nusabali

Petruk ‘Diboikot’ PKB 2025, De Gadjah Telepon Gubernur Koster

  • www.nusabali.com-petruk-diboikot-pkb-2025-de-gadjah-telepon-gubernur-koster

DENPASAR, NusaBali.com - Nama seniman drama gong lawas, I Nyoman Subrata alias Petruk, kembali ramai setelah puluhan tahun berkecimpung di kesenian Pulau Dewata. Pasalnya, seniman lawak legendaris ini disebut-sebut ‘diboikot’ Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII Tahun 2025 ini.

Alasannya, lawakan Petruk yang dibawakan di PKB tahun sebelumnya dinilai melanggar norma kesopanan lantaran dianggap menggunakan pilihan bahasa yang tidak pantas dan tidak sesuai etika. Hal tersebut sesuai masukan tim kurator PKB 2025.

Di sisi lain, diboikotnya seniman berusia 76 tahun tersebut juga disebut-sebut karena sisa-sisa luka politik Pilgub Bali 2024. Saat itu, Petruk mendukung pasangan Made Muliawan Arya (De Gadjah)-Putu Agus Suradnyana yang akhirnya dikalahkan pasangan Wayan Koster-I Nyoman Giri Prasta.

Melalui unggahan Instagram, Kamis (5/6/2025), De Gadjah merespons kabar yang sedang santer dibicarakan warganet ini. Kata De Gadjah, ia sempat bertemu dengan Petruk, Minggu (1/6/2025) lalu dan sudah mendengar langsung bahwa sang seniman ‘diblokir’ dari PKB tahun ini.

“Job-nya di-block atau tidak diizinkan tampil di Pesta Kesenian Bali oleh oknum ASN di Dinas Kebudayaan karena mendukung saya saat Pilgub kemarin dan juga dalam tampilan Petruk ada kata-kata ‘Ba**sat’,” tulis De Gadjah di @de_gadjah.

Ketua DPD Partai Gerindra Bali ini lantas menelepon Gubernur Koster untuk mengonfirmasi persoalan ini. De Gadjah pun menegaskan bahwa komunikasinya dengan mantan rivalnya itu baik-baik saja karena kontestasi politik sudah berakhir dan sudah seharusnya kembali bersinergi.

“Saya bicara bukan hanya untuk Pekak Petruk saja tapi untuk semua seniman dan artis yang job-nya di-block dan tidak diizinkan tampil dimana-mana di Bali.

Pak Gubernur respon-nya baik,” ungkap De Gadjah.

Menurut respons Koster, De Gadjah menuturkan Gubernur tidak menahu soal Petruk yang diboikot dari PKB 2025 dan tidak ada pula menginstruksikan hal sedemikian. Koster berjanji kepada De Gadjah untuk mengarahkan Disbud dan jajaran, serta kader-kader PDIP di Bali agar jangan sampai berbuat demikian.

Sementara itu, De Gadjah menilai drama gong terbilang sudah lumrah menyelipkan unsur bahasa yang terkesan tidak pantas. Namun, hal tersebut bukan berarti berkonotasi negatif, melainkan jadi simpul hiburan dan ruang berekspresi seniman yang seharusnya tidak dibatasi.

Politisi berbadan tegap dengan tampilan plontos ini mengajak masyarakat dewasa menyikapi dinamika politik. Kontestasi politik, kata De Gadjah, cukup terjadi saat tahun politik saja dan setelah itu kembali bersatu padu membangun Bali tanpa melihat pilihan politiknya.

“Jika masih ada hal-hal seperti itu (eks pendukung Mulia-PAS diboikot), mohon sampaikan kepada kami. Kami semua sebagai rakyat Bali akan berjuang untuk kebenaran dan jangan sampai ada rakyat yg di-dzolimi,” tandas De Gadjah.

Sebelumnya, Petruk direncanakan tampil di PKB 2025 bersama Paguyuban Peduli Seni Drama Gong Lawas Padsmagol Provinsi Bali di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali (Art Centre), Denpasar pada 2 Juli 2025. Namun, kehadiran Petruk untuk mengocok perut penonton lintas generasi tersebut urung usai evaluasi tim kurator. *rat

Komentar