Cara Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Inovatif dari SMP Negeri 5 Abiansemal, Badung
Ciptakan Pemilah Sampah Berbentuk ‘Ogoh-Ogoh’ King Kong
King Tong bukan sekadar alat pemilahan botol plastik biasa yang membosankan, melainkan telah mengakomodir hiburan menarik bagi siswa SMPN 5 Abiansemal
MANGUPURA, NusaBali.
SMP Negeri 5 Abiansemal, Badung berhasil menciptakan pemilah sampah yang tidak biasa, yakni berbentuk selayaknya ogoh-ogoh King Kong. Inovasi tong sampah bertajuk ‘King Tong’ ini berhasil menggugah siswa untuk berlatih memilah sampah, terutama botol plastik.
Kreativitas Inovatif Ngolah Tong Sampah Sekolah (King Tong) ini diinisiasi Kepala Sekolah (Kasek) SMPN 5 Abiansemal I Made Suardana pada tahun 2023 silam ketika gedung sekolah berjuluk Spancab ini baru berdiri. Kata dia, King Tong adalah implementasi salah satu jargon turunan dari visi sekolah, yakni ‘Sing Kedas, Sing Spancab’ artinya kalau tidak bersih, bukan Spancab.
Di samping itu, Suardana menuturkan bahwa Spancab tidak memiliki petugas kebersihan. Tanggung jawab keresikan lingkungan sekolah menjadi kewajiban bersama baik itu siswa, pegawai, maupun pimpinan dari sekolah yang secara administratif berdiri tahun 2018 tersebut, tanpa terkecuali.
“Kami berkeinginan bagaimana sih biar bisa melakukan pemilahan sampah secara langsung dengan menggerakkan warga sekolah. Nah, supaya menarik, dibuat King Tong dari bahan sisa pembangunan gedung sekolah,” tutur Suardana ketika ditemui NusaBali.com, Kamis (12/6).
King Tong yang berwujud selayaknya ogoh-ogoh King Kong ini terbuat dari kayu, besi, kawat, ijuk, dan tutup botol plastik. Semuanya diambil dari sisa material pembangunan gedung Spancab. Besi dan kawat dijadikan rangka yang kemudian ditutup kayu sebagai bodi luar. Tutup botol dijadikan ornamen badong (hiasan leher-bahu), sedangkan ijuk dijadikan rambut King Tong. King Tong digambarkan sebagai seekor King Kong atau raja gorila yang sedang berjalan dengan mulutnya menganga.

Waste station untuk pemilahan sampah. –NGURAH RATNADI
Mulut yang menganga ini jadi lubang memasukkan hasil pilahan botol plastik tanpa tutup dan label untuk disimpan sementara di perut King Tong. Sedangkan, hasil pilahan tutup botol dan labelnya disediakan dua kotak pemilahan yang dipasang menyatu di depan King Tong. Kotak dengan lubang lingkaran untuk tutup botol dan lubang persegi untuk label. Oleh karena itu, ada tiga bagian alat pemilahan yang membentuk King Tong.
“Saya hanya memberi ide, yang mengerjakan adalah anak-anak kami dari kelas VIII dan IX, didampingi guru Seni Budaya. Pengerjaan dilakukan selama sebulan,” beber Suardana yang sebelumnya bertugas di SMP Negeri 1 Petang, Badung ini. Mengapa berbentuk King Kong? Suardana menjelaskan, sampah adalah permasalahan yang telah menghantui bertahun-tahun. Untuk melawan persoalan klasik yang tidak kunjung usai ini memerlukan jiwa yang kuat dan tangguh selayaknya karakter King Kong, dimulai dengan disiplin memilah sampah. Menariknya, King Tong bukan sekadar alat pemilahan botol plastik yang membosankan, melainkan telah mengakomodir hiburan menarik bagi siswa SMP negeri yang berlokasi di Banjar Dirgahayu, Desa Adat Gerih, Desa Abiansemal. Sebagai daya tarik, King Tong dilengkapi fitur senapan ketapel untuk meluncurkan botol plastik ke mulut King Tong jika berhasil dibidik secara akurat.
Kata Suardana, fitur ini kerap dijadikan challenge antarsesama siswa. Karena daya tarik ini, kepala sekolah asal Banjar Juwet, Desa/Kecamatan Abiansemal, Badung tersebut mengakui siswa tidak menunda-nunda memilah botol plastik agar dapat segera menjajal fitur senapan ketapel King Tong. Hal ini pun diakui siswi kelas VIII, Komang Ayu Setia Dewi.
“Kalau pakai tong sampah biasa, teman-teman itu kadang tidak langsung memilah sampah. Kalau pakai King Tong, jadi lebih disiplin karena menarik juga bisa sambil main tembak-tembakan,” ungkap Ayu Setia Dewi ketika ditemui di sekolah di sela persiapan lomba miniatur pionering, Kamis siang. Sampah botol plastik hasil pilahan warga Spancab dipindahkan dari King Tong setiap bulan. Dari pembukuan periode Mei lalu, 24 kilogram botol plastik dan 6,5 kilogram tutup botol plastik terkumpul. Hasil pemilahan ini tergolong sedikit karena masa liburan sekolah dan kebijakan wajib tumbler. Sebelum-sebelumnya bisa lebih dari total 50 kilogram.
Sampah botol plastik yang sudah dipilah lantas disimpan sementara di waste garage sekolah untuk kemudian dijual ke pengepul. Kasek Suardana mengatakan, nilai ekonomi botol plastik yang sudah terpilah lebih tinggi sekitar 40 persen. Tutup botol plastik yang sudah terpilah dihargai Rp 5.000 per kilogram, sedangkan botol plastiknya saja dihargai Rp 1.500 per kilogram. “Hasil penjualan sepenuhnya masuk ke rekening OSIS sebagai bentuk apresiasi karena sudah melatih diri memilah sampah dan juga untuk mendukung kegiatan-kegiatan OSIS,” kata Suardana.
Sementara itu, Spancab juga memiliki waste station sebagai turunan dari program King Tong. Waste station yang tersebar di lima titik di dalam lingkungan sekolah ini menyediakan fasilitas pemilahan sampah yang lebih detail seperti botol/gelas plastik, tutup botol plastik, kertas/karton, kemasan plastik, sampah organik, dan residu. Ada pula empat titik teba modern sebagai langkah lanjutan dari pemilahan sampah organik di waste station menjadi kompos alami. Kemudian, Spancab juga telah menanam 12 lubang biopori dengan fungsi serupa teba modern, namun juga membantu mempercepat peresapan air hujan ke dalam tanah. “Sejak 2023, King Tong ini sudah diakui keberadaannya melalui kompetisi, pameran, dan sampai juga ke tamu-tamu kami yang berkunjung ke Spancab untuk studi banding pengelolaan sampah di sekolah,” tandas Suardana. 7 ol1
Komentar