nusabali

Pasca Robohnya Konstruksi Ogoh-Ogoh ‘Harana Sasrabahu’ Saat Pementasan di Puspem Badung

ST Putra Mandala Banjar Kelod, Ungasan Siap Bangun Kembali dari Nol

  • www.nusabali.com-pasca-robohnya-konstruksi-ogoh-ogoh-harana-sasrabahu-saat-pementasan-di-puspem-badung

Beberapa perubahan akan dilakukan dalam rekonstruksi ogoh-ogoh, terutama desain tangan yang sebelumnya bisa diselamatkan untuk mempercepat pengerjaan

MANGUPURA, NusaBali
Salah satu ogoh-ogoh unggulan dari Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung mengalami insiden tak terduga saat parade lomba ogoh-ogoh di Kabupaten Badung. Ogoh-ogoh dari Sekaa Teruna (ST) Putra Mandala, Banjar Kelod, Desa Ungasan yang dikenal dengan konstruksi ekstremnya, roboh saat hendak diarak menuju panggung pada malam penilaian, Sabtu (15/3). Akibat kejadian ini, sebagian besar struktur ogoh-ogoh mengalami kerusakan parah, sehingga tidak dapat tampil secara maksimal dalam lomba tersebut.

Namun, meski harus menelan ‘pil pahit’, ST Putra Mandala yang memiliki julukan predator kelodan itu tidak lantas terpuruk. Demi menampilkan kembali ogoh-ogoh berjudul Harana Sasrabahu saat malam Pangerupukan atau H-1 Hari Raya Nyepi, para yowana sepakat untuk membangun ulang ogoh-ogoh tersebut dari nol. Ketua Sekaa Teruna (ST) Putra Mandala, I Nyoman Purnata tak menampik hal tersebut. Dia mengaku jika memang benar konsep ogoh-ogoh yang mereka buat tergolong ekstrem, bagian atas ogoh-ogoh lebih besar dengan posisi terbalik.

Ogoh-ogoh Harana Sasrabahu ST Putra Mandala, Banjar Kelod, Desa Ungasan saat insiden roboh Ketika pementasan di Puspem Badung. –WINDU 

“Ini adalah upaya kami untuk menghadirkan sesuatu yang berbeda dari biasanya,” ungkap Purnata saat dihubungi, Senin (17/3) siang. Meskipun konstruksi telah dirancang dengan matang, dia mengaku kalau perjalanan panjang menuju Puspem Badung yang mencapai hampir 12 jam menjadi salah satu faktor penyebab robohnya ogoh-ogoh tersebut. Medan yang sulit serta banyaknya guncangan menyebabkan rangka las pada satu titik tumpu kurang matang.

"Ogoh-ogoh kami roboh saat pementasan itu kurang lebih saat baru tampil 5 menit, tetapi ogoh-ogoh belum masuk masih iring-iringan obor. Ogoh-ogoh baru di belakang fragmentari setelah mau berjalan masuk tetapi sudah roboh," tambahnya. Saat kejadian, para anggota ST Putra Mandala disebut sudah berusaha menyelamatkan ogoh-ogoh yang roboh dengan menopangnya serta memasang roda dorong untuk membantu membawanya ke panggung. Meski demikian, banyak bagian yang mengalami kerusakan serius. Beberapa komponen yang masih bisa diselamatkan di antaranya tiga tapel tokoh, tangan, senjata, mesin, dan rangka besi. Usai insiden tersebut, ogoh-ogoh langsung dibongkar dan dibawa kembali ke Banjar Kelod, Ungasan. 

Pada Minggu (16/3) malam, para yowana langsung memulai proses pembangunan ulang. “Kami coba untuk mengejar penilaian di desa karena di Desa Ungasan juga ada lomba di tanggal 23 Maret ini, kami coba untuk mengejar, kalau tidak bisa kami tampilkan maka kami akan tampilkan saat Pangerupukan di tanggal 28 Maret," jelasnya.

Ogoh-Ogoh Harana Sasrabahu ST Putra Mandala, Banjar Kelod, Desa Ungasan. –WINDU 

Purnata menjelaskan jika beberapa perubahan akan dilakukan dalam rekonstruksi ogoh-ogoh, terutama dalam desain tangan yang sebelumnya bisa diselamatkan untuk mempercepat proses pengerjaan. Meski dibangun kembali dari nol, tiga tokoh utama tetap akan ditampilkan. Disinggung dari segi biaya, Purnata mengaku jika pembuatan ogoh-ogoh sebelumnya menghabiskan dana hampir Rp 100 juta, belum termasuk biaya perjalanan ke Puspem Badung. Sementara, untuk perbaikan, meskipun beberapa bahan masih bisa digunakan kembali, total anggaran masih dalam tahap perhitungan.

“Untuk dana perbaikan, karena ada beberapa bahan yang masih bisa dipakai, jadi kami memangkas biaya tidak mungkin menghabiskan dana yang sama. Dana yang kami siapkan saat ini belum tahu dan belum bisa kami pastikan,” bebernya. Meskipun menghadapi tantangan besar, ST Putra Mandala tetap mempertahankan reputasinya sebagai salah satu peserta unggulan. Tahun ini, mereka berhasil meraih nominasi kedua di tingkat zona 7 Kuta Selatan. Prestasi ini melanjutkan jejak pencapaian sebelumnya, di mana mereka masuk nominasi zona pada 2020 dan meraih juara 3 di tingkat kabupaten pada 2024. 

Purnata menjelaskan singkat terkait makna dari ogoh-ogoh Harana Sasrabahu sendiri adalah pencuri yang memiliki seribu tangan, dengan filosofi yang menggambarkan kerakusan dan ketamakan. Purnata juga menyampaikan beberapa saran untuk penyelenggaraan lomba ogoh-ogoh di tahun mendatang. Salah satunya adalah agar Pemkab Badung memperhatikan jarak tempuh bagi peserta dari daerah yang jauh seperti di Kuta Selatan. 

Dia juga berharap ada peningkatan dukungan transportasi dan anggaran kreativitas untuk membantu kelompok-kelompok peserta yang harus menempuh perjalanan panjang menuju lokasi lomba. “Kami harap akses jalan bisa lebih diperhatikan, seperti pemangkasan ranting pohon yang menghalangi serta perbaikan lokasi pementasan agar lebih luas dan nyaman. Kami ingin penyelenggaraan tahun depan lebih matang dan venue lebih baik dari tahun ini," tutupnya. 7 ol3

Komentar