Cerita Jero Mangku Dalang Layani Wapres Gibran Belanja Patung Uang Kepeng di PKB
Uang Kepeng
Pis Bolong
Kamasan
Taksu Agung Bali
Jero Mangku Dalang
Made Sanjaya
Desa Kamasan
Gibran Rakabuming Raka
PKB XLVII
PKB 2025
DENPASAR, NusaBali.com - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka berkunjung ke Pesta Kesenian Bali XLVII Tahun 2025, Jumat (4/7/2025). Dari sekian stand industri kecil dan menengah (IKM) yang disambangi, ada stand milik I Made Sanjaya yang berhasil mencuri perhatian Wapres.
Sanjaya alias Jero Mangku Dalang adalah salah satu pelaku kerajinan yang berpameran di IKM Bali Bangkit serangkaian PKB tahun ini. Stand miliknya—Taksu Agung Bali—berada paling utara dari barisan stand di sisi barat lantai satu Gedung Ksirarnawa.
Taksu Agung Bali menawarkan berbagai kerajinan berbahan uang kepeng atau di Bali disebut pis bolong. Kebanyakan produknya berupa aksesoris tempat suci seperti lamak, gantungan palinggih, jerimpen, dan ada pula produk yang lebih umum seperti barang seni—patung dari uang kepeng.
Barang seni patung uang kepeng ini mencuri perhatian Wapres Gibran dan dibeli sebagai koleksi pribadi. Mangku Dalang pun mengaku mendambakan kunjungan Gibran sejak menerima kabar sehari sebelumnya. Ia melihat kunjungan ini sebagai kesempatan mengenalkan produk IKM asal Banjar Sangging, Desa Kamasan, Klungkung ini.
“Saat mendapat kabar beliau akan berkunjung, kami antusias dan mudah-mudahan ada rezeki, beliau berkenan berkunjung ke stand kami. Dan, benar saja itu terjadi hari (Jumat) ini,” kata Jero Mangku Dalang kepada NusaBali.com, Jumat malam.
Ketika Gibran menghampiri stand Taksu Agung Bali, Mangku Dalang langsung mengulurkan tangannya agar bisa bersalaman dengan orang nomor dua RI. Kata dia, tidak banyak kalimat yang bisa terucap sehingga ia hanya bisa mempersilakan putra sulung Jokowi itu melihat-lihat produknya.
Dari berbagai produk uang kepeng produksi Taksu Agung Bali, patung merupakan barang seni yang dapat masuk ke berbagai kalangan sebagai koleksi pribadi. Mangku Dalang menawarkan beberapa patung dewi di tempat. Kata dia, Gibran sempat bingung memilih mana yang cocok.
“Beliau sempat bertanya, ‘Mana yang cocok untuk saya taruh di tempat saya pribadi?’ Nah, Ibu Bunda (Putri Suastini) Koster juga memberikan masukan, ‘Kalau untuk di kantor bagusnya Dewi Sri, dewi kemakmuran,’” ungkap Mangku Dalang.
Akhirnya, Gibran mengambil patung Dewi Sri setinggi 42 cm dari instalasi uang kepeng tersebut. Patung Dewi Sri itu dibanderol Rp 7,5 juta. Kata Mangku Dalang, Wapres langsung membayar tunai di tempat. “Setelah itu, kami sendiri bantu memproses di kasir sesuai prosedur pameran IKM Bali Bangkit,” lanjutnya.
Mangku Dalang menegaskan, patung Dewi Sri berbahan uang kepeng ini memiliki fungsi umum tergantung orang yang membelinya. Bisa menjadi arca, apabila diupacarai umat Hindu. Bisa juga menjadi pajangan seni seperti yang sudah dilakukan di hotel-hotel, gedung pertemuan, maupun kantor-kantor.
Sementara itu, Jero Mangku Dalang telah menggeluti kerajinan uang kepeng ini sejak 1997. Namun, latar belakangnya justru dari seni musik karena menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Denpasar—sebelumnya bernama Kokar dan kini menjadi SMKN 3 Sukawati.
