nusabali

Pendulum Berdentang, Pembelajaran Bergoyang

  • www.nusabali.com-pendulum-berdentang-pembelajaran-bergoyang

KURIKULUM Merdeka Belajar diberlakukan di Indonesia mulai tahun 2022. Penerapannya diawali sebagai bagian dari program Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan oleh Kemendikbudristek. Pemerintah memperluas penerapannya untuk lebih banyak jenjang dan satuan pendidikan setelah uji coba dan evaluasi awal memberikan hasil yang positif.

Kurikulum ini menekankan fleksibilitas pembelajaran, pembentukan profil pelajar Pancasila, dan penguatan literasi serta numerasi. Tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan sesuai kebutuhan peserta didik. Namun, pada awal 2025, pendekatan pembelajaran bergoyang ke arah pembelajaran mendalam (deep learning).

Intinya, pendekatan mendalam merupakan pendekatan yang menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran (mindful learning), bermakna (meaningful), dan menyenangkan (joyful). Ketiganya; pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menyenangkan harus dilakukan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu. Tantangan deep learning dalam pendidikan di Indonesia di masa depan mencakup beberapa aspek penting yang terkait dengan teknologi, kebijakan, infrastruktur, dan kesiapan sumber daya manusia. 

Berikut beberapa tantangan utamanya. Pertama, banyak sekolah di daerah terpencil masih menghadapi kendala jaringan internet, perangkat keras (komputer, server), dan fasilitas teknologi yang memadai untuk mengimplementasikannya. Kedua, ketimpangan akses ini dapat memperbesar kesenjangan digital antara daerah maju dan tertinggal. Ketiga, pembelajaran mendalam memerlukan data dalam jumlah besar dan berkualitas tinggi untuk melatih modelnya. Tantangan muncul dalam pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan data pendidikan yang terintegrasi dan representatif di seluruh Indonesia. Keempat, isu privasi dan keamanan data siswa juga menjadi perhatian penting.

Tantangan kelima, yaitu, guru, tenaga pendidik, dan administrator pendidikan perlu dilatih dalam literasi digital serta memahami teknologi kecerdasan buatan, termasuk deep learning. Dan, rendahnya keterampilan digital di kalangan sebagian besar tenaga pendidik dapat menghambat penerapan teknologi ini dalam proses pembelajaran. 

Keenam, kurikulum saat ini perlu disesuaikan agar dapat mendukung penggunaan teknologi berbasis deep learning, termasuk dalam pengembangan metode pembelajaran personalisasi. Serta, perubahan pedagogi untuk mendukung teknologi ini membutuhkan waktu dan dukungan kebijakan yang konsisten. 

Ketujuh, implementasi teknologi deep learning dalam pendidikan memerlukan investasi besar untuk pengadaan infrastruktur, perangkat lunak, serta pelatihan guru dan staf. Dan, sekolah yang kekurangan anggaran menghadapi kesulitan untuk berpartisipasi dalam transformasi teknologi pendidikan ini. 

Kedelapan, ada potensi bias algoritma dalam deep learning yang dapat memengaruhi hasil pembelajaran siswa secara tidak adil. Regulasi dan kebijakan untuk mengawasi penerapan deep learning secara etis dalam pendidikan perlu dikembangkan, termasuk perlindungan data dan privasi siswa. Kesembilan, masyarakat dan pemangku kepentingan pendidikan mungkin memerlukan waktu untuk menerima teknologi ini karena keterbatasan pemahaman tentang manfaatnya. Kekhawatiran akan ‘dehumanisasi’ pendidikan juga dapat menjadi tantangan dalam penerapan teknologi kecerdasan buatan secara luas. 

Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini, deep learning memang berpotensi meningkatkan efektivitas pendidikan di Indonesia melalui pembelajaran yang lebih adaptif, personalisasi, serta analisis mendalam untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dalam proses pembelajaran.

Metafora pendulum jam dinding analog dengan perubahan kurikulum. Pendulum jam dinding bergerak bolak-balik, menggambarkan bagaimana perubahan kurikulum dalam pendidikan sering berulang dari satu pendekatan ke pendekatan lainnya. Pendulum mencapai titik keseimbangan di tengah sebelum kembali bergerak, mirip dengan upaya mencari keseimbangan antara inovasi kurikulum dan kemampuan sistem pendidikan untuk mengadaptasinya. Gerakan pendulum jam menunjukkan perputaran waktu, mengingatkan bahwa kurikulum harus terus berkembang seiring waktu agar tetap relevan dengan kebutuhan dunia modern. Pendulum bergerak sesuai pola tertentu dan jika didorong terlalu kuat, dapat melawan arah atau menjadi tidak stabil. Ini mencerminkan bagaimana perubahan kurikulum yang terlalu cepat atau drastis dapat menghadapi resistensi dari guru, siswa, dan masyarakat. Pendulum adalah bagian dari mekanisme jam yang lebih besar. Perubahannya akan memengaruhi seluruh sistem. Perubahan kurikulum memengaruhi berbagai aspek, termasuk metode pembelajaran, evaluasi, dan hasil pembelajaran. Dengan analogi ini, pendulum menjadi simbol dari siklus, keseimbangan, serta proses perubahan yang berkelanjutan dan saling terhubung dalam sistem pendidikan. 7

Komentar