nusabali

Dijadikan Kapsul, Bermanfaat Sembuhkan Maag dan Tifus

  • www.nusabali.com-dijadikan-kapsul-bermanfaat-sembuhkan-maag-dan-tifus

Warga Banjar Biaung Kaja, Desa Biaung, Kecamatan Penebel, Tabanan, I Made Sukarda, 54, sukses beternak cacing. 

Budidaya Cacing di Banjar Biaung Kaja, Desa Biaung, Penebel 

TABANAN, NusaBali
Purnawirawan TNI ini budidayakan cacing untuk dijadikan kapsul, obat sakit maag dan tifus. Sukarda budidayakan cacing jenis Lumbricus Rubillus  sejak tahun 2000. Cacing-cacing itu ditempatkan pada bangunan semi permanen berukuran 8 x 20 meter.

Sukarda menceritakan, pada tahun 2000, ia bersama temannya mencoba budidayakan cacing dalam bentuk koperasi. Namun koperasi itu hanya jalan selama 5 tahun. Meskipun koperasi yang didirikannya bangkrut, ia tetap budidayakan cacing. “Saya mulai budidayakan cacing saat masih aktif bertugas di Anjendam Udayana,” ujar Sukarda purnawirawan TNI berpangkat Peltu ini, Jumat (8/9).

Bersama kelompoknya, Sukara menjalin kerjasama dengan perusahaan di Jawa Timur. Cacing yang dikirim dari Jawa Timur diolah menjadi pakan benur (udang kecil). Hanya saja kerjasama itu tidak berjalan lancar. Ia memutuskan kerjasama tidak dilanjutkan lagi dan memilih bekerja sendiri dengan mendirikan pabrik pakan Benur di Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. “Usaha saya gagal lagi,” kenangnya.

Meski tiga kali gagal, Sukarda tak patah semangat. Ia akhirnya pilih budidaya cacing tanpa kerjasama dengan pihak manapun. Sukarda hanya dibantu istri, Ni Nyoman Sutarmi dan anak bungsunya, I Kadek Budi Karmawan,31. Dengan media yang tidak susah didapat, seperti jerami, batang pisang, tanah, pupuk kandang, dan serbuk gergaji, Sukarda membuat kotak segi empat berukuran 50x60 centimeter. Kemudian induk cacing ditaburkan di atas media tersebut agar berkembang biak. “Satu kotak saya taburkan satu kilogram induk cacing,” bebernya.

Setelah cacing bertelur, telur itu dipindahkan lagi ke media yang baru agar telur tersebut menetas. Setelah 3 bulan baru bisa panen. Jika cuaca bagus, dari satu kilogram bibit, bisa menghasilkan 4 kilogram cacing. Jika cuaca dingin dan musim hujan, hanya bisa menghasilkan 2 kilogram cacing. “Saya pilih cacing Lumbricus Rubillus karena kembang biaknya cukup cepat,” jelas Sukarda.

Dalam satu bulan, Sukarda punya penjualan mencapai 7 juta dengan hasil bersih Rp 5 juta. Pemasarannya masih di Gianyar, Klungkung, Denpasar, dan Singaraja. Diakui, hasil budidaya cacing dibeli untuk pakan ikan dan obat maag dan tifus dalam bentuk kapsul. “Ada teman di Denpasar yang olah cacing jadi kapsul,” imbuhnya. Satu kapsul dijual Rp 1.000. Penjualan kapsul cacing untuk obat maag dan tifus ini masih promosi dari mulut ke mulut. Rencananya akan usur izin ke BPOM. 

Sukarda bersyukur, hasil budidaya cacing bisa dimanfaatkan untuk pendidikan anak sulungnya, I Wayan Agus Apriana di TNI AL. Saat ini ia mengaku kewalahan memenuhi pesanan pelanggan. Dikatakan, dalam satu bulan bisa menghasilkan 1 kuintal cacing. *d

Komentar