nusabali

Dari Kecintaan Museum hingga Memahami K-Pop

Dialog Budaya Bertema Wicara Cita di Museum Rudana

  • www.nusabali.com-dari-kecintaan-museum-hingga-memahami-k-pop

GIANYAR, NusaBali - Museum Rudana and Rudana Fine Art Gallery di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, menggelar Dialog Budaya bertema Wicara Cita di museum setempat, Kamis (27/2) malam. Dialog dibuka Ketua Umum AMI (Asosiasi Museum Indonesia) Putu Supadma Rudana yang sekaligus pembicara dialog, ini dihadiri Menteri Kebudayaan (Menbud) RI Fadli Zon.

Tampak hadir, kalangan seniman, tokoh seni, dan budayawan. Antara lain, Rektor ISI Bali Prof Dr Wayan ‘Kun’ Adnyana, perupa terkenal Budiana, Sudi, Bendi, Made Ruta, Tenang, Sucipto Hadi, Redika, Jirna, dan lain-lain. Ada juga maestro tari Bali Anak Agung Oka Dalem dari Sanggar Balerung Peliatan, kritikus seni Jean Couteau, sastrawan Warih Wisatsana, dan lain-lain. 

Dialog malam di museum milik budayawan asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Nyoman Rudana, ini menjadi ajang bagi Kemenbud untuk menangkap dan menukar pelbagai gagasan budaya serta kegelisahan para seniman dan pegiat kebudayaan untuk penguatan kebudayaan Indonesia. 

Putu Supadma membuka dialog. Dia mengingatkan kepada Menteri Kebudayaan (Menbud) RI Fadli Zon bahwa tahun 2010 Indonesia pernah punya program Museum Visit Year (MVY) atau tahun kunjungan museum. Program ini salah satunya bertujuan meningkatkan kunjungan masyarakat ke museum di seluruh Indonesia sekaligus memuliakan peradaban bangsanya dari museum. 

Dirinya memaklumi kinerja Menbud baru berjalan kisaran 100 hari. Menurutnya, ke depan Kemenbud sangat perlu membangun gerakan untuk memastikan masyarakat khususnya anak-anak dan generasi muda mencintai museum. Sebab cinta pada museum bermakna luas, yakni cinta pada seni budaya, menghargai seni atau ciptaan para seniman dan maestro, sekaligus cinta pada bangsa. ‘’Saya pikir sekarang kecintaan ini kita masih kurang. Mungkin budaya K-Pop dan lainnya cepat sekali perkembangannya jika dilihat dari gadget. Tapi, kesenian kita majukan dalam ruang main streaming kebudayaan,’’ ujarnya. 

Putu Supadma mengharapkan museum dapat mengemban peran penting sebagai rumah tertinggi inspirasi dan rumah abadi kebudayaan. Museum dapat memberikan tuntunan dan inspirasi tentang budaya. Dirinya juga memastikan bahwa museum menjadi tempat termulia; rumah abadi serta tertinggi para maestro seni dan budaya. Oleh karenanya, harus ada komitmen bersama untuk memajukan kebudayaan dari sisi permuseuman. 

Seiring itu, Putu Supadma menaruh hormat kepada Menbud Fadli Zon. Karena, setahunya setiap berkunjung ke daerah, Fadli Zon sebelum menjabat Menbud, sering menjadi contoh dengan cara pertama yang dikunjungi yakni museum. Tradisi diri seperti ini jarang dilakoni oleh figur atau pejabat yang lain. Dalam amatan Putu Supadma, setelah mendapatkan kemuliaan dari akar peradaban dan kebudayaan dari museum, Menbud ini baru berkunjung ke tempat lain. Misal ke pantai, danau, mall, dan empat-tempat lain. Sejurus itu, dalam dialog penuh keakraban itu, dirinya ingin memastikan agar Kemenbud RI terus menjadi lokomotif kebudayaan dengan cara memfasilitasi dan memberi ruang ekspresi, interaksi, dan eksibisi bagi para seniman dan maestro budaya. 

Putu Supadma mengaku bangga karena Menbud Fadli Zon adalah sahabatnya yang berjiwa besar dalam menerima masukan bahkan kritik. Dimulai dengan mendengar, mencatat, lanjut diperintahkan kepada bawahan untuk diimplementasikan. ‘’Saya bangga. Karena jaminannya saya lima tahun bersama beliau. Beliau itu tuntas dalam bverdiplomasi kebudayan,’’ pujinya. Untuk diketahui, Fadli Zon sempat menjabat Ketua Badan Kerja Sama Antar Parleman Indonesia (BKS-API) DPR RI. Sedangkan Putu Supadma wakil ketuanya. Mereka pun menjadi dua insan budayawan yang akrab dalam mendiplomasikan kebudayaan Indonesia kepada negara-negara luar. 

Sependapat dengan Putu Supadma, Menbud Fadli Zon menginginkan museum tidak hanya sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia, melainkan juga menjadi narasi hidup sekaligus pusat budaya. Sisi hidupnya museum yakni dalam hal memberikan edukasi dan meliterasi masyarakat. Oleh karena itu, Menbud menekankan bagaimana memberikan daya tarik yang besar kepada generasi muda, milenial, gen Z, alpha, dan lain-lain, agar selalu tertarik dengan museum. ‘’Banyak museum kita jadi bagian dari material culture. Sementara sebagian generasi baru adalah sudah digital culture. Generasi ini mesti bisa menghargai material culture yang sudah hidup sejak berabad-abad bahkan jutaan tahun silam,’’ jelasnya. 

Menbud Fadli Zon menegaskan jika masyarakat telah memahami identitas budaya dan mengenali jejak-jejak peradaban, maka kekayaan nasional itu tidak hanya batubara, nikel, emas minyak, dan gas. ‘’Warisan budaya tak benda kita yang baru tercatat 2.213. Dan, Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai budaya,’’ ujarnya.7lsa

Komentar