nusabali

'Balada Babi Cantik', Cermin Keteguhan Hati Terhadap Pasangan

  • www.nusabali.com-balada-babi-cantik-cermin-keteguhan-hati-terhadap-pasangan

Inovasi dan kreativitas selalu tampil di atas panggung Gelaran Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya. 

DENPASAR, NusaBali
Salah satunya saat SMAN 6 Denpasar menampilkan janger berjudul “Balada Babi Cantik” yang tampil di panggung Madya Mandala, Taman Budaya Denpasar, Jumat (22/9) malam.

Pada pementasan janger “Balada Babi Cantik” tersebut, sebanyak 34 siswa SMAN 6 Denpasar yang berperan sebagai janger dan pengecak menceritakan kisah cinta sejati dan abadi dari si Japa Tuan. Dalam cerita tersebut si Japa Tuan yang ditinggal mati oleh sang istri, mencoba mencarinya hingga ke surga. Si Japa Tuan menghadap Bhatara Indra agar diijinkan menemui sang istri.

Di surga, Japa Tuan mampu mengenali sang istri yang wujudnya telah diubah menjadi babi. Si Japa Tuan tidak tergoda dengan para bidadari cantik yang ada di surga. Ia tetap memilih sang istri yang wujudnya menjadi seekor babi. “Cinta abadi si Japa Tuan mengajarkan bahwa ketulusan dan kegigihan akan memberikan kebaikan,” terang Kepala SMAN 6 Denpasar, Drs I Nyoman Muditha MPd.

Kreasi yang ditampilkan, mereka memasukkan unsur dansa dan jaipongan dalam janger. Penonton semakin antusias. “Ini sebuah proses kreatif dan inovatif anak-anak yang mampu mengkolaborasikan tari, tabuh dan drama yang dikemas dalam janger modern tanpa menghilangkan pakem-pakem janger yang asli,” katanya.

Menurut Muditha untuk pementasan tersebut siswa-siswa SMAN 6 Denpasar melakukan persiapan selama tiga bulan. Itu pun latihan dilakukan setiap sore hari. “Walau dana minim, tapi mereka tidak patah semangat. Saya sangat kagum dengan keseriusan mereka,” imbuhnya.

Usai pementasan SMAN 6 Denpasar, SMAN 7 Denpasar tampil dengan kesenian genjek dan operet. Sekaa genjek Sapta Jaya Cwaram SMAN 7 Denpasar ini juga memadukan dengan penari joget yang membuat suasana semakin semarak. Tradisi genjek merupakan tradisi dari Karangasem. Sedangkan operet ditampilkan oleh Teater Antariksa SMAN 7 Denpasar berjudul ‘Raga Angkara Reborn’.

Menurut pengamat sastra, Muda Wijaya, penampilan operet teater Antariksa kurang mampu menampilkan kedalaman rasa. Sebenarnya persoalan operet ini tidak hanya masalah teater Antariksa, sebagian besar teater di SMA-SMA mengalami hal serupa. “Dari rekaman saja saya tidak dapat menangkap kedalaman rasa. Apalagi di panggung saya lihat juga tidak dapat menangkap kedalaman rasa. Padahal operet pun memerlukan kedalaman rasa,” kritik Muda Wijaya.

Operet, kata Muda Wijaya, merupakan gabungan dari opera dan cabaret, namun tidak harus melucu secara fisik atau kata-kata konyol yang terkadang ada yang tidak pantas diucapkan di atas pentas. Kalaupun ada kelucuan itu lucu yang dibangun lewat satire. “Bukan komedi tubuh yang dibuat-buat,” tandasnya. *in

Komentar