nusabali

Laksanakan Ekajati Persiapan Menjadi Bhagawan, Ngurah Agung Mundur dari Politik

  • www.nusabali.com-laksanakan-ekajati-persiapan-menjadi-bhagawan-ngurah-agung-mundur-dari-politik

Ngurah Agung menjelaskan, dirinya memutuskan ke jalur spiritual setelah ngewacakang (memohon petunjuk) dari sulinggih, Ida Peranda

DENPASAR, NusaBali
Sempat berlabuh di tiga partai politik (parpol) Anak Agung Ngurah Agung memutuskan mundur dari hingar bingar perpolitikan di Pulau Dewata. Ngurah Agung memilih jalur spiritual dengan maekajati (ritual sakral menjadi pemangku,red) untuk selanjutnya menyiapkan diri sebagai seorang Bhagawan (sulinggih).

Banting haluan dari dunia politik ke spiritual ala Ngurah Agung ini cukup mengejutkan. Sebab Ngurah Agung yang merupakan politisi asal Puri Gerenceng, Kecamatan Denpasar Utara ini dikenal sebagai politisi nyentrik. Dia mengawali karir politiknya sebagai Wasekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) saat partai tersebut dipimpin Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tahun 2001 silam. Ngurah Agung kemudian loncat ke Partai Golkar dan sempat menjadi Caleg DPRD Bali pada Pileg 2009. 

Dia berkiprah sebagai pengurus DPD I Golkar Bali hingga Pemilu 2024, sebelum akhirnya loncat ke Partai NasDem dengan maju sebagai Caleg DPRD Bali Partai NasDem Dapil Denpasar. Namun, lagi-lagi Ngurah Agung gagal menuju kursi legislatif. Saat di Partai Golkar dia juga sempat mengikuti beberapa seleksi dan verifikasi kandidat calon Walikota Denpasar, tetapi selalu kandas tidak dapat tiket. Di Golkar Bali Ngurah Agung punya kenangan, pernah disebut sebagai kader pembangkang, karena berseteru dengan Ketua DPD I Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry cs. 

“Saya sudah melaksanakan swadharma di dunia politik dengan berlabuh di tiga partai politik. Dengan di partai politik saya sudah menyuarakan aspirasi masyarakat, walaupun tidak duduk di legislatif untuk melakukan eksekusi atas aspirasi dan perjuangan atas nama rakyat,” ujar Ngurah Agung ditemui NusaBali di kediamannya, Jalan Puri Gerenceng, Kecamatan Denpasar Barat, Kamis (12/6).

Apakah kegagalan nyaleg di parpol itu memilih banting haluan? Ngurah Agung menjelaskan, dirinya memutuskan ke jalur spiritual setelah ngewacakang (memohon petunjuk) dari sulinggih, Ida Peranda. Dari proses tersebut, Ngurah Agung yang lahir pada Redite Umanis Merakih mengatakan memiliki pembawaan kelahiran yang lempeng dan lurus-lurus saja. Sehingga dunia politik menjadi terbalik dengan kelahirannya. 

Dalam wacakan berdasarkan kelahiran, seseorang yang lahir pada Redite Umanis Merakih memiliki sifat perilaku pendeta, senang belajar tattwa agama, kukuh dengan pendapat dan tidak senang diatur-atur. “Dalam dunia politik yang selama ini saya ikut di dalamnya kan bertentangan dengan pewatakan kelahiran saya. Saya orangnya lurus-lurus saja, sementara dalam politik harus ikut berbohong, tiput-tipu. Menurut Ida Peranda, saya tidak tepat berada di dunia politik,” tegas mantan Wakil Ketua Bidang Pariwisata DPD I Golkar Bali ini.

Ngurah Agung mengatakan dirinya sudah menjalani berbagai kehidupan. Lahir di Puri Gerenceng, Denpasar dirinya berlatarbelakang sebagai pengusaha sejak muda, sebelum akhirnya didorong ke dunia politik oleh tokoh Partai Golkar Bali, Ida Tjokorda Pemecutan XI (almarhum). “Awalnya saya ke PKB, terus pindah ke Golkar dan berakhir di NasDem. Ternyata politik bukan dunia saya,” ujarnya.    

Ngurah Agung terkenang, saat loncat dari dunia usaha ke politik, dirinya sudah mulai menekuni kegiatan spiritual juga. “Sekarang saya harus putuskan dengan pilihan untuk wanaprasta menuju ketenangan batin, menuju bhiksuka untuk menuju kehidupan terakhir melepaskan diri dari keterikatan duniawi. Mohon doa teman-teman,” ujarnya.

Ngurah Agung sendiri mulai melaksanakan ritual natab di Marga Agung menghilangkan leteh (kekotoran batin), melukat di Tukad Gringsing serta proses malukat ring cacapan. Pada Redite Umanis Merakih, Minggu (8/6) lalu, Ngurah Agung melaksanakan ekajati di Puri Gerenceng Denpasar dipuput Ida Pedanda Pengiasan, Denpasar dan disaksikan Ida Bhagawan Anulub Pemecutan. 

Proses ini juga disaksikan pasemetonan Puri Gerenceng, kelian adat, dan dinas Banjar Gerenceng, perwakilan PHDI Denpasar dan Provinsi Bali serta Desa Adat Denpasar. Ngurah Agung kini dipanggil Tu Rah Mangku. Usai proses ekajati, Ngurah Agung kini mempersiapkan diri untuk meguru nabe dalam menuju proses dwijati (mempersiapkan diri menjadi sulinggih).n nat

Komentar