Yayasan Sadewa Gelar Workshop Puisi untuk Komunitas Disabilitas Tuna Netra
DENPASAR, NusaBali.com – Yayasan Kesenian Sadewa Bali mengadakan workshop bertajuk Pengenalan Puisi dan Proses Kreatif pada Sabtu (8/2/2025). Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan seni puisi serta proses kreatif dalam musikalisasi puisi kepada komunitas disabilitas tuna netra.
Workshop ini menghadirkan dua narasumber, yakni Nanoq da Kansas, seorang penulis, budayawan, dan seniman, serta Dadi Reza Pujiadi, sutradara dan penggiat seni. Keduanya berbagi pengalaman serta wawasan dalam dunia sastra dan seni kreatif.
Sebagai narasumber pertama, Nanoq da Kansas menekankan pentingnya penghayatan perasaan dalam menulis puisi. Menurutnya, puisi adalah bentuk ungkapan hati yang dirangkai dengan kata-kata pilihan. “Puisi adalah ekspresi perasaan yang jujur dan tidak berlebihan. Jangan takut untuk memulai menulis tanpa terpaku pada teori,” pesannya kepada para peserta.
Nanoq da Kansas sudah banyak melahirkan karya sastra dalam bentuk puisi, cerpen, novel, naskah teater dan artikel budaya. Nanoq juga aktif dalam seni teater dengan mendirikan Bali Eksperimental Teater tahun 1993 dan Komunitas Kertas Budaya tahun 1998. Hingga saat ini Nanoq tetap aktif menjadi narasumber dalam beragam kegiatan kesenian dan temu budaya.
Nanoq sangat mengapresiasi diselenggarakannya workshop ini, “Workshop seperti ini bagus, karena jarang sekali yang menggelar workshop bertema pengenalan puisi, dan pesertanya pun dari komunitas disabilitas tuna netra, suatu bentuk kepedulian yang baik dan pastinya berkesan buat mereka,” ungkapnya.
Sebagai narasumber pertama, Nanoq da Kansas menekankan pentingnya penghayatan perasaan dalam menulis puisi. Menurutnya, puisi adalah bentuk ungkapan hati yang dirangkai dengan kata-kata pilihan. “Puisi adalah ekspresi perasaan yang jujur dan tidak berlebihan. Jangan takut untuk memulai menulis tanpa terpaku pada teori,” pesannya kepada para peserta.
Nanoq da Kansas sudah banyak melahirkan karya sastra dalam bentuk puisi, cerpen, novel, naskah teater dan artikel budaya. Nanoq juga aktif dalam seni teater dengan mendirikan Bali Eksperimental Teater tahun 1993 dan Komunitas Kertas Budaya tahun 1998. Hingga saat ini Nanoq tetap aktif menjadi narasumber dalam beragam kegiatan kesenian dan temu budaya.
Nanoq sangat mengapresiasi diselenggarakannya workshop ini, “Workshop seperti ini bagus, karena jarang sekali yang menggelar workshop bertema pengenalan puisi, dan pesertanya pun dari komunitas disabilitas tuna netra, suatu bentuk kepedulian yang baik dan pastinya berkesan buat mereka,” ungkapnya.

Ketua Yayasan Sadewa Ryan Indra Darmawan bersama Nanoq da Kansas.-IST
Narasumber berikutnya Dadi Reza Pujiadi, adalah seorang sutradara, penulis dan penggiat seni. Saat masih tinggal di Bali, Dadi aktif dalam banyak judul pementasan teater, ia juga mendirikan Grup Teater Lah pada Tahun 2007.
Pengalamannya sebagai sutradara adalah pada pementasan teater berjudul Antigone, Lysistrata, Gol dan lainnya. Pindah ke Jakarta, Dadi tetap melanjutkan kegiatan berkeseniannya dengan aktif sebagai Stage Manager di Teater Populer Jakata 2009. Hingga sekarang ia masih suka menulis puisi dan cepen. Hobinya menulis, membuatnya merambah ke dunia perfilman nasional sebagai penulis skenario.
Dalam workshop, Dadi Reza Pujiadi lebih mengedepankan proses kreativitas dalam seni, terutama untuk mengembangkan imajinasi dan ekspresi diri.
“Proses kreativitas itu tak luput dari beberapa faktor yang mendukung, seperti lingkungan dan kebiasaan sehari-hari. Perlu diperhatikan juga beberapa tantangan dalam menciptakam karya seni kreatif, misal hindari ketakutan akan dikritik, jika dikritik jadikan sebagai masukan konstruktif. Selain itu, kurangnya waktu dan sumber daya, solusinya adalah dengan lebih bijak mengatur waktu. Tantangan berikutnya adalah tekanan untuk memenuhi ekspektasi, antisipasinya adalah dengan mencari sumber daya alternatif atau berkolaborasi,” papar Dadi pada peserta workshop.
Dadi sangat mengapresiasi Yayasan Sadewa yang sudah mengundangnya sebagai narasumber, “Menyenangkan bisa berbagi energi kreatif dengan teman-teman komunitas disabilitas tuna netra yang sangat antusias memiliki hasrat ingin tahu dan belajar, sehingga mereka pantas mendapat apresiasi yang tinggi, begitu pun dengan penggagas acara ini yaitu Yayasan Sadewa.”
Narasumber berikutnya Dadi Reza Pujiadi, adalah seorang sutradara, penulis dan penggiat seni. Saat masih tinggal di Bali, Dadi aktif dalam banyak judul pementasan teater, ia juga mendirikan Grup Teater Lah pada Tahun 2007.
Pengalamannya sebagai sutradara adalah pada pementasan teater berjudul Antigone, Lysistrata, Gol dan lainnya. Pindah ke Jakarta, Dadi tetap melanjutkan kegiatan berkeseniannya dengan aktif sebagai Stage Manager di Teater Populer Jakata 2009. Hingga sekarang ia masih suka menulis puisi dan cepen. Hobinya menulis, membuatnya merambah ke dunia perfilman nasional sebagai penulis skenario.
Dalam workshop, Dadi Reza Pujiadi lebih mengedepankan proses kreativitas dalam seni, terutama untuk mengembangkan imajinasi dan ekspresi diri.
“Proses kreativitas itu tak luput dari beberapa faktor yang mendukung, seperti lingkungan dan kebiasaan sehari-hari. Perlu diperhatikan juga beberapa tantangan dalam menciptakam karya seni kreatif, misal hindari ketakutan akan dikritik, jika dikritik jadikan sebagai masukan konstruktif. Selain itu, kurangnya waktu dan sumber daya, solusinya adalah dengan lebih bijak mengatur waktu. Tantangan berikutnya adalah tekanan untuk memenuhi ekspektasi, antisipasinya adalah dengan mencari sumber daya alternatif atau berkolaborasi,” papar Dadi pada peserta workshop.
Dadi sangat mengapresiasi Yayasan Sadewa yang sudah mengundangnya sebagai narasumber, “Menyenangkan bisa berbagi energi kreatif dengan teman-teman komunitas disabilitas tuna netra yang sangat antusias memiliki hasrat ingin tahu dan belajar, sehingga mereka pantas mendapat apresiasi yang tinggi, begitu pun dengan penggagas acara ini yaitu Yayasan Sadewa.”
Komentar