Peringatan Bulan Bahasa Bali di Buleleng Libatkan Prajuru Adat dan Pakis
SINGARAJA, NusaBali - Sejumlah prajuru adat dan Pasikian Krama Istri (Pakis) di Buleleng ikut berpartisipasi dalam peringatan Bulan Bahasa Bali VII. Mereka mewakili masing-masing kecamatan mengikuti lomba yang digelar Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, di Sasana Budaya, Selasa (4/2) kemarin.
Prajuru adat mengikuti lomba Sambrama Wacana sedangkan Pakis mengikuti lomba masatua Bali. Selain dua lomba ini juga dilaksanakan lomba Nyurat Aksara Bali Tingkat SD, Nyurat Lontar Tingkat SMP, Debat (Wiwada) Mebasa Bali Tingkat SMA/SMK, Ngwacen Lontar Tingkat SMA/SMK. Total ada 71 orang peserta yang terlibat dalam upaya pelestarian bahasa dan sastra Bali ini.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng I Nyoman Wisandika menerangkan, pelaksanaan Bulan Bahasa Bali dilaksanakan serentak di Bali sebulan penuh pada Februari ini. Khusus untuk Buleleng mengawali rangkaian Bulan Bahasa Bali tahun ini. Enam jenis lomba yang diselenggarakan pun disesuaikan dengan petunjuk teknis dari Pemerintah Provinsi Bali yang kemudian disesuaikan dengan kondisi di daerah.
“Kami tahun ini pilih yang enam ini termasuk dua lomba melibatkan Prajuru Adat dan Pakis sebagai perwakilan seluruh kelompok umur dan juga biar ada selingan dan perbedaan dari tahun sebelumnya,” terang Wisandika.
Masing-masing pemenang lomba akan mewakili Buleleng di tingkat Provinsi Bali pada pertengahan Februari mendatang. Wisandika menyebut lomba-lomba yang diselenggarakan dalam upaya pelestarian ini tidak hanya digelar di peringatan Bulan Bahasa Bali. Tetapi juga sudah dijadwalkan sebagai agenda tahunan melalui lomba macecimpedan termasuk pameran yang mengadopsi isi lontar.
Sementara Peringatan Bulan Bahasa Bali Kabupaten Buleleng dibuka langsung Sekda Buleleng Gede Suyasa. Menilai dari tahun ke tahun pelaksanaan Bulan Bahasa Bali semakin semarak. Hal ini menunjukkan nilai positif dalam pelestarian bahasa dan sastra Bali.
“Bahasa Bali ini dalam konteks linguistik tidak mudah. Karena di Bali punya stratifikasi dalam bahasa, ada tingkatan bahasa yang berbeda. Maka ini (Bulan Bahasa Bali) merupakan sosialisasi yang efektif bagi generasi muda. Mereka tidak hanya mendengar, namun juga memahami dan mendalami bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari hari,” ucap Suyasa.
Menurut Suyasa, mereka yang mengikuti lomba dalam peringatan Bulan Bahasa Bali ini secara tidak langsung akan berproses dengan latihan dan pengalaman. Sehingga kedepannya saat sudah dewasa dan berhadapan di kehidupan masyarakat tidak sulit untuk mengikuti kegiatan adat. Termasuk prajuru adat dan pakis yang kesehariannya terlibat dalam berbagai kegiatan adat. Lomba ini menjadi penguatan kemampuan berbahasa Bali mereka.
“Kegiatan adat itu akan tidak sulit. Berbeda ketika mereka memulai dari 0 dan menjadi tokoh adat nantinya. Contoh dalam hal meminang, memadik, itu pake bahasa Bali yang grade lebih tinggi, pasti akan mencari juru raos yang menguasai tata titi Bahasa Bali yang baik. Kegiatan ini banyak manfaatnya untuk sisi pelestarian,” papar birokrat asal Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.7 k23
Komentar