Menariknya, profesi seni pertama yang ia tekuni justru bukan sebagai penabuh melainkan perupa. Seperti kebanyakan generasi di Desa Kamasan, Mangku Dalang dididik sejak dini sebagai pelukis wayang kamasan yang dipelopori Sangging Modara dari era Kerajaan Klungkung.
“Selain jadi perajin uang kepeng, sekarang saya juga menekuni seni tari dan terutama pedalangan. Makanya saya lebih dikenal sebagai Jero Mangku Dalang I Made Sanjaya Kedaton,” tandasnya. *rat
Taksu Agung Bali menawarkan berbagai kerajinan berbahan uang kepeng atau di Bali disebut pis bolong. Kebanyakan produknya berupa aksesoris tempat suci seperti lamak, gantungan palinggih, jerimpen, dan ada pula produk yang lebih umum seperti barang seni—patung dari uang kepeng.
Barang seni patung uang kepeng ini mencuri perhatian Wapres Gibran dan dibeli sebagai koleksi pribadi. Mangku Dalang pun mengaku mendambakan kunjungan Gibran sejak menerima kabar sehari sebelumnya. Ia melihat kunjungan ini sebagai kesempatan mengenalkan produk IKM asal Banjar Sangging, Desa Kamasan, Klungkung ini.
“Saat mendapat kabar beliau akan berkunjung, kami antusias dan mudah-mudahan ada rezeki, beliau berkenan berkunjung ke stand kami. Dan, benar saja itu terjadi hari (Jumat) ini,” kata Jero Mangku Dalang kepada NusaBali.com, Jumat malam.
Ketika Gibran menghampiri stand Taksu Agung Bali, Mangku Dalang langsung mengulurkan tangannya agar bisa bersalaman dengan orang nomor dua RI. Kata dia, tidak banyak kalimat yang bisa terucap sehingga ia hanya bisa mempersilakan putra sulung Jokowi itu melihat-lihat produknya.
Dari berbagai produk uang kepeng produksi Taksu Agung Bali, patung merupakan barang seni yang dapat masuk ke berbagai kalangan sebagai koleksi pribadi. Mangku Dalang menawarkan beberapa patung dewi di tempat. Kata dia, Gibran sempat bingung memilih mana yang cocok.
“Beliau sempat bertanya, ‘Mana yang cocok untuk saya taruh di tempat saya pribadi?’ Nah, Ibu Bunda (Putri Suastini) Koster juga memberikan masukan, ‘Kalau untuk di kantor bagusnya Dewi Sri, dewi kemakmuran,’” ungkap Mangku Dalang.
Akhirnya, Gibran mengambil patung Dewi Sri setinggi 42 cm dari instalasi uang kepeng tersebut. Patung Dewi Sri itu dibanderol Rp 7,5 juta. Kata Mangku Dalang, Wapres langsung membayar tunai di tempat. “Setelah itu, kami sendiri bantu memproses di kasir sesuai prosedur pameran IKM Bali Bangkit,” lanjutnya.
Mangku Dalang menegaskan, patung Dewi Sri berbahan uang kepeng ini memiliki fungsi umum tergantung orang yang membelinya. Bisa menjadi arca, apabila diupacarai umat Hindu. Bisa juga menjadi pajangan seni seperti yang sudah dilakukan di hotel-hotel, gedung pertemuan, maupun kantor-kantor.
Sementara itu, Jero Mangku Dalang telah menggeluti kerajinan uang kepeng ini sejak 1997. Namun, latar belakangnya justru dari seni musik karena menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Denpasar—sebelumnya bernama Kokar dan kini menjadi SMKN 3 Sukawati.
Menariknya, profesi seni pertama yang ia tekuni justru bukan sebagai penabuh melainkan perupa. Seperti kebanyakan generasi di Desa Kamasan, Mangku Dalang dididik sejak dini sebagai pelukis wayang kamasan yang dipelopori Sangging Modara dari era Kerajaan Klungkung.
“Selain jadi perajin uang kepeng, sekarang saya juga menekuni seni tari dan terutama pedalangan. Makanya saya lebih dikenal sebagai Jero Mangku Dalang I Made Sanjaya Kedaton,” tandasnya. *rat
Komentar