Di Tengah Gempuran K-Pop, Gending Rare Harus Hidup di Hati Anak-Anak Bali
seni musik
Gending Rare
Sekar Rare
ISI Denpasar
Ketut Sumerjana
Anak-anak
Bulan Bahasa Bali
K-Pop
Karakter
DENPASAR, NusaBali.com - Budaya musik pop asal Korea Selatan, K-Pop, banyak digandrungi generasi belia sekarang ini, termasuk anak-anak Bali. Tidak ada yang salah. Namun, anak-anak Bali hendaknya dipersiapkan lebih dulu dengan bekal nilai karakter sebelum menerima kebudayaan luar.
Nilai karakter yang sejalan dengan budaya Bali untuk generasi belia dapat dilakukan dengan mendengarkan dan menyanyikan gending rare. Tembang sederhana sarat pesan yang dinyanyikan generasi belia Bali di masa lalu ketika bermain dan berkumpul dengan seusianya.
Gending rare ini semakin sukar didengar di ruang-ruang publik di pedesaan seiring bergesernya pola pergaulan generasi sekarang. Dari pergaulan luring dengan permainan tradisional di luar ruangan menjadi pergaulan daring di jagat maya.
Akademisi Seni Musik ISI Denpasar Ketut Sumerjana MSn menilai anak-anak Bali perlu mendengar musik yang sesuai dengan usia mereka. Di samping itu, yang sesuai dan sejalan dengan budaya dan karakter generasi belia Bali.
“Ruang lagu anak-anak itu sudah hampir hilang karena derasnya kebudayaan luar yang masuk, termasuk K-Pop. Apalagi sekarang anak-anak itu menjadi individual dengan penggunaan hape,” ungkap Sumerjana kepada NusaBali.com di Denpasar, Selasa (11/2/2025).
Kata Sumerjana, gending rare harus dipopulerkan lagi. Sebab, tembang anak-anak Bali ini menyimpan piteket (pesan) yang memang berisi wejangan khusus untuk pembentukan karakter seorang belia Bali. “Terutama di sekolah, harus digemakan kembali,” imbuhnya.
Usia anak-anak adalah periode paling menentukan pembentukan karakter melalui core memory, ucap Sumerjana. Apa yang diingat dan berkesan sewaktu usia anak-anak bakal dibawa sampai dewasa.
Sama seperti membiasakan anak-anak Bali dengan gending rare. Setiap bait kata gending yang sarat piteket itu akan menjadi kesan yang menjadi bekal ketika dewasa. Apalagi ketika permainan yang ditembangi gending rare bisa dilakukan layaknya inisiatif Made Taro.
Sumerjana menegaskan, gending rare tidaklah kaku dan dapat dikembangkan sesuai zamannya. “Dapat diaransemen dengan menarik sehingga pesannya sampai ke anak-anak,” jelasnya.
Untuk talenta penyanyi belia yang bisa dijadikan artis gending rare, kata Sumerjana, Bali tidak kekurangan. Hal ini dapat dilihat dari Wimbakara Gending Rare yang digelar serangkaian Bulan Bahasa Bali VII Tahun 2025 yang berlangsung di Taman Budaya Bali (Art Center), Denpasar, Selasa siang.
“Hal ini (mempopulerkan gending rare) harus kita lihat bersama-sama dengan semua pihak,” tandas Sumerjana. *rat
Gending rare ini semakin sukar didengar di ruang-ruang publik di pedesaan seiring bergesernya pola pergaulan generasi sekarang. Dari pergaulan luring dengan permainan tradisional di luar ruangan menjadi pergaulan daring di jagat maya.
Akademisi Seni Musik ISI Denpasar Ketut Sumerjana MSn menilai anak-anak Bali perlu mendengar musik yang sesuai dengan usia mereka. Di samping itu, yang sesuai dan sejalan dengan budaya dan karakter generasi belia Bali.
“Ruang lagu anak-anak itu sudah hampir hilang karena derasnya kebudayaan luar yang masuk, termasuk K-Pop. Apalagi sekarang anak-anak itu menjadi individual dengan penggunaan hape,” ungkap Sumerjana kepada NusaBali.com di Denpasar, Selasa (11/2/2025).
Kata Sumerjana, gending rare harus dipopulerkan lagi. Sebab, tembang anak-anak Bali ini menyimpan piteket (pesan) yang memang berisi wejangan khusus untuk pembentukan karakter seorang belia Bali. “Terutama di sekolah, harus digemakan kembali,” imbuhnya.
Usia anak-anak adalah periode paling menentukan pembentukan karakter melalui core memory, ucap Sumerjana. Apa yang diingat dan berkesan sewaktu usia anak-anak bakal dibawa sampai dewasa.
Sama seperti membiasakan anak-anak Bali dengan gending rare. Setiap bait kata gending yang sarat piteket itu akan menjadi kesan yang menjadi bekal ketika dewasa. Apalagi ketika permainan yang ditembangi gending rare bisa dilakukan layaknya inisiatif Made Taro.
Sumerjana menegaskan, gending rare tidaklah kaku dan dapat dikembangkan sesuai zamannya. “Dapat diaransemen dengan menarik sehingga pesannya sampai ke anak-anak,” jelasnya.
Untuk talenta penyanyi belia yang bisa dijadikan artis gending rare, kata Sumerjana, Bali tidak kekurangan. Hal ini dapat dilihat dari Wimbakara Gending Rare yang digelar serangkaian Bulan Bahasa Bali VII Tahun 2025 yang berlangsung di Taman Budaya Bali (Art Center), Denpasar, Selasa siang.
“Hal ini (mempopulerkan gending rare) harus kita lihat bersama-sama dengan semua pihak,” tandas Sumerjana. *rat
Komentar