nusabali

Disbud Tetapkan 22 Sekaa Hasil Kurasi di PKB 2025

Prof Bandem Tekankan Pakem Tradisi

  • www.nusabali.com-disbud-tetapkan-22-sekaa-hasil-kurasi-di-pkb-2025

DENPASAR, NusaBali - Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali menetapkan 22 sekaa, sanggar, komunitas atau kelompok seni, maupun yayasan hasil kurasi yang akan mengisi Rekasadana (pergelaran) dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 tahun 2025 mendatang.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha mengungkapkan PKB ke-47 tahun ini telah menerima hasil kurasi atau seleksi dari para kurator PKB 2025. 

“Tahun ini sebanyak 21 kelompok seni, sanggar, komunitas maupun Yayasan dinyatakan lolos seleksi, kepada sekaa seni yang telah lolos kurasi  diberikan biaya jasa kesenian  dan  kebudayaan sebesar Rp 35 juta, “ kata Arya Sugiartha didampingi kurator PKB saat memimpin rapat bersama perwakilan sekaa di Kantor Disbud Bali, Niti Mandala, Jalan Juanda, Denpasar, Senin (17/3). 

Pihaknya menegaskan kesiapan masing-masing sanggar agar menggarap karya tetap mengacu pada tema yang tahun ini mengusung Jagat Kerthi. Dikatakan, PKB ke-47 Tahun 2025, dilaksanakan sebagai ajang penguatan dan pemajuan kebudayaan Bali, maka para sekaa dapat mengaktualisasi seni tradisi, klasik, kerakyatan, berbasis sebunan (lokalitas) dalam upaya mendukung pemajuan kebudayaan nasional. 

“Kami mengajak kepada seluruh masyarakat Bali bersama-sama mendukung pelaksanaan PKB tahun ini,” ucapnya. Pesta Kesenian Bali ke-47 Tahun 2025, mengusung Tema Jagat Kerthi: Lokahita Samudaya (Harmoni Semesta Raya), dengan materi pokok terdiri dari Peed Aya (Pawai), Rekasadana (Pergelaran), Utsawa (Parade), Wimbakara (Lomba), Kriyaloka (Lokakarya), Kandarupa (Pameran), Widyatula (Sarasehan), dan Adi Sewaka Nugraha (Penghargaan Pengabdi Seni), Jantra Tradisi Bali, dan Bali World Culture Celebration (BWCC) / Perayaan Kebudayaan Dunia di Bali, akan dilaksanakan tanggal 21 Juni sampai dengan 19 Juli 2025 di Taman Budaya Provinsi Bali. 

Sementara itu kurator PKB ke- 47 Prof Dr I Made  Bandem menegaskan kepada para seniman atau sanggar yang terpilih untuk benar-benar mengembalikan pakem karya yang akan digarap. “Ada kesenian wali yang sakral jangan dibawa ke Taman Budaya, silakan buatkan garapan kesenian sakral yang telah  ditransformasikan secara kebaruan. Intinya seni tradisi memiliki pakem. Pakem gambuh, topeng, wayang, kita kembalikan dan hidupkan lagi, konteksnya harus sesuai dengan tema, mulai cerita dengan mengangkat lokalitas. Kalau cerita gambuh ceritanya bisa memgambil panji, tapi tetap masukkan pituah-pituah tentang Jagat Kerti,” ucap Prof Bandem.

Ia mengingatkan dalam pola penggarapan juga memperhatikan keutuhan adegan atau kalau dalam seni barat dikenal sebagai pembabakan. “Misalnya kesenian gambuh, arja di situ ada cerita sejarah, ada cerita perang, sedih, magis dan pembabakan itu sudah diwariskan oleh seniman kita dengan hebat sekali, begitu pula dalam penokohan beberapa peran di kesenian arja ada yang kurang diangkat lagi semisal patih pengrancab bisa dimunculkan kembali, dan gaya tari, kalau wayang wong tetap gaya klasik wayang wong, gambuh juga sama, kembalikan ke pakem, yang paling pokok vokal juga diperhatikan  itu menjadi kehebatan seniman  zaman dulu, ” pungkasnya. 7 adi

Komentar