nusabali

Pedagang Gelar Dagangan Diawali Kuras Air

Hujan - Angin Terjang Pasar Sengol Bangli

  • www.nusabali.com-pedagang-gelar-dagangan-diawali-kuras-air

BANGLI, NusaBali - Para pedagang di Pasar Sengol, areal parkir utara Pasar Kidul Bangli, dibuat sangat tak nyaman akibat hujan lebat disertai angin kencang, Selasa (10/2). Karena areal ini kebanjiran. Akibatnya, para pedagang harus rela menguras air yang menggenang agar bisa menggelar lapak berjualan.

“Ya, kalau tidak dibersihkan, tempat ini becek,” ujar Ngakan Aji Murdana, salah seorang pedagang setempat, Senin (10/2).

Sambil sibuk menyetel lapak dagangan, Ngakan Aji Murdana mengatakan tak keberatan walaupun harus kerja ekstra  menguras genangan air hujan. Tak hanya menggenang, air ini  juga puek (coklat kehitaman) dan kotor. Yang penting, bisa berjualan untuk berjuang menghidupi keluarga. ”Ndak apa,  hujan tak jadi masalah,” ujar pria yang sudah 20 tahun menekuni  pekerjaan sebagai pedagang di pasar sengol. 

Karena itulah meski cuaca belakangan tidak bersahabat, Ngakan  Aji Murdana tetap berjualan. “Jam tiga setelah selesai beres-beres, jam empat sudah lah mulai buka,” terangnya.

Dari pantauan  rata-rata pedagang pasar sengol harus berjibaku menghalau genangan air agar bisa berjualan. Mulai dari mengeluarkan lapak dari tempat penampungan, mendorongnya ke lokasi sengol. Lanjut membersihkan areal sekitar, terutama membereskan genangan atau rembesan air hujan, sehingga tidak becek.

Ada sekitar 20 pedagang yang berjualan setiap sore di Pasar Sengol, Pasar Kidul Bangli. Para pedagang tersebut sebelumnya berjualan di sebelah timur Lapangan Umum Kapten Anak Anom Mudita, Bangli. Namun, kemudian pindah ke lokasi sekarang di area utara parkir Pasar Kidul. “Hampir semua jenis kuliner ada di sini,”  ujar I Ketut Sarga, pedagang lain.

Kata dia, kondisi cuaca yang remang belakangan ini,bahkan sering hujan diakui berpengaruh  terhadap keramaian pengunjung. “Ya agak kentenanlah (pengunjung berkurang),” ujarnya.  Walau demikian, para pedagang  tetap berjualan, karena berdagang sudah menjadi tumpuan penghasilan keluarga. “Astungkara kalau habis, dapatlah minimal lima puluh ribu,” terang Sarga.7k17

Komentar