nusabali

Intensitas Gempa Cenderung Naik, PVMBG Bersiap Naikkan Status

  • www.nusabali.com-intensitas-gempa-cenderung-naik-pvmbg-bersiap-naikkan-status

Intensitas gempa di Gunung Agung ada kecenderungan naik. Tercatat pada Sabtu (16/9) pukul 00.00-12.00 Wita, mencapai 30 kali gempa.

Polres Karangasem Gelar Persembahyangan di Pura Pasar Agung


AMLAPURA, NusaBali
Belum dihitung gempa yang tercatat pukul 12.00-23.30 Wita. Apabila intensitas kegempaan terus meningkat, besar kemungkinan status Gunung Agung bakal dinaikkan oleh pihak Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM.

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM I Gede Suantika, mengungkapkan, selama Jumat (15/9) pukul 00.00-12.00 Wita tercatat 17 kali gempa. Antara pukul 12.00-23.30 Wita sebanyak 11 kali gempa, total 28 kali. Atas dasar itulah status Gunung Agung naik dari level I (normal) ke level II (waspada).

“Kami masih menunggu hasil pantauan hingga pukul 23.30 Wita. Jika intensitas gempa melebihi Jumat (15/9), maka level bisa naik jadi level III (siaga),” kata Gede Suantika saat ditemui di Pos Pengamatan Gunung Agung di Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Sabtu (16/9).

Gede Suantika saat dihubungi kembali pukul 16.00 Wita, hanya menyebutkan kondisi Gunung Agung pukul 00.00-12.00 Wita. Disebutkan, pukul 00.00-06.00 Wita terjadi 14 kali gempa vulkanik dalam, kisaran 15-38 detik dengan kekuatan 0,1-1 SR. Sedangkan rentang pukul 06.00-12.00 Wita 16 kali gempa: masing-masing 14 kali gempa vulkanik dalam dan 2 kali gempa vulkanik dangkal, total 30 kali.

Munculnya gempa berulang kali, menurut Gede Suantika, pertanda Gunung Agung memperlihatkan tanda-tanda akan erupsi, walau waktu erupsi belum bisa diprediksi. Gempa itu terjadi akibat dari aktivitas di dasar Gunung Agung, berkaitan dengan proses keluarnya magma dengan kedalaman berkisar 10-12 kilometer. “Adanya gempa berulang kali berpeluang terjadi erupsi, namun bisa juga tidak,” imbuhnya.

Menurut Gede Suantika, sejak tahun 1963 baru kali ini Gunung Agung memunculkan gempa berulang kali, dan cenderung meningkat setiap hari sejak Juli 2017.

Disinggung rentang jumlah gempa yang muncul, sehingga status Gunung Agung ditetapkan naik level, hal itu tidak bisa ditentukan. Misalnya, Rabu (13/9) hingga Jumat (15/9), kegempaan meningkat, langsung naik dari level I ke level II. “Lihat saja perkembangannya, jika kegempaannya nanti naik tajam, bisa naik ke level III (siaga),” katanya.

Sementara Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa mulai memetakan kawasan rawan bencana (KRB) III, KRB II, dan KRB I, sesuai hasil simulasi sebelumnya. Juga menggambarkan akses evakuasi untuk pengungsi yang tinggal di jalur merah. Berdasar pemetaan BPBD, 15 desa masuk KRB (kawasan rawan bencana) I, dan 20 desa masuk KRB II.

Sedangkan jajaran Polres Karangasem dipimpin Kapolres AKBP I Wayan Gede Ardana didampingi Wakapolres Kompol AA Gede Mudita, Kasat Lantas AKP I Made Subadi, Kasat Sabhara AKP I Nengah Sukerna, Kapolsek Selat AKP I Made Sudartawan, menggelar persembahyangan bersama di Pura Pasar Agung, mohon keselamatan agar Gunung Agung tidak sampai erupsi. Pamuspaan diantarkan Jro Mangku Gede Umbara.

Kapolres AKBP Ardana mengatakan, walau status Gunung Agung masih waspada, cukup jauh dari status awas, setidaknya tetap perlu diantisipasi dan disosialisasikan kepada masyarakat. “Maka dari itu tetap berlaku larangan mendaki hingga radius 3 kilometer dari kawah, atau mendaki diperbolehkan hingga ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut,” kata AKBP Ardana.

Larangan mendaki juga berlaku dari jalur Pura Besakih, yang dijaga Kapolsek Rendang Kompol I Nengah Berata dan jalur Kecamatan Abang dijaga Kapolsek Abang AKP I Nyoman Sugita Yasa. Sedangkan larangan mendaki dari jalur Pura Pasar Agung dijaga Kapolsek Selat AKP I Made Sudartawan.

Kapolsek Selat AKP Sudartawan mengatakan, petugas berjaga-jaga 24 jam di Pura Pasar Agung, mencegah agar tidak ada wisatawan atau masyarakat umum yang mendaki Gunung Agung. Setiap hari dikoordinasikan Babinkamtibmas Desa Sebudi Aiptu I Made Suinten dibantu Kelian Banjar Sogra I Nyoman Muliarta.

Nyoman Muliarta membenarkan, sejak larangan mendaki, Jumat (15/9), tidak ada wisatawan dan masyarakat umum yang mendaki Gunung Agung. “Sudah kami imbau dan sebarkan informasi, agar tidak ada pramuwisata mengajak wisatawan mendaki Gunung Agung,” ucapnya.

Gunung Agung terakhir kali meletus tahun 1963, diawali 17 Februari 1963 dengan tanda-tanda gempa berulang kali. Gempa dirasakan hingga radius 11 kilometer. Disusul 18 Februari 1963 juga gempa berkekuatan lebih besar dalam intensitas tinggi. Sedangkan kepulan asap tebal disertai hujan abu dan bau belerang terjadi 19 Februari 1963 sekitar pukul 01.00 Wita. Awan panas muncul 21 Februari 1963, puncak letusan ditandai erupsi besar-besaran 17 Maret 1963. Setelah reda beberapa minggu, kembali terjadi letusan hebat 16 Mei 1963 dengan semburan lahar setinggi 1.000 meter dari puncak Gunung Agung. Peristiwa itu menewaskan 608 jiwa. Letusan benar-benar berakhir, 27 Januari 1964. *k16

Komentar