Diakuisisi Investor Rusia, PARQ Ubud Bongkar Bangunan Melanggar Jadi Sawah
Niluh Djelantik-Cok Ace Angkat Palu, Simbolis Robohkan Bangunan
GIANYAR, NusaBali.com - PARQ Ubud kini telah diakuisisi seorang investor Rusia yang berbasis di Bali yakni Sergey Solonin melalui PT Gold Dragon Management. Di bawah kepemilikan baru ini, bangunan melanggar ‘area zona hijau’ bakal dibongkar dan dikembalikan ke kondisi awal yaitu persawahan.
Kompleks properti yang berada di Jalan Sriwedari Nomor 24, Banjar Tegallantang, Ubud, Gianyar itu sebelumnya dinyatakan melanggar Perda Nomor 15 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat. Dan, Perda Nomor 2 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berbasis Risiko.
Pada 20 Januari 2025, Pemerintah Kabupaten Gianyar menutup PARQ Ubud. Tepat tiga hari pasca Polda Bali menetapkan EF—Direktur PT PARQ Ubud Partners—sebagai tersangka kasus alih fungsi Lahan Sawah Dilindungi (LSD) dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) menjadi vila, spa center, dan peternakan hewan.
Kini, di bawah investor yang juga penggagas Nuanu Creative City tersebut, PARQ Ubud akan melakukan branding ulang. Manajemen baru eks ‘Kampung Rusia’ ini berkomitmen mengikuti seluruh ketentuan berlaku, termasuk menciptakan ekosistem pariwisata yang inklusif, transparan, dan kolaboratif dengan komunitas setempat.
“Ke depan kami akan buka komunikasi dengan masyarakat dan pemerintah lebih intens, termasuk keterbukaan soal pengelolaan proyek ini. Tidak ada yang akan kami tutup-tutupi,” ujar COO PT Gold Dragon Management Kadek Agus Purwady saat konferensi pers di PARQ Ubud, Rabu (25/6/2025).
Langkah awal untuk membuktikan komitmen itu adalah dengan membongkar bangunan yang berdiri di atas LSD dan LP2B Subak Babakan, Tegallantang—yang mereka sebut area zona hijau—dalam kawasan PARQ Ubud. Lahan seluas 1,8 hektare dari total 6,5 hektare luas kompleks properti ini dijanjikan untuk dikembalikan sebagai sawah.
Bangunan PARQ Ubud yang melanggar ini berada di area timur kompleks properti tersebut. Tampak lahan kosong yang dulunya persawahan telah dikeruk dan menyisakan sekitar lima petak sawah yang ditembok beton. Di sebelah timur petak sawah itu berdiri bangunan dua lantai yang masih dalam tahap pembangunan.
Pengunjung yang baru pertama kali menginjakkan kaki di tempat tersebut mungkin akan berpikiran bahwa kawasan itu adalah kompleks properti yang diberikan sentuhan sawah buatan. Bukan persawahan yang diratakan—menyisakan sejumlah petak sawah dengan senderan beton—kemudian dibangun properti.
Rabu siang, pukul 13.30 WITA, dilaksanakan upacara adat mengawali pembongkaran struktur bangunan melanggar itu. Hadir Anggota DPD RI Provinsi Bali Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, tokoh Puri Agung Ubud Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), perwakilan investor Lisa Sirotinina, prajuru Desa Adat Tegallantang, serta pejabat pemerintahan di lingkungan Ubud.
Satu per satu undangan dan tokoh yang hadir mengambil palu untuk memecahkan tembok dari bangunan melanggar tersebut. Pukulan pertama setelah upacara adat tuntas dipimpin pemuka agama Hindu dihujamkan Cok Ace dan diakhiri dengan pukulan Niluh Djelantik sebagai simbolis awal proses pembongkaran.
Niluh Djelantik yang mengawal PARQ Ubud sejak viral disebut-sebut Kampung Rusia mendukung operasional kembali di bawah manajemen baru. Ia menegaskan, mendukung pelaku bisnis yang berbisnis di Bali dengan benar. Terlebih, hal ini menyangkut nasib ratusan pekerja lokal yang ia sebut dipaksa mengundurkan diri di bawah manajemen sebelumnya.
“Saya percaya manajemen yang baru mau mendengar. Saya juga belum pernah melihat dalam sejarah Bali, ada yang ingin membongkar bangunan menjadi sawah, ini pertama kalinya. Itu yang jadi keinginan Sergey,” tegas Niluh saat konferensi pers.
Niluh menegaskan, Bali tidak anti investasi selama investasi itu dilakukan dengan benar dan mau berkomunikasi dengan masyarakat setempat. Untuk itu, ketika ada investor Rusia bernama Sergey Solonin menyampaikan komitmennya dan hal itu berdampak baik pada warga setempat, ia menyambut baik komitmen itu.
“Kita lebih baik memiliki beberapa investor yang sayang sama kita dan mau hidup panjang sama kita, dibandingkan 2.000, 3.000, 4.000 yang mengambil alih semua lini kehidupan masyarakat Bali,” beber Niluh.
Hal senada diungkapkan Cok Ace yang sempat merasa gagal melindungi Ubud pasca viralnya kasus PARQ Ubud. Ia berharap komitmen dan pengambilalihan yang dilakukan PT Gold Dragon Management mengubah mimpi buruknya tentang Ubud. Hal ini diungkapkan eks Wakil Gubernur Bali (2018-2023) ini sambil berkaca-kaca.
“Mimpi indah itu tentu tidak akan terwujud kalau manajemen yang baru tidak mewujudkan mimpi itu. Saya berharap pembangunan itu menyejahterakan masyarakat karena pariwisata Bali adalah pariwisata budaya yang berbasis masyarakat, mereka harus dilibatkan,” ungkap Cok Ace.
Niluh Djelantik dan Cok Ace memberikan kesempatan untuk manajemen PARQ Ubud yang baru untuk membuktikan komitmen mereka. Komitmen itu termasuk janji yang terdengar mustahil yakni memulihkan sawah dari bangunan yang telah terbetonisasi. Tokoh masyarakat setempat akan memantau perkembangan proyek pemulihan sawah ini.
Harapan senada disampaikan Bendesa Adat Tegallantang I Gusti Putu Gede Suradnya. “Mudah-mudahan apa yang sudah dipaparkan tadi bisa terwujud. Kami dari desa adat, kalau dia mengikuti aturan-aturan desa adat, kami tetap memberikan pengayoman,” tegasnya.
Sampai saat ini, PARQ Ubud belum beroperasi secara efektif. PT Gold Dragon Management menyatakan telah mengurus perizinan melalui Online Single Submission (OSS) terkait Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (PKKPR). Mereka juga mengaku sedang menjalin komunikasi dengan pemerintahan setempat untuk aspek perizinan lebih lanjut.
Sementara itu, perwakilan investor Lisa Sirotinina memastikan PARQ Ubud yang akan branding ulang dengan merek baru tidak akan eksklusif untuk komunitas tertentu. Di mana sebelumnya, PARQ Ubud mendapat julukan Kampung Rusia.
“Kami tidak ada keinginan untuk mempertahankan citra itu (Kampung Rusia). Proyek ini harus inklusif bagi seluruh wisatawan termasuk warga lokal, wisatawan nasional, dan mancanegara,” tandas Lisa. *rat
Komentar