Akses Sulit, Sampah Kiriman di Pantai Labuan Sait Dibakar
MANGUPURA, NusaBali - Sampah kiriman yang menumpuk di Pantai Labuan Sait, Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung terpaksa dibakar di lokasi karena akses yang sulit dan tidak memungkinkan untuk diangkut ke atas.
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi petugas dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Badung serta krama Desa Adat Pecatu yang melakukan pembersihan jelang upacara Pemelastian pada Rabu (26/3).
Koordinator Deteksi dan Evakuasi Sampah Laut (Desalut) Dinas LHK Badung I Made Gde Dwipayana, mengatakan telah mengerahkan 70 personel untuk membantu pembersihan. Sampah yang menepi sebagian besar terdiri dari ranting pohon, kayu, dan sampah plastik.
“Total sampah yang kami angkut di Pantai Labuan Sait sekitar 7 truk atau 14 ton. Tidak bisa bawa ke atas, terpaksa dibakar, yang bisa dimanfaatkan tidak dibakar,” ujar Dwipayana, Selasa (25/3) siang.
Menurutnya, upaya pengangkutan sampah ke atas sempat dicoba, tetapi tidak efektif, sehingga dia menilai pembakaran sampah menjadi solusi satu-satunya. “Dahulu sempat menyewa katrol untuk mengangkut sampah kayu ke atas, tetapi lama prosesnya, karena sampahnya banyak. Jadi penggunaan katrol ini tidak efektif, karena waktunya banyak habis,” katanya.
Namun, Dwipayana menegaskan bahwa sampah plastik tetap ditangani secara khusus dan dikumpulkan dalam karung untuk dibawa ke atas, sehingga tidak ikut dibakar. Sementara itu, permasalahan serupa juga terjadi di Pantai Dreamland, di mana sampah kiriman masih menumpuk di area loloan. Dwipayana menyebutkan bahwa pembersihan di lokasi tersebut akan mendapat perhatian lebih setelah Hari Raya Nyepi. “Pantai Dreamland hampir sama kendalanya. Nanti setelah Nyepi mungkin kami atensi,” imbuhnya.
Selain petugas DLHK, ribuan krama Desa Adat Pecatu juga turun langsung melakukan pembersihan pantai dalam rangkaian menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1947 dan Nyanggra Hari Raya Galungan dan Kuningan pada Selasa (25/3) pagi. Bendesa Adat Pecatu Made Sumerta, menjelaskan bahwa kegiatan ini melibatkan seluruh elemen masyarakat, mulai dari warga di 19 tempekan, para pedagang di pantai, para Yowana dan Sekaa Teruna se-Desa Adat Pecatu, hingga petugas Dinas LHK Badung.
“Jalan lingkungan dan pantai kami bersihkan sebelum Pemelastian. Semua kami libatkan, sehingga lebih dari seribu orang turun langsung untuk gotong royong,” ujarnya.
Sumerta menambahkan, selain membersihkan sampah kiriman, kegiatan ini juga mencakup pemangkasan pohon di sekitar pantai. Meskipun pantai kini sudah bersih, proses evakuasi sampah di Pantai Labuan Sait masih menjadi tantangan tersendiri. Sampah berukuran kecil seperti ranting-ranting dibakar, sementara kayu besar harus dipotong dengan gergaji mesin, kemudian digotong secara manual ke area dekat sungai kering untuk dibakar.
“Masih ada tantangan dalam proses evakuasi. Akses menuju atas sempit, kendaraan berat tidak bisa melintas, sehingga kami harus bergotong royong membersihkan sampah secara mandiri,” tambah pria yang juga menjadi anggota DPRD Badung itu.
Sementara, upacara Melasti Kesanga sendiri akan dilaksanakan pada Rabu (26/3). Persiapan dimulai pukul 13.00 Wita di Pura Dalem Selonding, kemudian sekitar pukul 14.00 Wita iring-iringan menuju Pantai Labuan Sait, tempat upacara Pemelastian akan dipusatkan. Setelah upacara Pemelastian, rangkaian upacara akan dilanjutkan dengan nyejer Ida Bhatara dan upacara Pangrupukan atau mecaru di Catus Pata Desa Adat Pecatu.
Lebih lanjut, Sumerta menambahkan bahwa kegiatan bersih-bersih ini akan kembali dilakukan menjelang Hari Raya Galungan sebagai bagian dari upaya menjaga kebersihan dan kesucian wilayah desa. “Kegiatan bersih-bersih ini rutin kami laksanakan menjelang hari raya. Nanti, sebelum Hari Raya Galungan kami laksanakan kembali,” katanya. 7 ol3
Komentar