mas Prema Ganda (Mang Angin) dan I Made Tangkas Harta Wiguna berlaku sebagai penata tabuh. 
 
“Yang tampil keseluruhan sekitar 60an, termasuk penabuhnya,” ungkap Gunarsa. 
 
Sebagai pembuka, para seniman muda memainkan dengan apik tabuh petegak pelegongan klasik Kulicak. Tabuh ini diciptakan oleh maestro tabuh, I Gusti Putu Made Geria, yang merupakan murid dari seniman legendaris, I Wayan Lotring, pada era 1970an. 
 
Tabuh Kulicak juga lahir dari inspirasi suara alam, khususnya kicauan burung kulicak yang riang, lincah, dan berirama alami. Suasana ini dituangkan secara musikal ke dalam komposisi yang memperlihatkan keindahan dialog antara instrumen-instrumen gamelan, permainan tempo, dan dinamika yang kaya. 
 
Gunarsa mendirikan Sanggar Sari Sentana pada 2011. Berawal dari putranya Mang Angin, yang saat itu masih kecil, tampil di PKB mementaskan Gong Kebyar Anak-anak. Dengan berkesenian, Gunarsa juga berharap generasi muda terhindar dari perilaku menyimpang. “Mengurangi kenakalan remaja, mengurangi penggunaan HP, itu pada awalnya,” kata Gunarsa. 
 
Setelah 14 tahun, saat ini Sanggar Sari Sentana membina sekitar 30an seniman muda. Anak-anak muda ini biasanya dilibatkan ngayah saat karya-karya di lingkup Desa Adat Apuan berkolaborasi dengan seniman-seniman di desa adat. 
 
Bendesa Adat Apuan, Ketut Murtana SSn, menyampaikan rasa bangga atas keberhasilan Sanggar Sari Sentasa tampil di ajang festival kesenian terbesar di Bali. Penonton tumpah ruah dan sangat terhibur. 
 
Murtana berharap pertunjukan ini tidak hanya menjadi media pelestarian budaya, tetapi juga bentuk edukasi kepada generasi muda akan pentingnya menjaga keseimbangan antara alam, manusia, dan unsur spiritual sebagaimana diajarkan dalam tradisi leluhur Desa Adat Apuan.
 
Desa Adat Apuan, kata Murtana, akan selalu mendukung para seniman muda di Sanggar Sari Sentasa. Tidak berhenti sampai di PKB, dia berharap para seniman muda bisa merambah level yang lebih tinggi lagi dengan tampil di tingkat nasional bahkan internasional. 
 
“Sekarang di PKB, ke depannya semoga bisa tingkat nasional, internasional,” ujar bendesa yang juga Jero Dalang ini.7adi

Komentar