nusabali

Desa Wisata di Lombok Pikat Wisatawan

  • www.nusabali.com-desa-wisata-di-lombok-pikat-wisatawan

NTB terus berpacu menyaingi Pulau Dewata sebagai destinasi pariwisata.

MATARAM,NusaBali
Itu pula, pulau bertetangga dengan Bali ini terus mengoptimalkan desa wisatanya yang tahun ini digenjot hingga mencapai 24 desa wisata . Salah satunya Ende, sebuah desa di Kecamatan Sengkol, Lombok Tengah, yang tiap akhir pekan bisa kedatangan puluhan hingga ratusan wisatawan domestik hingga mancanegara. "Terutama ketika weekend banyak sekali," ujar Akip, 26, pemandu lokal yang warga setempat, Minggu (10/9).

Sebagai desa wisata Ende memang memiliki keunikan. Setidaknya ada tiga hal yang menarik menjadi daya pikat Ende. Pertama adalah keberadaan arsitektur rumah tradisional Suku Sasak di Ende. Selain menggunakan bahan-bahan alam seperti atapnya dari alang-alang struktur kerangka dari kayu dan bambu, juga tembok dan lantai rumah tradisional ini punya , cerita, sendiri. Lantai dan tembok atau dinding rumah bahannya dari tanah liat. Namun tak sekadar adonan tanah lihat dan air. Akan tetapi ada material lain, yakni kotoran sapi atau kotoran kerbau. "Ini berfungsi sebagai sebagai penambah rekat atau berfungsi sebagai semen," papar Akip. 

Lanjutnya penggunaan kotoran sapi dan kerbau pada campuran tanah liat untuk lantai dan dinding pada rumah tradisional di Ende juga sebagai penghormatan terhadap kehidupan bertani atau sebagai petani. "Sehingga bangunan rumah ini juga dinamakan Bale Tani," kata Akip. 

Meskipun ada  lapisan kotor kerbau maupun sapi, dinding dan lantai Bale Tani tidak berbau pengit. Justru terasa adem, sejuk. Tidak ada kesan jorok. Hal itu karena kotoran dan tanah liat bersenyawa. "Hanya dalam dua jam sejak dipoles bau sudah hilang," kata Akip. Selain itu campuran tanah liat dan kotoran kerbau maupun sapi jadi obat nyamuk alami. "Memang nyamuk tak berani ," kata warga lainnya kepada wartawan yang mengikuti gathering Bank BPD Bali di Mataram, NTB. 

Selain keunikan Bale Tani, daya tarik Desa Ende adalah Tari Tradisional Perisaian. Yaitu semacam pertandingan dua orang prajurit saling serang dengan perisai yang terbuat dari kulit kerbau. Sedang senjatanya berupa galah dari rotan. Dalam pertandingan ada seorang yang bertindak sebagai wasit. Pertandingan menjadi tiga babak diiringi gamelan yang disebut Genggong. Di antaranya kendang kempul suling dan beberapa lainnya. Iramanya membahana membakar semangat yang bertanding.

Menurut warga awalnya Tari Perisaian merupakan cara untuk seleksi memilih panglima perang pada zaman kerajaan. Namun juga berfungsi sebagai tari memohon hujan. Jika sampai ada darah dari petarung atau penari yang terluka itu berarti hujan akan segera turun. Kini tari ini dipentaskan setiap ada wisatawan yang datang. Wisatawan juga dibolehkan ikut menari. Namun tetap dipandu, agar sesuai ketentuan. 

Dan tentu saja jangan sampai celaka. Bukan saja orang dewasa, namun anak-anak di Ende diajarkan sejak dini menari Perisaian. "Agar seni warisan leluhur tetap lestari," kata Sukarna salah seorang penabuh/pemusik.

Dan daya tarik lain Ende adalah tenunan tradisional yakni kain songket khas Ende. Proses pengerjaanya yang masih tradisional dan motifnya yang indah dan antik menyebabkan harga kain songket bikinan perajin banyak diminati sebagai cendera mata. Harganya bervariasi sesuai ukurannya.  Dari Rp 100.000 sampai Rp 1.000.000. *k17

Komentar