nusabali

‘Matah’ dan ‘Tengal’

  • www.nusabali.com-matah-dan-tengal

MENTAH itu bahasa Indonesia, bahasa Balinya matah, sangat mirip pengucapannya, artinya sama: belum matang, belum saatnya dipetik, belum mantap, belum sempurna.

Karena itu, istilah mentah sering dipakai untuk sesuatu yang tidak nyaman, belum pantas, tidak selayaknya. Istilah mentah ini bisa kita temui di banyak hal, dalam kegiatan sehari-hari, dan acap kali membuat kita geleng-geleng kepala, bahkan mencibir sinis, jika sampai yang belum matang menjadi sesuatu yang penting. 

Seorang yang tidak berpengalaman dalam politik, tiba-tiba dipilih menjadi ketua partai, itu bisa disebut mentah. Tapi, orang-orang kemudian berpendapat, dalam politik apapun bisa terjadi. Yang muda, belum saatnya tampil karena masih mentah, mengalahkan yang senior. Pasti ada upaya sosok-sosok tertentu agar si anak mentah itu tampil. Namun, tetap saja mentah. “Kalau pun disebut matang, dia matang dikarbit,” komentar publik. 

Buah yang dipaksa matang tidak seenak buah masak pada saatnya. Yang mentah rasanya asem, kecut, dan sepat. Banyak orang bahkan mencari buah yang matang di pohon, kandungan gizinya optimal. Tapi buah masak di pohon langka, makanya para penjual buah di pasar suka mempromosikan dagangannya, “Mari, pak, ibu, silakan…silakan…buah matang di pohon,” biar buahnya laku dengan harga mahal. Dalam seni pertunjukan, terutama komedi, istilah mentah memperoleh tempatnya yang pas. 

Jika komedian sudah sekian menit membanyol tak ada penonton tertawa, disebut lawakannya mentah. Kalau komedian itu tampil berpasangan, lawakannya mentah dan tidak bermutu, bikin penonton kesal, disebut lawakan tengal. Artinya kaku dan tidak serasi. Penonton bakal berteriak, “Turun, turun!”. Memaksa aktor turun dari panggung karena matah dan tengal tentu mudah. Tapi, kalau aktor itu seorang pemimpin, tokoh partai, gubernur, presiden, tentu tak gampang menuntutnya turun, karena ada undang-undang yang mengatur, selain harus melangkahi dulu gejolak politik.

Mentah dalam keseharian selalu sering dikaitkan dengan yang negatif, merugikan, membuat dunia sebagai panggung kehidupan jadi gak nyaman buat ditempati. Banyak hal mentah dipaksakan keberadaannya, membuat hidup terasa kecut selalu. Tidak heran jika muncul kesan, harga-harga membubung bisa disebabkan oleh keputusan-keputusan yang mentah, belum saatnya diterapkan karena rakyat masih hidup sengsara. Pentas politik yang mentah membuat hidup semakin susah. Tapi, ada juga mentah yang berarti enak, nikmat, dan nyaman dirasakan. Ada istilah daging mentah yang bisa berarti luas, antara lain maknanya berkaitan dengan prostitusi. 

Perempuan yang menjajakan diri menemani laki hidung belang tidur dan untuk itu si perempuan menerima bayaran, disebut menjual daging mentah. Jualannya laris, tapi tak bakalan habis. Jepang mengenal kuliner sushi, makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang sering disertai dengan ikan mentah (segar), rasanya masam, lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula. Kuliner ini sangat terkenal, gampang dijumpai di Bali yang banyak dikunjungi dan dihuni orang Jepang.

Bali juga punya bumbu mentah, dikenal dengan sambel matah. Bumbu ini sangat sederhana, seakan-akan bukan sambel, apalagi bumbu. Bahannya bawang merah yang diiris tipis, ada bawang putih, cabai, dicampur minyak, ya sudah sebegitu saja. Itu sambel matah yang asli, memang begitu asal-usulnya. Menemani makanan rakyat kelas bawah  bersama nasi, tanpa lauk. Kalau nasinya hangat berkebul-kebul, nikmat sekali dengan cuma sambel matah.

Biar lebih gurih, sambel matah sering dicampur serai, daun jeruk purut dan limau. Banyak yang suka adonan ini ditambah terasi yang dibakar. Sambel matah seperti inilah yang belakangan sangat populer dan hadir di restoran berbintang, terutama yang menyediakan ikan bakar atau ayam panggang. Yang doyan menikmati ikan bakar pasti paham mengapa sambel matah ini jadi idola.

Tidak hanya bumbu mentah made in Bali yang dikenal luas pecinta kiuliner, juga daging mentah yang diolah dalam lawar, daging babi yang sungguh-sungguh mentah, dicincang, dicampur sayur nangka atau kacang panjang dan diadon dengan base genep (bumbu lengkap). Ini santapan favorit orang Bali. Semua orang Bali pasti pernah menyantapnya. Ini masakan yang membuat orang Bali perantauan kangen sama kampung halaman.

Begitulah yang mentah, bisa membuat hidup kita nelangsa oleh tindakan pemimpin-pemimpin yang mentah. Tapi bisa juga yang mentah membuat hidup jadi nyaman dan segar. Mari kita singkirkan, jangan dipkilih lagi,pemimpin dan pelaku politik yang matah dan tengal. Mari kita rawat kuliner kita dengan baik, berbahan baku mentah, agar tetap lezat disantap. 7 

Komentar