Perang Baru Pecah di Timur Tengah, IHSG Diprediksi Melemah Pekan Ini
Perang
Timur Tengah
Israel
Iran
Indeks Harga Saham Gabungan
IHSG
Bursa Efek Indonesia
BEI
Safe Haven
Obligasi
Emas
DENPASAR, NusaBali.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia berpeluang kembali terpukul pekan ini, menyusul pecahnya perang baru di Timur Tengah antara Israel dan Iran.
Pada perdagangan pekan lalu, IHSG sempat ditopang sentimen positif dari pertemuan Amerika Serikat dan Tiongkok di London, Inggris, Senin (9/6/2025). Pertemuan ini jadi angin segar—meski masih diragukan—terhadap gencatan perang dagang.
IHSG pun ditutup menguat 0,74 persen di level 7.166,06 pada akhir perdagangan pekan lalu, Jumat (13/6/2025). Namun, analis memprediksi sentimen positif potensi rujuknya AS-Tiongkok ini tidak bertahan lama ketika perang udara terbesar Israel-Iran pecah sejak Jumat.
Untuk itu, Analis Ekuitas PT Indo Premier Sekuritas, Imam Gunadi memprediksi IHSG akan melemah pada perdagangan pekan ini (16-20 Juni) dengan support di level 6.994 dan resistance di level 7.239.
“Meskipun menguat (pekan lalu), IHSG sebenarnya membentuk pola shooting star yang merupakan salah satu jenis bearish candle,” tutur Gunadi dalam keterangan yang diterima NusaBali.com, Senin.
Pola shooting star menunjukkan tren naik dan harga sempat tinggi, yang mana sempat berada di level 7.239,95. Namun, pola ini menjadi sinyal akan terjadinya bearish (penurunan harga) lantaran tekanan jual mulai mendominasi melewati tekanan beli dan harga akan menurun.
Kata Gunadi, pasar khawatir dengan situasi di Timur Tengah yang berpotensi menimbulkan perang besar melibatkan Israel-Iran dan sekutu masing-masing di kawasan. Konflik ini berpotensi mempengaruhi sirkulasi 20 persen minyak dunia yang dikirim melewati Selat Hormuz.
“Sekitar 20 persen dari pasokan minyak dunia melewati Selat Hormuz setiap hari. Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan UEA sangat bergantung pada jalur ini untuk mengekspor minyak mentah ke pasar global di Asia, Eropa, dan Amerika,” tegasnya.
Situasi geopolitik ini dinilaikan akan menekan pasar untuk bermain aman, ditandai dengan safe haven flows. Pasar akan memilih memarkir aset pada instrumen yang aman seperti obligasi dan emas. Di samping itu, saham energi akan tampak seksi dengan meroketnya harga minyak dunia akibat perang. *rat
IHSG pun ditutup menguat 0,74 persen di level 7.166,06 pada akhir perdagangan pekan lalu, Jumat (13/6/2025). Namun, analis memprediksi sentimen positif potensi rujuknya AS-Tiongkok ini tidak bertahan lama ketika perang udara terbesar Israel-Iran pecah sejak Jumat.
Untuk itu, Analis Ekuitas PT Indo Premier Sekuritas, Imam Gunadi memprediksi IHSG akan melemah pada perdagangan pekan ini (16-20 Juni) dengan support di level 6.994 dan resistance di level 7.239.
“Meskipun menguat (pekan lalu), IHSG sebenarnya membentuk pola shooting star yang merupakan salah satu jenis bearish candle,” tutur Gunadi dalam keterangan yang diterima NusaBali.com, Senin.
Pola shooting star menunjukkan tren naik dan harga sempat tinggi, yang mana sempat berada di level 7.239,95. Namun, pola ini menjadi sinyal akan terjadinya bearish (penurunan harga) lantaran tekanan jual mulai mendominasi melewati tekanan beli dan harga akan menurun.
Kata Gunadi, pasar khawatir dengan situasi di Timur Tengah yang berpotensi menimbulkan perang besar melibatkan Israel-Iran dan sekutu masing-masing di kawasan. Konflik ini berpotensi mempengaruhi sirkulasi 20 persen minyak dunia yang dikirim melewati Selat Hormuz.
“Sekitar 20 persen dari pasokan minyak dunia melewati Selat Hormuz setiap hari. Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan UEA sangat bergantung pada jalur ini untuk mengekspor minyak mentah ke pasar global di Asia, Eropa, dan Amerika,” tegasnya.
Situasi geopolitik ini dinilaikan akan menekan pasar untuk bermain aman, ditandai dengan safe haven flows. Pasar akan memilih memarkir aset pada instrumen yang aman seperti obligasi dan emas. Di samping itu, saham energi akan tampak seksi dengan meroketnya harga minyak dunia akibat perang. *rat
Komentar