nusabali

Jadikan Limbah Bawang Jadi Biogas-Pupuk Organik

Siswi SMAN 1 Semarapura Ni Putu Shinta Rayani Krisna Rada Putri Ciptakan ‘Mr Onast’

  • www.nusabali.com-jadikan-limbah-bawang-jadi-biogas-pupuk-organik

Setelah melewati semua tahapan, teknologi ini dinobatkan sebagai Juara 1 Tingkat Provinsi Bali dan membuka jalan untuk melaju ke kompetisi tingkat nasional

SEMARAPURA, NusaBali
Ni Putu Shinta Rayani Krisna Rada Putri,17, siswi Kelas XI IPA 1, SMAN 1 Semarapura, Klungkung berhasil menorehkan prestasi gemilang tingkat nasional berkat karya tulis dan karya inovatifnya, Mr Onast (Methane Digester From Onion Waste).

Mr Onast merupakan sebuah alat yang Shinta ciptakan dengan inovasi teknologi tepat guna untuk mengolah limbah kulit bawang menjadi biogas dan pupuk organik. Ide dan pembuatan alat tersebut dilakukan oleh Shinta sendiri dan saat lomba dibantu tim. Karya inovatifnya akan kembali diuji di tingkat provinsi dalam ajang Anugerah Bali Swacita Nugraha.

Shinta mengatakan karya tulis inovatif memberinya ruang untuk mengeksplorasi ide, mencari solusi, dan berkontribusi. "Ini bukan sekadar menulis, tetapi perjalanan menemukan sesuatu yang bermanfaat. Saya melihat permasalahan limbah bawang yang sangat banyak di Kabupaten Klungkung, bahkan tidak lagi diterima di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah karena sulitnya pengolahan limbah tersebut," kata Shinta, Sabtu (21/3). 

Padahal berdasarkan berbagai literatur, limbah bawang memiliki potensi besar untuk diolah dan dapat menjadi alternatif energi terbarukan. Setelah melakukan berbagai riset, dia mulai merancang sebuah alat untuk mengolah limbah kulit bawang menjadi biogas dan pupuk organik. "Alat ini saya harapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi Klungkung dalam mengatasi masalah limbah bawang. Alat ini saya beri nama Mr Onast (Methane Digester From Onion Waste)," ujarnya. Bersama pembina, I Pande Putu Alit Antara SPd MPd, Shinta dan tim berhasil meloloskan inovasi Mr Onast hingga ke tingkat Provinsi Bali. 

"Perjalanan kami tidak mudah, melalui serangkaian penilaian dari Dinas Pendidikan Provinsi Bali dengan kunjungan langsung pada 2 Februari, 18 Maret, dan 19 April 2024," ujarnya.

Hasil karya penelitian ‘Mr Onast’-IST 

Setelah melewati semua tahapan, teknologi ini dinobatkan sebagai Juara 1 Tingkat Provinsi Bali, membuka jalan untuk melaju ke kompetisi tingkat nasional. Perjalanan menuju tingkat nasional pun penuh tantangan, mulai dari pembenahan alat, kunjungan kembali ke TPA setempat, penelitian lanjutan di sentra pengupasan kulit bawang, pembuatan video, persiapan presentasi, hingga uji coba langsung di Kabupaten Bangli, tepatnya di wilayah pertanian Kecamatan Kintamani. Alasannya memilih di Kintamani karena di sana perkebunan sayur sangat luas dan mayoritas masyarakat di sana berkebun jadi tepat dilakukan uji coba pupuk pada tanaman perkebunan. Sehingga pupuk organik dapat digunakan sebagai pendamping agar penggunaan pupuk kimia tidak berlebihan. "Saya juga mendapatkan pembinaan dari pihak provinsi untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi nasional," ujarnya.

