nusabali

Penyuluh Bahasa Bali Konservasi Lontar yang Disucikan, Warisan Sulinggih Geria Prabhu di Mengwi

Ada Palinggih Saraswati di Merajan Khusus untuk Piodalan Lontar

  • www.nusabali.com-penyuluh-bahasa-bali-konservasi-lontar-yang-disucikan-warisan-sulinggih-geria-prabhu-di-mengwi

Terdapat lontar tenung yang disebut menyimpan rahasia menganalisis pelaku pencurian, berbekal penjelasan lontar bisa diketahui pelaku melalui ciri-cirinya 

MANGUPURA, NusaBali
Sebanyak 120 cakep lontar berhasil dikonservasi Penyuluh Bahasa Bali, Senin (17/2/2025). Kompilasi pustaka tradisional ini merupakan warisan leluhur yang disucikan keluarga Geria Prabhu di Banjar Denkayu Baleran, Desa Werdi Bhuwana, Mengwi, Badung.

Asal mula keberadaan ratusan cakep lontar di Geria Prabhu tidak diketahui secara pasti. Orang terakhir yang menjaga lontar-lontar warisan ini adalah Ida Pedanda Made Oka Giri, sulinggih terakhir dari Geria Prabhu yang telah berpulang pada pertengahan tahun 2024 silam. “Lontar-lontar ini merupakan warisan leluhur kami yang didominasi lontar puja, wirama, wariga, tenung, dan usada,” beber seorang wargi Geria Prabhu, Ida Bagus Adi Santika yang juga Penyuluh Bahasa Bali Desa Werdi Bhuwana kepada NusaBali, Senin pagi. 

Kata Gus Adi, lontar warisan gerianya kebanyakan lontar puja. Sebab, hal tersebut berkaitan dengan aktivitas kesulinggihan. Selain itu, ada pula lontar wirama yang banyak dibaca Bhatara Ida Pedanda Made Oka Giri. Semasa hidup dan ketika masih walaka, Ida Pedanda menggemari dharmagita. Di samping lontar puja dan wirama, lontar tenung juga cukup spesial. Lontar tenung ini disebut menyimpan rahasia menganalisis pelaku pencurian. Dengan berbekal penjelasan lontar, akan diketahui pelaku di balik kasus pencurian melalui ciri-cirinya. 

Lebih jauh, Gus Adi mengungkapkan bahwa lontar di Geria Brahmana Kemenuh ini diperlakukan secara khusus dari sisi niskala. Hal ini terungkap dari sebuah palinggih menyerupai piyasan yang terdapat di merajan Geria Prabhu. Palinggih ini secara khusus digunakan untuk menggelar piodalan lontar. “Ada Palinggih Saraswati. Tradisi keluarga besar Geria Prabhu di sini, Hari Suci Saraswati itu dirayakan seperti piodalan. Lontar-lontar ini kami tedunin (diturunkan) dan kaunggahang (dinaikkan) ke palinggih untuk dipersembahkan piodalan,” beber Gus Adi. 

Usia lontar di Geria Prabhu juga tidak diketahui secara pasti meski telah dicantumkan tahun penulisan lontar tersebut. Kata Gus Adi, lontar tertua yang pernah ia temukan ditulis tahun 1930-an. Namun, angka ini tidak menjelaskan usia lontar karena ada proses penyalinan di masa lalu dari lontar babon (induk) yang tidak pernah dikeluarkan. 

Palinggih menyerupai piyasan di merajan Geria Prabhu yang secara khusus digunakan untuk menggelar piodalan lontar. –NGURAH RATNADI 

Sementara itu, Pamong Budaya Ahli Muda Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Ida Bagus Made Purwita Swamam, yang memimpin kegiatan konservasi lontar di Geria Prabhu, Senin pagi, menjelaskan bahwa kegiatan ini serangkaian Bulan Bahasa Bali (BBB) VII Tahun 2025. Badung adalah kabupaten keenam yang disambangi program BBB VII ini. “Hari ini hanya merawat (konservasi) saja, selanjutnya Penyuluh Bahasa Bali akan terus bekerja untuk mengidentifikasi lontar-lontar ini guna pelestarian dan pengembangan sehingga dapat kembali diwariskan ke anak cucu,” jelas Purwita di sela acara, Senin pagi. 

Kata Purwita, lontar perlu dirawat secara berkala agar terhindar dari penumpukan debu. Kemudian, diberikan cairan alkohol dengan campuran sulingan minyak serai agar terhindar dari rayap. Lontar dikatakan bertahan paling lama 150 tahun dengan perawatan yang baik. 7 ol1

Komentar