nusabali

Desa Adat Denpasar Dukung Pelestarian Bahasa Ibu di Tengah Perubahan Zaman

  • www.nusabali.com-desa-adat-denpasar-dukung-pelestarian-bahasa-ibu-di-tengah-perubahan-zaman
  • www.nusabali.com-desa-adat-denpasar-dukung-pelestarian-bahasa-ibu-di-tengah-perubahan-zaman

DENPASAR, NusaBali.com – Bulan Bahasa Bali VII tahun 2025 digelar pada Minggu (2/2/2025). Desa Adat Denpasar, Kecamatan Denpasar Barat, menyelenggarakan berbagai lomba (wimbakara) dalam rangkaian acara tersebut sebagai upaya pelestarian bahasa Bali di tengah perubahan zaman serta pengaruh gaya hidup masyarakat modern.

Kegiatan lomba ini berlangsung di Wantilan Pura Dalem Khayangan Badung, Denpasar Barat. Jro Bendesa Desa Adat Denpasar, Anak Agung Ngurah Alit Wira Kesuma, menyatakan bahwa program ini merupakan inisiatif Pemerintah Provinsi Bali sejak 2018.

“Kegiatan ini perlu dievaluasi setiap tahun agar semakin efektif dalam memberikan edukasi kepada desa adat dan desa dinas. Wajib bagi mereka untuk menyelenggarakan kegiatan ini sebagai bentuk pembelajaran,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa bagi peserta yang meraih juara, diharapkan dapat mengaplikasikan kemampuan bahasa Bali mereka di masyarakat dalam rangka menjalankan Panca Yadnya yang sejalan dengan tiga kerangka agama Hindu: etika, susila, dan acara.

“Selama tujuh tahun berjalan, kegiatan ini memberikan dampak positif dalam menciptakan keseimbangan antara alam semesta dan kehidupan manusia, sesuai dengan tema ‘Jagat Kerthi’ yang diusung. Dengan demikian, penggunaan bahasa Bali tetap lestari dan tidak tergerus oleh kemajuan zaman,” tambahnya.

Berbagai lomba diselenggarakan dalam kegiatan ini, seperti Nyurat Bahasa Bali, Masatua Bali, dan Pengaksama, dengan melibatkan tiga kelurahan serta dukungan dari Kelian Adat. Lomba Nyurat Bahasa Bali tingkat SD diadakan di kantor desa, dengan total peserta mencapai 76 orang, termasuk 7 Kelian Adat dan 8 peserta dari tingkat PKK.

“Kami berharap konsep Jagat Kerthi dapat menginspirasi generasi muda untuk ikut serta menjaga kelestarian bahasa Bali agar tidak tergerus oleh perubahan zaman,” katanya.

Luh Oka Diah Utari, guru bahasa Bali dari SD Negeri 25 Pemecutan, Denpasar Barat, turut memberikan tanggapannya.

“Kami mengirim dua peserta dari kelas lima dalam lomba tahun ini. Sebagai pengajar, saya sangat senang karena program ini memperkenalkan kembali bahasa Bali di era modern. Banyak anak-anak yang lebih terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris agar terlihat gaul, sehingga kurang memahami tata cara penggunaan bahasa Bali, baik dalam menulis aksara, membaca, maupun menerjemahkan,” ujarnya.

Ia berharap kegiatan ini dapat terus berlanjut agar bahasa Bali tidak dipandang sebagai bahasa kuno, melainkan sebagai bagian penting dari kebudayaan, agama, seni, dan tradisi yang melekat dalam kehidupan masyarakat Bali. *m03

Komentar