Mr Onast bekerja dengan prinsip biodigester, di mana limbah organik diolah melalui proses dekomposisi anaerob (tanpa oksigen) dengan bantuan mikroorganisme untuk menghasilkan  biogas dan pupuk organik. Hancurkan limbah bawang menjadi lebih kecil lalu masukan ke inlet pipe, masukkan pula air, gula/glukosa, dan benih mikroorganisme dicampur urin sapi dengan perbandingan 1:1:50. Tutup Inler pipe biarkan sekitar 3-4 minggu. Cek gas dengan sensor gas apakah biogas telah tercipta atau belum. Jika sudah menghasilkan gas maka gas dapat dialirkan menuju kompor ataupun menuju ke penampung gas. "Pupuk cair dapat dikeluarkan lewat keran pupuk dan pupuk padat dikeluarkan lewat pipa slurry," ujarnya.

Pada 27 Juni 2024, teknologi Mr Onast dinilai secara daring oleh tim penilai nasional. Proses penilaian terdiri dari presentasi karya, demonstrasi alat dalam bentuk video, serta sesi tanya jawab yang diselenggarakan di Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Bali. "Meskipun persaingan sangat ketat, saya dan tim tetap berjuang hingga puncak acara Teknologi Tepat Guna (TTG) pada 15 Juli 2024 yang diadakan di Islamic Center, Dasan Agung, Kota Mataram, Lombok, NTB. Di sana, kami berkesempatan memamerkan karya teknologi bersama inovator lainnya," ujarnya. 

Sayangnya, meskipun telah melalui proses yang panjang dan penuh dedikasi, Mr Onast belum berhasil menjadi yang terbaik di tingkat nasional. "Namun, keberhasilan saya mencapai titik ini tetap menjadi kebanggaan besar bagi SMAN 1 Semarapura dan wargaKlungkung," ujarnya. Shinta berharap ke depan dapat memberikan yang terbaik untuk Provinsi Bali di kancah nasional. "Pengalaman ini adalah pelajaran berharga bagi saya. Saya akan terus berusaha lebih baik dalam lomba-lomba berikutnya dengan persiapan yang lebih matang dan tenang. Meskipun dengan keterbatasan yang saya miliki, saya berharap dapat tampil maksimal dan membawa nama baik Klungkung serta Bali," ujarnya.  

Untuk pengujian Mr Onast di tingkat provinsi tentu akan ketat. "Saya menyadari bahwa ini bukan sekadar tentang lomba, tetapi juga kesempatan membuktikan inovasi yang saya ciptakan," ujarnya 

Beberapa persiapan yang Shinta lakukan antara lain membaca ulang karya tulisnya. Mendapatkan pembinaan dari Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Klungkung. Berdiskusi dengan pembina serta kepala sekolah. Lalu memastikan setiap data dan argumen kuat, serta memastikan alat Mr Onast berfungsi dengan baik.  "Tentu ada rasa gugup, tetapi lebih dari itu, saya merasa bersemangat. Ini bukan hanya tentang kemenangan, tetapi juga tentang perjalanan belajar, keberanian menyampaikan ide, serta kepedulian terhadap lingkungan di Kabupaten Klungkung," ujarnya.  

Apa yang dia raih tidak terlepas dari dukungan sekolah terutama keluarga besar SMAN 1 Semarapura, termasuk seluruh civitas akademika, sangat mendukung dalam penelitian ini. "Bahkan, sekolah turut mendanai penelitian yang saya lakukan. Saya merasa sangat beruntung memiliki kepala sekolah dan guru-guru yang selalu memotivasi serta mendorong siswa Ekasma untuk terus mengembangkan diri dan berprestasi sesuai dengan kemampuan masing-masing," ujarnya.  

Shinta tumbuh di lingkungan keluarga yang suka berdiskusi mengenai berbagai hal, seperti politik, ekonomi, lingkungan, dan isu-isu sosial. "Hal ini membuat saya terbiasa berpikir kritis serta melihat suatu permasalahan secara lebih luas dan holistik. Dalam penelitian ini, keluarga saya memberikan dukungan penuh serta mendoakan agar semua aktivitas saya berjalan lancar. Kami berprinsip bahwa segala hal yang kita usahakan di dunia ini hanya akan terjadi atas kehendak Tuhan," kata Shinta. 7 wan

Komentar